Selamat membaca.....
Lidya Elsyana, gadis cantik berambut panjang itu kini tengah berdiri di sisi jalan. Insiden di stasiun beberapa waktu lalu membuatnya memutuskan segera pergi meninggalkan stasiun. Jika tetap di sana ia tak akan tau apa yang akan terjadi berikutnya.
Dugaannya benar bahwa orang yang ia tunggu tak akan datang. Lalu jika ia terus berada di sana kemungkinan neneknya akan menunggu lama. Ia tak punya pilihan selain mencari alamat rumah neneknya sendirian.
Gadis itu berdiri di sisi halte di dekat stasiun, pandangannya sesekali menatap beberapa orang yang menunggu dengan tak sabar. Ia sendiri sudah terbiasa menunggu seseorang sampai berjam-jam, meski pada akhirnya orang itu tak kunjung datang. Ia bahkan sudah lupa kapan terakhir ia mengeluh dengan waktu yang ia habiskan sia-sia untuk menunggu, seperti orang lain.
Ley, sapaan akrab gadis itu. Ia beranjak dari duduknya saat sebuah angkutan umum berhenti di depan halte. Bersamaan dengan langkahnya seluruh orang yang sudah tak sabar menunggu pun ikut masuk ke sana.
Alhasil angkutan itu penuh dengan semua orang yang berdesak-desakkan. Bahkan untuk sedikit menggeser tubuh saja sudah sangat sulit. Tapi Ley harus menahannya, ia bisa menunggu tapi ia tak mau membuat neneknya lebih lama menunggu.
Setelah menunggu hampir 5 menit sampai angkutan itu penuh. Akhirnya kendaraan beroda empat itu melaju meninggalkan stasiun. Masih dengan keadaan berhimpitan di dalam sana, Ley hanya berusaha menikmati perjalanannya dan berharap segera tiba di rumah neneknya.
*****
Andre menghampiri teman-temannya yang sedang duduk di halte dekat stasiun. Pandangannya menatap teman-temannya yang sibuk mengobrol, sementara ia harus susah payah mengejar pencopet. Rutinitas yang beberapa bulan terakhir ia lakukan di sekitar stasiun dan tempat umum lainnya.
"Mana copetnya? Ketangkep?" tanya Justin.
"Kabur," sahut Andre cuek.
Laki-laki itu berjalan lurus ke arah motornya, kemudian melirik teman-temannya yang masih duduk manis.
"Balik yuk, udah mau hujan. Gue lagi nggak pengen hujan-hujanan," ucapnya.
"Lah tumben?" heran Hendry.
"Gue lagi males. Ayo balik buru, kalo nggak gue balik duluan nih," putus Andre.
"Yaudah yuk balik, tuh pak bos udah marah-marah," ucap Ricky dengan nada meledek ke Andre.
Andre hanya melirik sekilas lalu menyalakan mesin motornya dan meninggalkan teman-temannya.
"Dasar kebiasaan, untung ganteng. Kalo kaya Bobby nggak gue jadiin temen lu," cibir Hendry lirih, sengaja agar Andre tak mendengar perkataannya.
"Coba lo ngomong kaya gitu lagi depan Andre. Mana berani," sindir Bobby tak terima dengan ucapan Hendry.
"Beranilah," ucap Hendry penuh gaya.
"Awas lo kalo ada Andre, gue suruh lo ngomong kaya tadi!" cibir Bobby menantang.
"Udah ah! Ribut mulu lo berdua, mau balik gak?" ucap Justin melerai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Are You? ✔️
Fiksi Remaja(Follow sebelum membaca) ***** Kehidupan Ley yang penuh dengan bayang-bayang kematian kedua orang tuanya membuat gadis itu tumbuh menjadi sosok misterius penuh rahasia. Hingga suatu hari pertemuannya dengan laki-laki tampan pembuat onar bernama An...