Part 37

107 36 2
                                    

Selamat membaca....

"Dasar anak pembawa sial!"

Ley mematung ditempatnya berdiri, pandangannya bergetar merasakan hal buruk akan segera terjadi. Dari dalam rumah paman dan bibirnya berlari keluar dan langsung mendekati Ley.

"Masuk Ley," ucap Hendra menyuruh Ley agar tak terkena masalah.

Ley menundukkan kepalanya berniat berjalan masuk ke dalam rumah. Sebelum pergelangan tangannya ditarik dan membuat tubuhnya jatuh tersungkur ke tanah.

"Mau kemana kamu!"

"Eli! Kamu apa-apaan sih!" pekik bibi Ley, wanita paruh baya itu bergegas membantu Ley berdiri.

"Kakak nggak usah belain dia, dia itu pembawa sial!" bentak Eli, adik perempuan ayah Ley.

Sejak meninggalnya kedua orang tua Ley, Eli tak pernah menyukai keponakannya itu. Meskipun ia masih punya hubungan darah dengan gadis itu sekalipun ia tetap tak menyukai Ley. Apalagi belum lama ini ibunya meninggal karena harus mengurus Ley.

"Ya kamu bicara baik-baik dong!" ucap bibi Ley.

"Dia itu bermasalah, Kak. Sampai kapan kalian mau ngasuh dia terus, anak ini pembawa sial. Ayah sama ibunya aja meninggal karena dia, ibu juga meninggal karena dia. Dia itu pembawa sial!"

"Kamu nggak bisa nyalain Ley!" bentak Hendra.

"Bisa! Coba kamu tanya sama dia apa dia masih ingat sama ibunya!"

Hendra dan istrinya terdiam, begitu pula dengan Ley. Ucapan Eli tak salah, Ley tak sepenuhnya baik-baik saja. Kepergian kedua orangtuanya membuat Ley benar-benar terpukul bukan hanya sifat gadis itu yang berubah tapi ingatan gadis itu juga berubah.

Ley tak bisa lagi mengingat suara ibunya, gadis itu melupakannya dan tak bisa mengingatnya sedikit pun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ley tak bisa lagi mengingat suara ibunya, gadis itu melupakannya dan tak bisa mengingatnya sedikit pun. Karena itu pula ia tak menyangkal ucapan Eli begitu pula dengan paman dan bibinya yang sama-sama tak bisa membela Ley.

"Nggak kan? Kamu lupa kan sama orang tua kamu sendiri!" tunjuk Eli tepat didepan Ley.

Bibi Ley mengeratkan pegangannya pada Ley berusaha menguatkan keponakannya agar tak terpukul. Tapi telinga Ley berdenging saat itu pula, pandangannya mengabur. Ini yang terjadi jika ia berusaha mengingat suara ibunya.

"Cukup Eli, berhenti nyalahin Ley. Dia nggak salah apapun," ucap Hendra, laki-laki itu meraih tangan Ley. "Masuk Ley, biar om yang bicara sama Tante Eli."

Ley berbalik masuk ke dalam rumah, gadis itu masih mendengar jelas teriakan Eli diluar rumah. Ia juga mendengar paman dan bibinya membela dirinya, sementara ia sendiri tak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bersembunyi dibelakang paman dan bibinya.

Ley duduk dibelakang pintu kamarnya, gadis itu memegangi kepalanya yang berdenyut sakit. Semua ingatan masa kecilnya masuk dan berputar dikepalanya seolah berebut untuk diingat. Tapi dari semua itu hanya suara ibunya yang tak bisa ia ingat, Ley memejamkan matanya berusaha mengurangi denyut dikepalanya.

Who Are You? ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang