19. Mendung

1.7K 100 24
                                    

Vote.

Komen.

Yang belum follow akun saya silahkan follow;))

19. Mendung

Ada yang mendung,
Tapi bukan hujan...

Sorak sorai penonton menyambut indra pendengaran, memecah sepi dalam heningnya malam.

Eca memasang wajah kesal, sudah sangat hapal dengan wajah tengil cowok yang menjadi rival-nya malam ini.

"Gak usah sok bete gitu, ahh. Gue tau aslinya lo seneng banget kan ketemu terus sama gue." Ken menaik-turunkan alisnya menggoda.

Kali ini Eca memasang wajah judes. "Gak usah sok kecakepan lo!"

"Lah? Gue kan emang cakep," balas Ken percaya diri.

Si gadis berambut pirang mendecih, memilih untuk mengabaikan cowok bernama Ken. Tangannya terulur mengenakan helm, setelah sebelumnya mengikat rambut pirangnya menjadi satu.

Ken melakukan hal yang sama, memakai helm full pace-nya dan mulai bersiap.

Brumm ... brumm ....

Brruummmm ....

Deru motor mereka saling bersahutan, membuat sorak sorai penonton yang semula mereda kembali menjadi riuh.

Seorang wanita cantik bak model papan atas berjalan anggun membawa bendera bermotif catur ke tengah lintasan, memberi semangat pada Ken dan Eca. Tapi jelas-jelas matanya 'tak pernah lepas melirik ke arah Ken.

Bendera diangkat. Orang-orang di area balapan kompak berhitung.

"One!"

Eca menoleh ke arah Ken, tangan kurusnya terulur membuka kaca helm. "Gue gak ngerti kenapa lo bisa jadi rival gue. Padahal sebelumnya gue gak pernah liat lo di lintasan." Dia memberi jeda. "Tapi ... gue pasti bakal menang," ucap Eca mantap.

Ken tersenyum menenangkan. "Bahkan walau kita belum balapan, lo emang udah jadi pemenang di hati gue." Cowok itu tertawa ngakak setelah mengatakannya. Tidak menyangka ternyata dia bakat sekali menjadi playboy. "Tapi maaf, di sini, di lintasan ini, gue yang akan menang."

"Two!"

Eca memiringkan kepala, memasang wajah lugu, "oh, ya? Sayangnya orang-orang yang terlalu percaya diri di depan gue selalu berakhir kalah dan nurutin semua keinginan gue." Terkesan sombong. Tapi Eca berkata fakta, sejauh ini tidak ada satu pun orang yang berhasil mengalahkannya.

"Gak masalah, gue juga akan kasih semua yang lo mau, kalo lo menang. Tapi kalo lo kalah ... lo cuma punya dua pilihan." Cowok itu mengukir senyum miring. "Jadi pacar gue, atau jadi pembantu gue."

Cuih!

Eca meludah sembarangan. Bibir merah jambu itu tersenyum meremehkan. "Gue gak akan jadi apa pun yang lo mau." Jeda tiga detik. "Gak jadi pacar lo dan gak juga jadi pembantu lo," kata gadis itu penuh penekanan.

"Gue yang bakal menang. Dan lo," Eca menunjuk Ken tidak sopan. "Bakalan jadi samsak gue selama tujuh hari," ucapnya final.

"Three!"

Eca mulai mengatur kopling, bersiap melajukan motornya. Dia tidak boleh kalah. Tidak bo-leh.

"GO!"

Brumm ... brruuummmmmmm ....

"Queennnn!"

"Kennnn!"

Goodbye Cupu! [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang