Baca sejauh ini, udah pada pada follow akun Wp @reniar15 kan?
32. The first stage
"Kak, berangkat bareng ya?!" teriak Keiva dari balik pintu kamar Eca.
"Iya!" Eca balas berteriak. Pagi ini cewek itu disibukkan oleh PR yang lupa ia kerjakan.
"Ya elah, jadi mengsong-mengsong gini nulisnya," keluh Eca mendadak kesal sendiri. Tangannya gemetar, kebiasaan cewek itu saat terburu-buru atau merasa panik. Jika terus seperti ini, bagaimana dia bisa menyelesaikan PR-nya?
Tiga menit berlalu ....
Dengan segala perjuangan dan kegigihan, akhirnya Eca bisa menyelesaikan PR-nya. Cewek itu segera memasukkan buku-buku dan alat tulisnya ke dalam tas. Risih, mendengar Keiva yang terus berteriak memintanya untuk cepat-cepat berangkat ke sekolah.
"Bawel banget sih lo!" maki Eca setelah sampai di depan mobilnya. Keiva sudah duduk di dalam mobil menunggu Eca.
"Nye-nye-nye," kesal Keiva.
Memberi lirikan tajam, si gadis bermanik biru duduk di kursi kemudi dan langsung menancap gas.
"KAKAK!" teriak Keiva tidak manusiawi. Dia lupa kakaknya pendendam, dia juga tidak ingat bahwa kakaknya adalah pembalap sinting.
Eca ngakak. Puas melihat wajah pucat sang adik saat diajak kebut-kebutan di jalan raya. Salah sendiri jadi orang menyebalkan.
"Makanya, jadi adik jangan durhaka."
Keiva mendengkus. Jantungnya masih jedag-jedug tidak karuan karena ulah si sulung.
***
"Kumpulkan PR minggu lalu di meja ibu ya," perintah Bu Icha kemudian mulai menggoreskan tinta spidol di papan tulis.
"Untung gue ngerjain," gumam Eca lega.
Satu per satu murid di kelas itu mulai mengumpulkan Pekerjaan Rumah mereka. Eca membongkar tasnya.
"Kok gak ada," ucapnya tenang. Gadis pirang itu membongkar tas sekolahnya, mengeluarkan semua isi tasnya tanpa ada yang tersisa, tapi buku PR yang harus ia kumpulkan tetap tidak ia temukan.
Bu Icha mulai memeriksa satu per satu nama murid-muridnya yang tidak mengumpulkan PR.
Eca mulai panik. Dia bengong parah, tidak tahu harus apa?
"Bill, lo kenapa?" tanya Adela sembari menepuk bahu teman sebangkunya itu.
"Mampus," kalimat itu keluar mewakili segala kekhawatiran Eca.
"Lo kenapa sih, Bill?" Kali ini Adela tidak tahan, wajah Eca benar-benar lucu.
"Del, buku PR gue ilang, lenyap, musnah, Del." Eca menoleh kaku, wajahnya pucat. "Gimana nasib gue, Del?"
"Paling lo dihukum sama Bu Icha." Gadis berambut cokelat itu nyengir lebar.
"Lo sama sekali gak ngebantu, Del."
"Salshabilla ...."
Eca memejamkan matanya, menghembuskan napas kemudian menatap Bu Icha yang baru saja memanggil namanya.
"Iya, Bu?"
"Mana PR kamu?"
"Ke-ketinggalan, Bu," jujur Eca.
"Alasan!" kata Bu Icha tidak percaya. Terlalu sering dibohongi oleh siswa-siswinya guru muda itu tidak bisa membedakan mana alasan pembelaan dan mana alasan yang hanya karangan semata.
Mendesah. Hanya itu yang dapat Eca lakukan. Dia pasrah menyerahkan diri pada sang guru.
"Keliling lapangan sepuluh kali, ibu pantau dari CCTV."
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye Cupu! [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[Part masih lengkap] Warning⚠ 17+ Eca, tujuh belas tahun, tinggi 170 cm, berkulit putih, berambut pirang, dan berhidung mancung. memiliki sifat pendiam, pemalu dan tidak mudah bergaul. Gadis itu cukup cantik, jika saja kacamata besar 'tak membingkai...