Selamat membaca....
Pagi datang dengan cepat, setelah selesai membantu neneknya Ley segera bersiap berangkat ke sekolah. Gadis itu berusaha sebaik mungkin agar tak merepotkan neneknya. Bus yang ia naiki berhenti sekitar 100 meter dari gerbang sekolahnya, SMA Nusantara.
Keadaan sekolah saat ini sudah cukup ramai dan bisa dilihat bahwa siswa yang bersekolah di sini bukan dari kalangan menengah kebawah, melainkan dari kalangan menengah keatas. Hal itu sudah terlihat mencolok dari kendaraan dan barang-barang dari brand ternama. Itu cukup membuat Ley paham pasti sekolah ini bisa menentukan status sosial para siswanya.
Ley berhenti menatap sekeliling, gadis itu berjalan lurus melewati koridor sekolah yang ramai. Banyak siswa yang menatap Ley dengan tatapan bingung, mungkin karna ia murid baru. Namun Ley tidak memperdulikan itu ia berjalan lurus menuju ruang guru untuk menanyakan kelasnya.
Ley berhenti di depan ruang guru, ia mengetuk pintu ruangan itu kemudian masuk. Ley tersenyum canggung pada beberapa guru yang melihatnya. Tak lama seorang wanita dengan senyuman ramah menyapanya.
"Lidya, kan?" tanya wanita itu yang dijawab anggukan oleh Ley.
"Ibu wali kelas kamu. Nama saya Bu Risa," ucap Bu Risa memperkenalkan diri.
"Lidya Elsyana," jawab Ley sambil memperkenalkan diri.
"Ya Lidya. Kalo gitu ayo ibu antar ke kelas sebentar lagi bel," ucap Bu Risa.
"Iya Bu, terima kasih."
Tak lama bel berbunyi, Ley dan Bu Risa pun keluar dari ruang guru menuju kelas baru Ley.
Pandangan Ley dibuat takjub dengan koridor sekolah, pemandangan yang sudah biasa bagi siswa lain tapi tidak untuk Ley. Langkah Ley terhenti saat ia dan Bu Risa sampai di depan ruangan bertuliskan 'Bahasa 1'.
"Selamat pagi anak-anak, hari ini kalian kedatangan teman baru. Ayo Lidya," ucap Bu Risa mempersilahkan.
"Hai, gue Lidya Elsyana. Salam kenal," ucap Ley singkat, ia tak mau terlalu bertele-tele memperkenalkan mengenai dirinya.
"Lidya nggak ada yang mau kamu sampaikan lagi?" tanya bu Risa.
Ley menatap Bu Risa kemudian ia menggeleng pelan. Wanita paruh baya itu sedikit paham, mengingat muridnya itu belum pernah berada di sekolah umum.
"Ya sudah, kamu bisa duduk dikursi yang kosong itu. Kalian harus bersikap baik ke Lidya, paham?" ucap Bu Risa lalu diangguki semua siswa. "Lidya kamu bisa duduk, ibu tinggal yah," pamit Bu Risa dan Ley hanya mengangguk sebagai jawabannya.
Sepeninggalan Bu Risa Ley memilih segera mencari kursi yang kosong. Ia tak suka menjadi pusat perhatian, pandangannya tertuju pada kursi di pojok dekat jendela. Ley menaruh tasnya kemudian menyiapkan buku pelajaran, ia berusaha sebaik mungkin mengabaikan tatapan seluruh kelas yang tertuju padanya.
*****
Triiiinggg
Bel istirahat berbunyi Ley sedang mengemasi alat tulisnya yang baru saja digunakan.
"Annyeong!"
Ley menoleh saat mendapati sapaan yang terasa aneh baginya.
"Heh!! Main Annyeong-annyeong aja. Dia nggak paham," marah temannya.
"Ahh, mian. Hai gue Abil," sapa gadis itu, ia mengulurkan tangannya ke arah Ley.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Are You? ✔️
Fiksi Remaja(Follow sebelum membaca) ***** Kehidupan Ley yang penuh dengan bayang-bayang kematian kedua orang tuanya membuat gadis itu tumbuh menjadi sosok misterius penuh rahasia. Hingga suatu hari pertemuannya dengan laki-laki tampan pembuat onar bernama An...