Long time no see;))
Jangan lupa Vote dan Komennya yah. Dan untuk Give Away kayaknya kalian gak minat ya? Vote keseluruhan bahkan belum sampai 1k :(
Padahal ... lumayan 50k pulsa gratis buat 1 orang pemenang hahaha
40. Jawaban
"Lo mau kan jadi pacar gue?"
Deg!
Diam mematung bagaikan manekin. Seluruh syaraf dalam tubuhnya mendadak 'tak berfungsi.
Kenapa? Kenapa Ken mengungkapkan kalimat itu dengan wajah serius nan penuh harap?
"Ca?"
"Ngh ...." Eca menggigit ujung telunjuknya kebingungan. "Itu-Ken ... itu-"
"Mau kan?" desak Ken 'tak sabaran.
Menghela napas kasar. Sepasang manik biru menatap sendu pria di depannya. "Maaf Ken, gue ... belum mau pacaran."
"Meski pun yang mau jadi pacar lo cowok sekece gue?" tanya cowok itu memastikan.
"Maaf." Lagi-lagi kata maaf yang meluncur dari bibir merahnya. Membuat Ken menghela napas kecewa.
"Ya udah deh. Udah malem mending pulang," ucap Ken kemudian berjalan meninggalkan Eca.
Ken pasti marah.
"Lo marah?!"
"Siapa yang marah? Udah gak usah teriak-teriak."
"Beneran gak marah?"
"Iya, Ca. Sini," Ken menghampiri si gadis pirang, menggenggam tangan cewek itu perhatian.
"Ca,"
"Hm?" Eca menoleh bersamaan dengan Ken yang juga menoleh ke arahnya membuat dua hidung mancung mereka bersentuhan.
Eca memundurkan wajahnya rusuh. Ken terkekeh geli sembari menarik pinggang Eca. Hampir saja gadis pirang itu terjatuh.
"Boleh minta cium?" ujar Ken tiba-tiba. Eca membisu. "Ini permintaan bukan perintah."
Sepuluh detik berlalu. Eca masih diam dengan dahi berkerut dalam.
"Se-sekali aja ya?" cicit Eca nyaris tidak terdengar.
Ken mengangguk hiperbola. Senangnya bukan main.
"Sini deketan." Tangan kurus ia lambaikan malu-malu. Ken mendekat.
"Cepetan." Ken sudah jingkrak-jingkrak tidak karuan, sepuluh senti di depannya Eca sibuk menenangkan degupan jantungnya yang menggila. Cewek itu sudah seperti remaja baru puber saja.
Eca mulai mendekatkan wajahnya. Mengikis jarak antara dirinya dan Ken.
Lima senti lagi.
Panas. Wajah Eca memerah sampai telinga.
Cup!
Hanya lima detik, tapi sanggup membuat Ken cungar-cengir macam orang sinting sepanjang malam.
"Thanks, hehe," ucap Ken sembari menyentuh jejak bibir Eca di pipinya. Sementara di hadapannya Eca kian merunduk malu.
Mereka kembali berjalan. Menapaki tangga dari bebatuan sembari perpegangan tangan.
"Nanti ajak gue liat bintang di sini lagi ya, Ken."
"Kapan pun lo mau," jawab Ken teramat manis.
***
"Sampe."
"Makasih, Ken." Dia tersenyum. Berbalik, melangkahkan kaki jenjangnya menjauh.
"Eh?" kata Eca ketika Ken mencekal pergelangan tangannya.
"Tunggu bentar,"
"Ada apa?"
Cup!
Waktu berhenti berdetak, angin 'tak lagi berhembus, mata lupa berkedip, paru-paru pun lupa akan fungsinya.
Bagaikan mantra, kecupan lembut yang mendarat di pipi kanan Eca sanggup membuat segalanya seakan berhenti.
Mulutnya terbuka, namun tidak ada satu kata pun yang berhasil lolos dari bibirnya.
Ken terkekeh. Dia tiup wajah Eca membuat kedua manik biru gadis itu mengerjap kaget.
"Selamat tidur cantik." Setelah mengatakan itu Ken mengenakan helmnya dan mulai menancap gas. Eca melambaikan tangan, dadah-dadah dengan wajah bodoh.
"Gak kehitung berapa kali gue dibilang cantik, tapi ... baru kali ini gue ampe dibikin nge-fly," gumam Eca takjub.
***
Lirik kanan, lirik kiri, guling-guling.
Gdubrakk!
Terjatuh dari tempat tidur, Eca sama sekali tidak mengeluarkan suara, hanya matanya saja yang mengerjap lucu.
"Kok gue nyesel ya gak nerima Ken?" Eca berbicara sendiri. "Kalo dia nembak cewek lain gimana?" Kali ini wajahnya berubah galau. Malam ini gadis itu tidak bisa tidur karena memikirkan Ken, memikirkan kecupan lembut yang membekas di pipi kanannya, juga tentang keputusan paling munafik yang pernah ia ambil.
Eca mencintai Ken, dia memiliki rasa yang sama dengan cowok itu. Tapi dia tidak bisa menjalin hubungan yang lebih serius, dia takut jika sekali lagi dipatahkan dengan alasan yang sama. Penghianatan. Eca mungkin tidak banyak bicara, tapi hatinya 'tak henti-henti memaki Inka dan juga Saka agar cepat mati saja. Dia tidak mau jika Ken akan mengalami hal yang sama, tidak mau.
"Ahh, mungkin ini emang yang terbaik."
"Nyatanya ... cantik pun tidak menjamin kesetian pasangannya,"
"Dan laki-laki yang tidak cukup dengan satu wanita emang pantes dipanggil buaya." Eca mengangguk-anggukan kepala.
Bukh!
Detik berikutnya bantal terlempar menghantam dinding saat Eca mengayunkan tangan.
"Arrrggghhg! Kenapa gue harus jatuh cinta? WHY???!" jeritnya frustasi.
_Tbc_
Ada kata buat part ini?
Jangan lupa follow akun Wp @reniar15 dan instagram @reniar15
Sankyuuu❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye Cupu! [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[Part masih lengkap] Warning⚠ 17+ Eca, tujuh belas tahun, tinggi 170 cm, berkulit putih, berambut pirang, dan berhidung mancung. memiliki sifat pendiam, pemalu dan tidak mudah bergaul. Gadis itu cukup cantik, jika saja kacamata besar 'tak membingkai...