25. Gadis berpiyama

1.4K 90 24
                                    


Tinggalkan jejak^^

25. Gadis berpiyama

Dengan piyama tidur, rambut kusut, serta wajah bantal khas orang bangun tidur, Eca tersandung-sandung menyeret kakinya menuruni undakan tangga.

Jam delapan. Waktu yang terbilang pagi untuk hari Minggu. Tapi tidur nyenyak Eca harus terusik hanya karena seorang tamu yang 'tak diharapkan.

"Siapa sih, Ma yang nyariin Billa?"

Mama tersenyum, "pacar kamu. Kamu kok gak pernah bilang punya pacar baru? Cakep banget lagi. Mama suka."

Rasa kantuk yang sesaat lalu bergelayut manja di pelupuk matanya seketika sirna. "Hah? Pacar?"

Pasti ada yang tidak beres.

Cepat-cepat Eca melangkahkan kakinya dan berhenti tepat di depan sofa dengan seorang pria yang duduk di atasnya. Tersenyum tengil sembari melambaikan tangan.

"Heh, cacing tanah! Ngapain lo pagi-pagi udah bikin orang sakit mata?!" Belum apa-apa Eca sudah emosi.

"Yang sopan sama suami."

Eca mendesis jijik. "Ew! Najis."

"Gue mau ngajak lo jalan. Baik kan gue? Mana ada coba tuan yang ngajak babunya jalan-jalan," Ken menepuk-nepuk dadanya. "Cuma gue."

"Ini itu hari libur. Bisa gak sih lo tuh gak usah ganggu ketentraman hidup gue?" Kesal Eca sembari menekan hidung Ken dengan telunjuknya.

Ken menepis telunjuk Eca. "Mau ini hari libur kek, hari kartini kek atau hari pernikahan kita sekali pun, gue gak akan berenti gangguin lo." Tegas Ken semakin sengklek saja.

Tersulut emosi, Eca menarik kerah kemeja Ken hingga cowok yang tadinya duduk itu menjadi berdiri. Detik berikutnya Eca menghantamkan keningnya sendiri ke kening Ken hingga terdengar bunyi-

Dugh!

"Biar mikir!" sentak Eca emosi.

Ken memejamkan matanya, sebisa mungkin menyeimbangkan tubuhnya agar tidak tersungkur. Kepala Eca benar-benar keras, sekali sundul saja Ken langsung sempoyongan.

"Kepala gue tuing-tuing, Ca," adu Ken jujur. Eca melipat kedua tangannya 'tak peduli. Cowok itu sendiri yang minta disundul. Wajahnya saja sudah membuat Eca naik darah, tingkah tengilnya tentu saja membuat Eca marah.

"Tanggung jawab dong Bill." Kali ini cowok itu merengek. Kepalanya sudah baik-baik saja, tapi cowok itu tetap memasang wajah nelangsa.

Oh iya, tadi Ken memanggil si gadis pirang dengan panggilan Eca, sekarang Billa. Dia itu tidak punya pendirian atau bagaimana sih?

Eca melirik Ken sekilas. Cewek itu kemudian duduk di sofa tunggal sembari menyeruput teh hangat yang sebenarnya disuguhkan untuk Ken. "Mending lo pulang."

"Gak! Enak aja. Masa belum ngapa-ngapain udah disuruh pulang." Ken menghampiri Eca, melihat rambut gadis itu yang berantakan dia menyentuh rambut pirang itu.

Eca menepis tangan Ken di rambutnya kasar. "Gue gak nyuruh pulang."

Ken kembali menyentuh rambut pirang Eca, menyisirnya perlahan menggunakan jari. "Terus?"

"Ngusir!" sentak Eca sembari menarik lengan Ken dan menggigitnya sadis. Manik birunya melotot kesal. Menatap Ken seperti predator.

"Sakit Queen!"

"Serah bangsat! Lagian lo itu kalo mau manggil Queen, Queen aja. Kalo Eca, Eca aja. Kalo Billa ya Billa aja. Gue gatel dengernya. Gak punya pendirian banget sih!"

Eh? Ken berkedip tiga kali. Kok jadi bahas nama ya? "Emm ..." cowok itu menggaruk pipinya yang tak gatal. "Ca?" Ken berpikir. "Caca aja gimana?"

"Hah? Lo kira gue permen apa?"

"Sama-sama manis kan?" ucap Ken dengan cengiran lebarnya.

Hareehhh, digombali seperti itu bukannya baper, Eca justru merasa jengkel. Wajah Ken saat menyengir lebar tidak ada manis-manisnya sama sekali. Sungguh.

"Yaahhh, kok muka kesel lo berubah jadi gak enak gitu sih, Ca?" Ken menyadarinya. Bahwa kesal Eca kali ini ... berbeda.

"Pulang sana! Gue sibuk mau tidur!" ketus Eca.

"Maaf deh kalo gue salah. Jangan ngambek dong."

"Gue gak ngambek." Eca menyangkal. Sejak tadi cewek bermanik biru itu terus menatap ke arah lain. Enggan menatap lawan bicaranya.

"Gue janji," imbuh Ken membuat penasaran. "Hari ini lo gue bebasin jadi budak gue. Khusus hari ini gue mau mesra-mesraan sama lo." Cowok itu tersenyum. Senyum cool, yang selalu berhasil membuat wanita klepek-klepek.

Eca melirik sekilas, mengabaikan kata 'mesra-mesraan' yang keluar dari bibir Ken. Bibirnya terkantup rapat. Tapi melihat senyum Ken yang tidak biasa, perlahan-lahan cewek itu menoleh__menatap lawan bicaranya.

"Janji gak akan nyuruh-nyuruh gue seharian ini?" tanya Eca memastikan.

Ken menjawil hidung mancung Eca gemas. "Iya Caca," jawab Ken lembut. Cowok jangkung itu tertawa saat gadis di depannya mendengus.

"Sana siap-siap. Kita jalan-jalan."

"Gak mau kalo gak dijajanin."

"Lo yang pilih tempatnya. Terserah mau makan apa aja, gue yang bayar," jawab Ken membuat senyum Eca merekah.

Mungkin tidak apa-apa sesekali jalan-jalan dengan cowok tengil itu. Lagi pula sudah lama Eca tidak bepergian keluar rumah. Selain ke sekolah tentunya.

"Ok deh." Eca melangkah riang meninggalkan Ken menuju ke kamarnya. Lumayan jajan gratis. Hehehe.

_Tbc_

See u❤





Goodbye Cupu! [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang