Part 44

130 35 3
                                    

Selamat membaca....




Flashback on
(Delapan tahun yang lalu)

Seorang anak perempuan duduk di teras rumahnya, ia baru saja pulang dari sekolahnya. Berbeda dengan anak seusianya, jika anak lain setelah pulang sekolah akan mencari ibunya, ia berbeda. Anak perempuan itu tak melepas sepatunya, ia melempar tasnya kemudian meletakkannya dan memilih mengambil bola basket yang berada disamping rak sepatu.

Setelahnya tanpa peduli makan, ia akan bermain dengan benda itu sampai sore. Basket adalah dunianya, benda bulat itu sangat menyenangkan menurutnya. Ia bisa lupa pada banyak hal karena benda itu termasuk orang tuanya yang mungkin menunggunya.

"Elsa! Kalo udah pulang masuk dulu dong!" teriak seorang wanita paruh baya dari dalam rumah.

Anak perempuan yang dipanggil Elsa itu menoleh, ia tersenyum menunjukkan deretan gigi putihnya kemudian melemparkan bolanya ke arah ring. Setelah bola itu masuk ia langsung berlari ke arah ibunya, mencium tangan wanita paruh baya itu kemudian memeluknya.

"Kalau pulang itu langsung masuk, jangan main bola dulu," ucapnya lagi kali ini sembari mencolek hidung anak perempuan itu.

"Elsa suka banget sama basket," ucap Elsa tersenyum.

"Sama ibu nggak suka?"

Elsa kembali tersenyum. "Elsa suka Ibu, suka Ayah, sama suka basket. Kak Leo juga Elsa suka!"

Wanita paruh baya itu tersenyum mendengar jawaban polos putri tunggalnya itu. Ia kemudian berjongkok, menyamakan tingginya dengan Elsa.

"Minggu ini Elsa ulang tahun kan?" tanyanya, Elsa mengangguk cepat. "Elsa mau hadiah apa dari Ayah sama Ibu?"

Anak perempuan itu terdiam, ia memikirkan jawabannya dengan serius. Momen ulang tahun adalah waktu yang sangat ditunggu-tunggu oleh anak seusianya karena hanya terjadi satu tahun sekali. Jadi hadiah yang akan ia minta juga harus sesuatu yang berarti.

"Elsa mau bola basket baru!" jawab anak itu semangat.

"Loh, tahun lalu kan juga bola basket. Sekarang mau bola lagi?" tanya Ibu.

"Iya, tapi tahun ini Elsa mau pilih sendiri. Tahun lalu kan Ayah sama Ibu belinya diam-diam."

Ibunya tersenyum kemudian mengangguk pelan. "Kalo gitu nanti kita bilang Ayah yah?"

"Iya!"

Elsa tersenyum bahagia siang itu, waktu membeli hadiah itu adalah momen yang sangat ia tunggu. Selama semalaman anak perempuan itu menunggu pagi datang, ia membawa serta bola basket lamanya ke dalam kamar. Memeluknya erat karena merasa bersalah akan menggantinya dengan bola yang baru, tapi jantungnya benar-benar berdebar membayangkan puluhan atau mungkin ratusan bola yang akan ia pilih besok pagi.

Saat pagi tiba Elsa bangun paling pagi, ia membangunkan Ibu dan Ayahnya. Membantu Ibunya menyiapkan sarapan, membantu Ayahnya menyiapkan mobil dengan harapan agar bisa segera berangkat dan memilih bola. Kedua orang tuanya tersenyum melihat Elsa yang terlihat begitu semangat pagi ini.

"Elsa beneran cuma mau bola basket? Nggak mau yang lain?" tanya Ayahnya memastikan.

"Nggak, Elsa mau bola basket aja!" jawabnya semangat.

"Nggak mau boneka?" kali ini giliran Ibunya yang menawari.

Elsa menggeleng mantap. "Enggak, maunya bola basket!"

Setelah dirasa jawaban putrinya mantap, mereka bergegas bersiap membawa Elsa pergi. Pagi itu cuaca memang sedang tak bagus, bahkan sejak pagi hujan tak berhenti turun. Tapi mereka tak mungkin membatalkannya apalagi Elsa sudah sangat bersemangat.

Who Are You? ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang