38. Hari terakhir

1.1K 62 16
                                    

38. Hari terakhir

Pagi yang sangat-sangat cerah, namun entah kenapa? Senyum yang terukir di wajah cowok itu jauh lebih cerah dari sang mentari.

"Awal dan akhir." Begitu cowok itu menamai hari ini.

Rasanya sang raga sudah 'tak sabaran ingin menemui sang pujaan hati, bersimpuh di hadapannya bak pangeran yang hendak menjemput permaisuri, lalu mengungkap rasa dengan tatapan penuh cinta. Ahh, cinta ... memikirkannya saja sudah membuat orang-orang nyaris gila.

"Semoga feeling gue bener, kalo dia juga punya perasaan yang sama kayak gue," gumam Ken di depan cermin. Dia sibuk menata rambutnya agar lebih mempesona sejak tiga puluh menit yang lalu. Dan hal itu hanya terjadi dua kali dalam seumur hidupnya. "Apa kata Boboiboy kalo seorang Ken ditolak?" kata cowok itu dengan gaya bicara paling narsis yang pernah ada.

Hari ini mungkin akan menjadi hari bersejarah untuk kisah asmaranya.

"Coba aja itu sekolah punya bokap gue udah gue liburin semua warga sekolah biar gue gak usah nunggu malem dulu buat ngajak Eca ke luar." Sayangnya sekolah elit yang menjadi tempatnya menimba ilmu adalah milik orang tua Eca, bukan milik orang tuanya.

***

"Thanks ya, Lang," ucap Eca setelah turun dari motor.

"Makasih doang nih?"

"Lo minta ongkos?"

"Minta cium aja boleh?"

"Ini di sekolah, jangan ngomong sembarangan kenapa sih?" gemas Eca membuat Langitra tertawa.

"Berarti kalo di luar sekolah boleh?"

"Ya tetep gak boleh dong." Lalu Eca tertawa. Hari ini dia memang terlalu mudah untuk tertawa, hal-hal kecil pun berhasil membuat kedua bahunya bergetar.

"Lo kalo di sekolah jadi keliatan lebih imut, Queen."

Eca mengibaskan rambut pirangnya yang tergerai bebas. Sedikit membungkuk, cewek itu berkata dengan nada rendah, "emang biasanya gue keliatan kayak gimana hm?" tanya Eca sembari mengigit sedikit bibir bawahnya.

"Ughh ... minta ditikam ya?" geram Langitra ketika Eca mulai berulah. Lagi-lagi si gadis pirang tertawa senang. Senang sekali ... karena hari ini adalah hari terakhir cewek itu menjadi pesuruh.

"Gue masuk dulu, bye!" Kemudian dia berlalu pergi.

"Jangan lupa nanti malem lo harus dateng!" Langitra setengah berteriak.

Sedikit menoleh. Eca mengangkat kedua ibu jarinya__menanggapi si cowok berandal.

"Nah, itu Eca!" seru Adam kegirangan ketika melihat Eca yang berjalan santai di koridor Teknik Mesin. "Mana si Ken? Tadi nyari-nyari, sekarang udah ada Ecanya malah ngilang." Memang dasarnya si cowok bandel itu senang sekali menyusahkan teman. Tapi ya sudahlah daripada nanti cowok itu berisik karena tidak menemukan si gadis pirang lebih baik Adam segera memberitahunya.

Mencari kesana-kemari ternyata Ken sedang asyik tidur di dalam kelas, tepatnya di atas meja yang disatu-satukan membentuk persegi panjang yang lebih luas.

"Ken bangun," ucap Adam sembari mengguncang tubuh Ken.

"Nghh ...."

"Ken, bangung oyy!" Adam mengguncang tubuh Ken lebih keras, saking kerasnya justru membuat cowok ganteng itu menggelinding dan-

Gedubrakk!

"AWWHH!" Jerit Ken membuat cowok bernama adam mulai berjalan mundur.

"Sorry, Ken. Tadi gue ketemu Eca, dia masuk sekolah!" Lalu Adam kabur.

"ADAMONYET!" Ken berlari mengejar Adam, tidak terima karena dibangunkan dengan cara yang begitu nista.

"Ampun Ken jangan kejar gue. Gue cuma suka sama tante-tante, gak suka om-om mesum kayak lo!" teriak Adam mengundang gelak tawa. Lagi-lagi mereka membuat onar di sekolah.

"Minta dimatiin lo emang!" Ken balas berteriak. Rasa kesalnya tidak akan hilang sebelum berhasil menangkap Adam dan melemparnya ke jalan raya. Biar di lindes truk saja sekalian.

"Ken, Adam ...."

Dua cowok itu refleks mengerem, nyengir kompak membuat Bu Icha melotot garang.

"Jam berapa sekarang?"

Ken bersiul, pura-pura tidak tahu. Adam juga ikut-ikutan. "Jam berapa ya?"

"Wah, itu guru baru ya? Ganteng juga ...."

"Hah? Mana?" Wanita yang berprofesi sebagai guru itu celingukkan, mencari sosok guru ganteng yang disebut-sebut siswanya. Tidak sadar jika dua siswanya baru saja melarikan diri.

"Kamu bohingin ibu ya, Ken?" Beliau menoleh. Mendapati kedua muridnya melarikan diri, hidungnya kembang kempis menahan emosi.

"KEN!!"

***

"Ca, entar malem gue jemput jam delapan."

"Gak bisa. Gue ada acara," tolak Eca 'tak acuh. "Minggir ahh, gue mau pulang!"

"Gak bisa gitu dong, Ca." Ken berjalan di belakang Eca. Protes 'tak terima karena ajakannya ditolak begitu saja.

"Bisa dong!" sahut Eca sewot.

"Lo masih jadi pembantu gue."

Si gadis bermanik biru berbalik saat Ken berhasil menyambar lengannya. Dua bola matanya melotot galak, sudut bibir bagian kanan ia angkat mengukir seringai menyebalkan. "Ini hari terakhir gue jalanin hukuman, dan lo," Eca menunjuk dada Ken dengan telunjuknya. "Masih aja ngasih perintah yang gak penting."

"Lepas," perintah Eca sembari menghempaskan tangan si biang onar.

"Terserah lo mau ngoceh apa. Pokoknya gue jemput jam delapan malem!" Putus Ken seenaknya. Kakinya berderap cepat menapaki lobi sekolah, meninggalkan Eca yang berteriak memakinya.

Padahal baru saja kemarin mereka saling menatap penuh rasa, sekarang sudah bertengkar dengan tampang gorila. Menyeramkan.

"Dasar cowok stres!"

"Sabar, kalem ... ini hari terakhir lo ditindas sama Ken, Ca. Besok-besok hidup lo bakal damai sentosa, Hahahaha!" Menyemangati diri. Tapi hatinya bertanya-tanya bagian mana yang hilang sehingga ia merasa kosong?

"Aneh," gumam Eca tanpa sadar.

_Tbc_


Capter depan bakal saya kosongin lagi, jadi pastiin kalian udah follow akun Autor bias bisa baca saat capternya Autor sunting.

Bocoran aja, capter depan bakal bikin jedag-jedug Hahaha

See u❤

Goodbye Cupu! [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang