Ayok, semangat kejar target❤ emang pada gak mau pulsa gratis apa? Hahaha. Siapa tahu setelah GA yang akan datang bakal ada GA yang lebih wah lagi, ya gak? Wkwk
Biar pada semangat saya kasih clue lagi deh: Lima Puluh
Apaan tuh yang Lima Puluh? HAHAHA pecahin teka-tekinya cukup dengan 5k Vote dan 10k Viewers❤❤❤
Sankyuuuu!
35. Siapa orangnya?
"Lo beli baju udah kayak cewek tahu enggak sih? Gini salah gitu salah, ribet!" Kesal Eca yang dipaksa Ken ke butik untuk menemani cowok itu membeli baju.
Ken mengulurkan tangannya, membelai rambut Eca. Di balik punggung gadis itu Ken tersenyum penuh arti. "Ini yang terakhir," sontak saja Eca menoleh, senyum lega terpatri di wajah anggunnya.
"Bener?"
"Iya. Bawa bajunya ke kasir," lalu Ken berjalan mendahului Eca.
Sudah cukup untuk hari ini, Ken sudah puas melihat wajah kesal Eca yang akhir-akhir ini menjelma menjadi heroin. Menciptakan candu yang Ken saja tidak tahu bagaimana harus menghentikannya.
Beruntung Eca tidak tahu niat busuk Ken, jika tahu dia pasti sudah melemparkan cowok itu ke ring tinju. Baku hantam saja sekalian.
Setelah Ken membayar belanjaannya mereka berdua berjalan beriringan ke luar butik.
"Ca, ngapain?" tanya Ken saat Eca tiba-tiba berjongkok.
Sejak tadi cowok berjaket hitam itu sibuk dengan pikirannya sehingga tidak mempethatikan Eca.
Sedikit terengah-engah, Eca menunjuk Ken sebal. "Lo tahu? Gue itu biasa nyuruh-nyuruh orang," jeda tiga detik. "Lo pikir disuruh-suruh sama lo gak cape?!"
"Lo pikir orang yang lo suruh-suruh gak cape!" balas Ken 'tak mau kalah. Dia justru ikut kesal.
"Hhh!" Eca memalingkan wajah. "Ngeselin lo!"
Menghela napas, Ken ikut berjongkok di samping Eca. Tangannya terulur menghapus peluh di dahi cewek itu. Sepertinya Eca benar-benar kelelahan.
Tapi lelahnya pasti hilang saat Ken memberikan hadiah yang dibelinya tanpa sepengetahuan cewek itu. Sebuah-
"Duhh," gumam Ken sembari menepuk dahinya. Kenapa dia sampai lupa. "Ngh ... Ca, lo tunggu di sini bentar ya? Gue ada perlu sebentar."
"Hm," gumam Eca 'tak peduli. Membiarkan saja Ken meninggalkannya seorang diri bersama sang surya yang menyinari sepenuh hati. Tidak main-main panasnya.
"Gini ya rasanya jadi babu? Belum lima belas hari aja rasanya kayak mau mati," keluh Eca berlebihan.
"Ap-!Mmmpt--" Eca tidak tahu siapa yang membekap mulutnya, Eca juga tidak tahu apa maksud orang itu, yang jelas Eca sudah tidak sanggup mempertahankan kesadarannya ....
Brukkk!
Orang berpakaian serba hitam itu segara menggendong si gadis pirang dan membawanya pergi.
***
"Kok gak ada?" Padahal belum ada sepuluh menit Ken meninggalkan Eca, tapi gadis itu sudah hilang entah kemana. "Mau jailin gue ya? Awas aja nanti."
Mungkin lebih baik Ken pergi saja. Di sekolah nanti baru ia balas perbuatan gadis itu.
"Dasar nakal," guman Ken sembari terkekeh.
Singkat cerita Ken sudah sampai di rumahnya. Cowok itu melempar asal semua tas belanjaannya, kecuali satu paper bag berwarna cokelat yang ia dekap erat dengan senyum sinting yang terus ia ukirkan.
"Ahh, dia pasti cantik banget kalo pake ini." Kali ini Ken melempar diri ke atas ranjang. Memandang langit-langit kamarnya yang dilukis menyerupai galaksi. Pikirannya menerawang jauh. Bayang-bayang Eca yang tengah mengenakan hadiah darinya terus menghantui membuat cowok itu meneguk ludah.
"Cantik banget," ucap Ken saat melihat Eca duduk di meja rias kamarnya, mengenakan gaun selutut berwarna hitam yang memamerkan kedua bahunya. "Ca?" Eca memalingkan wajah, gadis bermanik biru itu cemberut__memasang wajah kesal. Membuat Ken terkekeh.
Ken melompat turun, kakinya berderap, mempertipis jarak antara dirinya dan gadis bermanik biru.
"Heh?" Berkedip-kedip. Gadis cantik itu hilang dari pandang tepat saat Ken nyaris menyentuh rambutnya.
Ken berjalan mundur. Cowok itu geleng-geleng kepala macam orang gila. "Ilusi," desis cowok itu. "Arrghhh!"
"Lama-lama gue bisa gila."
Tidak pernah sekali pun terjadi hal seperti ini dalam hidup Ken. Dia tidak pernah menyangka ... bahwa cintanya pada Eca, bahkan sanggup menciptakan ilusi optik.
"Mungkin bener kata orang-orang, Eca itu pake pelet." Dia bergidik ngeri.
"Gue harus ketemu Eca. Harus." Ken melangkah tergesa. Menuruni undakkan tangga, dia bahkan tidak menghiraukan teriakkan sang mama yang memintanya makan malam.
"Kalo perlu ... gue tembak aja dia malam ini juga." Tapi bagaimana caranya? Selama ini jika berpacaran para gadislah yang mengungkap rasa padanya bukan sebaliknya. Dan Eca juga tidak bisa diajak pacaran dengan kalimat: kapan jadi pacar gue? Lo mau gak jadi pacar gue? Jadi, kapan lo jadi pacar gue?
Tidak bisa.
Padahal Ken sudah berusaha romantis.
"Ah! Tanya papa aja." Ken memutar arah ke kamar papanya yang kebetulan sudah selesai makan malam. Sang mama karena sedang ngidam makannya jadi banyak dan tidak selesai-selesai. Jadi asyik-asyik saja makan sendiri di meja makan.
"PA!"
"PAPA!"
"Ada apa, Ken? Teriak-teriak kayak anak kecil."
"Hehe," Ken nyengir tanpa dosa membuat sang papa geleng-geleng kepala.
"Pa, tolongin Ken, Pa-"
"Kamu kenapa? Ada yang mau jahatin kamu lagi?" tanya sang papa khawatir. Takut jika lagi-lagi putera semata wayangnya berada dalam bahaya hanya karena urusan bisnis.
Sudah sering sekali Ken dijadikan sandra oleh para pesaing bisnis papanya. Tapi tidak tahu bagaimana caranya? Ken selalu lolos bahkan sebelum sang papa memberi tebusan. Dan yang paling luar biasa, Ken nyaris tidak pernah mendapat luka walau disandra oleh orang-orang yang berbahaya. Padahal masih menyandang gelar bocah usia 10 tahun.
"Ini lebih urgent, Pa!"
"APA?!"
"Ken, bisa mati kalo terus-terusan kayak gini."
"Ken, jangan bikin Papa jantungan!" histeris sang papa.
"Pa?" Ken menatap sang papa dalam. "Cara nembak cewek itu gimana sih?"
Sontak saja sang papa menjatuhkan rahangnya. Sangat-sangat terkejut karena pertanyaan anak semata wayangnya.
Jadi sejak tadi Ken membuat jantungnya hampir copot hanya karena seorang cewek?
Siapa cewek yang berhasil mengusik Ken yang selalu bersikap tenang di depan keluarganya? Siapa orangnya?
***
"LEPASIN GUE!!!" jerit si gadis berambut pirang histeris. Terengah-engah, dadanya sampai sesak karena terus berteriak.
Dia tidak tahu saat ini berada di mana. Dalam kondisi mata tertutup serta tangan dan kaki yang terikat apakah ini tidak terlalu drama?
Cihhh, menyebalkan!
"Manusia laknat, durja, sinting, gila, gila, dan gila mana coba yang berani nyulik gue?" batin Eca bertanya-tanya.
Sementara itu seseorang berpakaian serba hitam terduduk santai di sudut ruangan. Tersenyum miring dengan segelas Jagermeister di tangan kanannya. Membiarkan saja sandranya berteriak macam orang kerasukkan.
Anggap saja ini hukuman.
"Siapa yang kurang kerjaan nyulik gue? Siapa orangnya?" desis gadis itu tajam.
_Tbc_
See u❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye Cupu! [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[Part masih lengkap] Warning⚠ 17+ Eca, tujuh belas tahun, tinggi 170 cm, berkulit putih, berambut pirang, dan berhidung mancung. memiliki sifat pendiam, pemalu dan tidak mudah bergaul. Gadis itu cukup cantik, jika saja kacamata besar 'tak membingkai...