200 banding 2000 itu emang kebangetan banget kan ya? HAHAHA
Untung saya sabar.
Buat yang kesindir silahkan berubah sebelum saya pergi ke 200 dukun buat santet online kalian 200 kali.
But, thank you very much buat kalian yang selalu vote dan komen cerita-cerita saya.
Part ini untuk kalian ....
22. Ken vs Eca
Ken tersenyum miring. Mengangkat sebelah alisnya penuh arti. "Menurut lo?"
Eca panik. Manik sebiru lautan itu melirik cemas, "Tenang Ken, gue tahu lo bajingan. Gak perlu lo tunjukkin depan gue ok?"
Memiringkan wajah 'tak mengerti, Ken menatap Eca bingung. Cowok jangkung itu mempertipis jarak antara dirinya dengan gadis bermanik biru.
"Lo tahu? Gue gak suka ditolak dan lo," Ken menunjuk wajah Eca dengan telunjuknya. "Gak gue izinin buat nolak gue, perintah gue atau pun pemberian gue."
"Ngomong apa sih lo." Eca mulai merasa sesak. Sedari tadi cewek itu tanpa sadar memang menahan napas. "Minggir gak?! Gue mau ke kelas."
"Ambil," Ken menjejalkan sebatang cokelat ke tangan Eca. Menyadari hal itu Eca seketika bernapas lega. Ternyata cowok itu hanya ingin memberikan cokelat yang sempat ia tolak.
"Abisin. Awas kalo sampe dibuang atau dikasih sama orang lain, gue cium lo depan temen-temen sekelas lo." Ancam Ken kejam.
Si gadis berambut pirang melotot 'tak terima. "Gak usah sok ganteng lo!"
"Gue cuma bicarain hal yang ada di kepala lo," balas cowok itu dengan senyum menyebalkan.
Kedua tangan mungil Eca mengepal erat, kesal. Cokelat di tangannya terlempar menghantam dinding. Cowok itu selalu saja menjailinya.
"Ugh ... ada yang kesel nih." Kali ini Ken bersiul menggoda. Membuat Eca 'tak tahan untuk tidak menerjangnya.
Mendapat serangan mendadak dari Eca tentu saja Ken terkejut. "Lo mau ngapain sih, Ca?" tanya Ken__menatap Eca yang menduduki tubuhnya dengan senyum jail.
"Mau cakar-cakar muka lo!" teriak Eca garang.
Karena Ken melindungi wajahnya, Eca hanya bisa menjangkau leher dan tangan cowok itu. Walau begitu goresan-goresan yang terukir manis di tangan dan leher cowok itu cukup membuat si gadis berambut pirang tersenyum puas.
"Nakal," desis Ken kesal.
"Aaaaa!" teriak Eca saat Ken mengangkat tubuhnya. Segala makian terlontar dari bibir merah jambunya. Namun tidak berhasil membuat Ken menurunkan cewek itu.
Ken melangkah cepat melewati lorong-lorong sekolah, menyita perhatian beberapa murid yang berada di luar kelas.
Berbelok kemudian menendang pintu cokelat di depannya, seluruh pasang mata menatap ke arahnya. Membuat Eca yang berada dalam gendongannya menggertakan gigi kesal.
Berhenti melangkah. Ken menurunkan Eca di atas meja guru. Membuat mereka berdua lagi-lagi menjadi pusat perhatian.
Melotot, Eca menatap Ken buas. "Lo-!"
"Ssstt ...." Eca tidak bisa menyelesaikan ucapannya saat Ken meletakan telunjukknya di bibir cewek itu.
Kali ini Ken menatap teman-temannya dengan binar cerah. Sementara kedua tangannya ia gunakan untuk menahan pergerakkan Eca.
Yaaa, Ken memang membawa Eca ke dalam kelasnya. Sinting memang. Dia bahkan tidak peduli jika di detik berikutnya akan ada guru yang masuk ke dalam kelas.
"Kalian tahu?" Manik tajamnya melirik Eca intens, "si cantik ini pembantu gue. Dan ... khusus hari ini, kalian bebas nyuruh-nyuruh dia." Ken menepuk dadanya congkak. "Gue pastiin dia gak akan nolak."
Terlihat senyum sumringah dan binar bahagia di wajah murid kelas XII TKJ3 saat Ken memberikan pengumuman menyebalkan itu.
Ditariknya kerah kemeja Ken dengan sadis. Sejak bertemu Ken, Eca memang berubah menjadi cewek beringas, tidak. Bukan berubah, ini memang diri Eca yang sebenarnya. "Lo mau mati ya?" desis Eca tajam.
Ken memiringkan wajah, tersenyum senang melihat wajah kesal Eca yang terlihat semakin cantik. "Mati sama lo? Mau."
"Najis! Inget gue itu cuma jadi pembantu lo aja. Bukan jadi pembantu temen-temen sekelas lo juga. Otak lo di mana sih? Jangan seenaknya dong."
"Pertama," Ken mengangkat telunjuk kanannya, "gue gak pernah lupa lo itu pembantu gue. Kedua," Ken mengangkat jari tengahnya bersamaan dengan telunjuk cowok itu. "Gue berhak ngelakuin apa aja dan ngasih perintah apa aja sama pembantu gue. Dan ketiga," kali ini Ken mengangkat ketiga jarinya. "Lo gak berhak ngebantah gue."
"Heh!!!" Eca berteriak melengking. Membuat seluruh perhatian teralih padanya. "Peraturan kurang ajar macam apa itu?!"
"Ssstt, cewek cantik mana boleh teriak-teriak kayak gitu." Ken memperingati. Tapi si gadis berambut pirang memang sedang beringas. Tejunjuk Ken yang menempel untuk kedua kalinya di bibir gadis itu, ditepis kasar menggunakan tenaga dalam.
Sesaat telunjuk Ken terasa kebas.
Dengan manik biru berkilat marah, Eca melompat turun dari meja guru. Memutuskan untuk pergi setelah sebelumnya menyempatkan diri menendang kaki Ken.
***
"Ibu tahu kamu anak pemilik sekolah ini, tapi hukuman tetap 'tak bisa kamu hindari." Jeda tiga detik. "Sejak lama, sekolah ini sudah terkenal akan kedisiplinannya, untuk itu dengan sangat terpaksa ibu harus memberikan hukuman untuk kamu Shalsabilla."
Tersenyum kecil, Eca menganggukan kepala sembari mengumamkan kata, "iya."
"Tolong jangan diulang lagi." Guru BP yang masih sangat muda itu memperingati. "Kamu bisa menjalani hukuman kamu dengan berlari mengelilingi lapangan utama sebanyak dua puluh putaran."
Meringis dalam hati, Eca tetap menjawab tenang walau sejak tadi sudah jenuh mendengarkan segala macam wejangan dari sang guru. "Baik, Bu," jawab Eca kemudian pamit pergi.
"Lo diapain Ca sama BP galak itu?" tanya Adela heboh. Cewek itu memang sengaja menunggu Eca di depan pintu BK.
"Disuruh olahraga," jawab Eca ketus.
Padahal ini tidak sepenuhnya salah Eca, semua adalah salah Ken. Eca benar-benar ingin membakar cowok itu hidup-hidup saat ini juga.
Menyebalkan. Menyebalkan. Menyebalkan.
Ken memang manusia paling menyebalkan di alam semesta.
"Besok libur sekolah kan?"
"Iyalah, kan hari sabtu. Kenapa emang?" Adela balik bertanya.
'Tak menjawab. Eca hanya mengukir senyum mengerikan.
Lihat saja.
_Tbc_
See u❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye Cupu! [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[Part masih lengkap] Warning⚠ 17+ Eca, tujuh belas tahun, tinggi 170 cm, berkulit putih, berambut pirang, dan berhidung mancung. memiliki sifat pendiam, pemalu dan tidak mudah bergaul. Gadis itu cukup cantik, jika saja kacamata besar 'tak membingkai...