10. Ken? (Pertemuan kedua)

1.6K 89 8
                                    


10. Ken? (Pertemuan kedua)

Malam yang lumayan kelam. Beruntung bulan sabit yang bersinar pucat menemani langit kelam malam ini. Billa duduk santai di teras depan rumahnya, memakai pakaian casual menunggu seseorang yang akan menjadi pesuruhnya malam ini. Sengaja tidak ikut balapan karena ada hal yang dianggapnya lebih seru.

Deru motor membuat Billa mengangkat wajah cantiknya yang sedari tadi terpaku pada layar ponsel. Senyum miring tercetak jelas di bibir mungilnya.

"Perlu izin dulu sama nyokap bokap lo?" tanya cowok berjaket levis dari atas motor besarnya.

Billa menggeleng. "Gak perlu, orang tua gue lagi gak ada di rumah." Detik berikutnya Billa sudah duduk manis di boncengan cowok itu. Semilir angin malam menerpa rambut pirangnya yang lolos dari kepangan rumit gadis itu. Motor sport yang melesat cepat tidak sedikit pun membuat Billa merasa takut. Dia anteng-anteng saja berpegangan pada jaket cowok itu.

"Jadi ... jalan sama gue itu termasuk sesuatu yang keren ya?!" kata Langitra setengah berteriak agar Billa dapat mendengar suaranya.

Billa memejamkan mata erat. Menyesal akan ucapan yang ia lontarkan malam itu pada Langitra. "Jangan salah paham. Bukan itu maksud gue," jelas Billa sebal.

Langitra tertawa merdu. Tidak ia hiraukan ucapan Billa yang tengah membela diri. "Kita mau ke mana?"

"Ke Gramedia, lo bakal jadi kacung paling terhormat di abad ini," sahut Billa semangat.

Langitra mendengkus. "Terserah lo deh."

Waktu tiga puluh tujuh menit yang harus mereka tempuh untuk sampai di Gramedia, Langitra pangkas sadis sehingga dalam waktu lima belas menit mereka berdua sudah sampai di tempat tujuan.

"Rambut lo berantakan, Queen." Langitra merapikan rambut pirang Billa perlahan saat mereka berdua turun dari motor. Billa menepis tangan Langitra kasar, mendengkus sebal pada cowok itu.

"Lo pikir siapa yang bikin rambut gue berantakan?" Di depannya Langitra menyengir lebar, tangannya terulur menggenggam tangan Billa. Billa manut-manut saja. Mereka berjalan beriringan dengan tangan yang saling bertautan.

Semoga ketemu cowok gue.

Billa membatin sinting. Mungkin cewek itu sedang ingin beradu tinju. Cewek tidak waras mana coba yang ingin bertemu kekasihnya saat ia jalan berdua dengan cowok lain? Pegangan tangan pula. Benar-benar deh si Billa ini.

Memasuki jajaran novel, Billa mengambil satu novel yang dianggapnya menarik di setiap rak. Memilih seenak jidat tanpa melihat harganya. Toh Langitra yang akan membayar.

"Lo yakin bisa baca semua novel itu?" Langitra meringis ngeri melihat novel-novel tebal di pelukan Billa.

Billa melirik sekilas ke arah Langitra, lagi-lagi mengambil novel tebal di rak yang berbeda. Novel-novel di pelukannya ia lempar ke arah Langitra. Langitra menangkapnya sigap. Kali ini Billa memutar tubuhnya, berhadapan langsung dengan Langitra. Cewek itu mengacungkan telunjuknya lucu, "tugas lo cuma jadi kacung gue aja. Gak usah banyak komentar." Setelah mengatakan itu Billa kembali memilih novel sesuka hati.

Langitra hanya bisa pasrah menangkap novel-novel yang di lempar Billa ke arahnya, mulai dari chicklit, romance, fantasi, sampai horor semuanya ada dalam pelukan Langitra.

Selesai memborong novel. Billa minta di beri makan di restaurant bintang lima. Cewek itu lagi-lagi memilih makanan dan minuman seenak jidat.

"Saya mau semua makanan dan minuman paling mahal yang ada di sini," ucap Billa saat seorang waiter menyodorkan buku menu.

"Ini sih namanya lo mau ngerampok gue," ucap Langitra yang tengah bersandar pada sandaran kursi. Tangannya pegal-pegal karena membawa tumpukan novel milik Billa.

Goodbye Cupu! [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang