4. Gadis manis

3.1K 160 9
                                    

Tinggalkan vote dan komen seperti kalian meninggalkan masalalu.

Happy reading...

4. Gadis manis

"Ca sekarang ada tugas Seni Budaya yang harus dikumpulin." Bisik Hafizah di telinga Eca.

"Mati! Aku gak tahu dan yang pasti belum ngerjain tugas itu." Ucap Eca yang baru saja mengeluarkan buku catatannya.

Hafizah terkekeh merdu. "Itu kan karena kamu kemarin pulang duluan." Cewek berjilbab itu mengambil sesuatu dari dalam tas sekolahnya. "Udah kamu gak usah panik gitu Ca, nihh aku sengaja bikin dua biar kamu gak kena hukuman." Ucap Hafizah menyelamatkan dunia Eca.

Eca memeluk Hafizah sayang. "Makasih ya Fi, aku traktir deh istirahat nanti."

"Gak usah. Kayak sama siapa aja," gadis berjilbab itu tersenyum menyenangkan. "Kamu mau kerajinan tangan yang mana?"

"Yang mana aja Fi, gak mau neko-neko ahh." Setelahnya Eca dan Hafizah larut dalam obrolan ringan mereka begitu pun dengan Sheila yang baru saja bergabung dengan Eca dan Hafizah.

"Oh iya, aku mau cerita soal ini tapi lupa terus." Hafizah menepuk keningnya sembari menyengir bodoh.

"Cerita apa?" Tanya Sheila dan Eca kompak.

Hafizah mulai bercerita tentang dirinya yang diganggu oleh seorang pria tadi malam, kemudian ditolong oleh seorang wanita yang luar biasa cantik nyaris tanpa cela. Hafizah juga menceritakan bagaimana dengan beraninya wanita cantik yang menolong Hafiza itu menghajar cowok brengsek yang mengganggu Hafizah, karena Hafizah memang sempat mengintipnya.

"Masya allah.. gerakannya lincah dan akurat banget. Aku jadi pengen belajar bela diri deh." Hafizah menatap ke atas langit-langit, tangannya ia satukan tanpa sadar. Terlihat jelas bahwa Hafizah sangat mengagumi sosok cantik yang telah menolongnya.

Eca di sampingnya mengukir senyum samar. Sedangkan Sheila mendorong bahu Hafizah sadis. "Gue jadi penasaran sama cewek itu. Masa sih dia cantik banget? Lebih cantik gitu dari pada gue?"

"Jauhhh Shey jauh, bagaikan langit dan bumi..." Hafizah justru menyanyi.

"Gak usah nyanyi lo sableng!" Sentak Sheila kesal.

Eca mengibaskan tangannya pelan. "Kenapa pada ribut deh."

"Tugas kemarin silahkan dikumpulkan." Suara lembut yang kerap kali berujung maut itu membuyarkan aktivitas unfaedah di kelas dua belas Administrasi dua.

Siswa dan siswi di kelas ini berhamburan mengumpulkan tugas mereka. Tidak ada satu pun yang tidak mengerjakan tugas dari guru bertubuh tinggi itu. Karena walau pun suaranya lembut dan mendayu-dayu, guru cantik itu memang terkenal sadis dalam memberi hukuman.

***

Dentingan sendok mengisi keheningan di meja pojok kantin yang berisi tiga wanita dengan karakter berbeda yang begitu mencolok. Si gadis berkacamata dengan kuncir dua kebanggaannya, gadis berjilbab yang sopan dan santun tutur katanya, juga si imut babar yang hobi berteriak, duduk diam menikmati waktu istirahat mereka dengan mengisi perut.

"Lo emang jarang berduaan sama Saka ya Ca?" Tanya Sheila tak tahan dengan keheningan yang terjadi di antara mereka.

Eca mengangguk meng-iyah-kan. "Kenapa?"

"Ya agak heran aja, lo jarang berduaan tapi kayak nempel banget gitu. Saka juga keliatannya sayang banget sama lo." Sheila kembali mengunyah siomaynya.

"Ya kan, Saka sering main ke rumah." Jawab Eca.

"Diapelin terus dong kamu Ca." Ucap Hafizah dengan tatapan menggoda.

Eca mengedikan bahunya. "Ya gitu."

"Gue jadi pengen main deh ke rumah lo. Selama hampir tiga tahun kita temenan belum pernah kita main ke rumah lo." Sheila menyeletuk panjang.

Eca terkekeh sinting. "Oh iya, aku sampe gak sadar. Kapan-kapan aku ajakin main deh ke rumahku."

"Astaga Saka, kamu ngagetin aja!" Gadis berkuncir dua memekik kaget ketika cowok bernama Saka merengkuh lehernya dari belakang.

"Aku laper." Ucap Saka manja. Cowok itu duduk di samping kanan Eca, menggeser posisi Hafizah.

"Kamu mau makan apa?" Eca bertanya sabar.

"Kamu makan apa?" Saka balik bertanya.

"Siomay."

"Yaudah aku mau makan siomay." Jawab Saka cepat.

Eca beranjak bangun. "Aku pesenin bentar."

"Apa?" Tanya Eca saat Saka mencekal lengannya, membuat gadis itu menghentikan langkah.

"Biar Sheila aja yang pesenin kamu duduk aja di sini."

"Enak aja nyuruh-nyuruh gue! Gak ma-!"

Hafizah membekap mulut Sheila, menghentikan mulut bocor wanita itu yang takan berhenti berceloteh.

"Udah ayok pesenin aja. Jangan banyak ngomong." Hafizah lantas menarik lengan Sheila membuat gadis berwajah imut itu tersandung-sandung.

Hanya tiga menit, Hafizah dan Sheila sudah kembali ke meja yang ditempati Eca.

"Ini siomaynya, di abisin ya Ka." Hafizah meletakan sepiring siomay di depan Saka. Disusul oleh Sheila yang meletakan jus jeruk di tengah meja dengan ogah-ogahan.

"Bilang makasih Saka." Ucap Eca gemas.

"Makasih." Ucap Saka datar.

Sheila mengacungkan tinju nyaris menghajar kepala Saka. Untung Hafìzah dengan sigap menahan tangannya.

"Lepas Fi, biarin gue tabok Saka sekali aja." Sheila meronta, mencoba melepaskan diri dari dekapan Hafizah.

"Udah Shey, mending kita balik ke kelas." Ucap Hafizah menenangkan. Sheila menggeram jengkel, "awas lo Ka!"

"Kamu sih seneng banget godain Sheila."

"Siapa yang godain Sheila sih Ca, aku kan cuma bisa godain kamu." Saka mengerling genit. Hanya dengan Eca saja Saka banyak berekspresi.

Eca mendengus menahan tawa. Wajah Saka entah mengapa terlihat sangat lucu. "Yaudah cepetan makan, katanya laper."

"Suapin."

"Manja." Eca mulai menyendokan siomay di piring Saka dan menyuapi bayi besar itu.

Saka mengulurkan tangannya menyusuri lekuk wajah Eca, terasa halus dan menyenangkan setiap kali ia menyentuh kulit gadisnya. Perlahan lengan itu membelai bibir merah muda Eca menghilangkan sesuatu berwarna merah yang mengubah warna bibir gadisnya. "Kamu udah manis banget, gak usah pake beginian ke sekolah."

Eca tersenyum manis. Semburat merah muncul menghiasi paras cantiknya yang terbingkai kaca mata.

"Aku udah kenyang. Ayok aku anter ke kelas." Saka merengkuh tubuh semampai Eca ke dalam dekapannya. Membuat mereka lagi-lagi menjadi pusat perhatian.

Mereka berjalan beriringan.

Kali ini tangan kekar Saka memilin sebelah kuncir Eca, melilitkan rambut pirang itu ke telunjuknya.

Wajahnya ia dekatkan ke wajah Eca. Eca tahu Saka akan menciumnya maka dengan cepat Eca memalingkan wajahnya.

Saka memang keras kepala, beberapa kali Eca memperingatkan agar cowok itu tidak sembarangan menciumnya namun sampai berbusa pun Eca berbicara, Saka tidak pernah mendengarnya.

Karena Eca memalingkan wajahnya, otomatis kini bibir Saka berada tepat di telinga Eca. Pria itu mengeja sederet kalimat yang membuat wanita mana pun bergetar hebat mendengarnya.

"I love you Eca."

Eca menutup kedua telinganya, memberi jarak antara dirinya dengan Saka, wajah cewek itu merah padam, tangannya gemetar. "Jangan godain aku terus Saka!"

Saka tertawa ngakak. Eca selalu saja semanis ini.

_Tbc_

Banjirin kolom komentar dong biar saya cepet update hehe;))

Goodbye Cupu! [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang