17. Mantan
Tidak semua yang pergi bisa kembali ....
"Ca!"
"Eca!"
Eca menutup kedua telinganya rapat, "gue bukan Eca!" Gadis berambut pirang itu menyentak galak, terus berlari tanpa repot-repot menoleh.
Bertemu dan berbicara dengan cowok itu hanya akan menggores luka yang semakin dalam di lubuk hatinya. Eca tidak bisa menampik, bahwa ia juga masih mencintai Saka, tapi kembali pada cowok itu ... bukan kah hanya pembodohan diri saja? Eca sudah berusaha untuk menjadi yang terbaik, mengikuti segala keinginan Saka, memberikan cintanya hanya untuk cowok itu, percaya dan selalu berusaha setia. Tapi apa boleh buat? Nasi sudah menjadi bubur, bagaimana pun juga tidak akan bisa kembali menjadi nasi, apalagi beras.
Inginnya, dia dan Saka bisa bersama untuk selamanya. Tumbuh dewasa bersama dan menikah untuk membangun sebuah rumah tangga. Sekali lagi, ada tapinya; Tapi dunia memang tidak berpihak kepada siapa pun. Tidak pada Eca, tidak juga pada Saka.
"Billa!" Panggil Saka masih 'tak menyerah.
Eca kian belingsatan, terus berlari walau sesekali tersandung-sandung. "Gue bukan Billa!"
Saka menghembuskan napas kasar, mengacak rambutnya frustasi. Kaki panjangnya berderap membuntuti si gadis bermanik biru.
"Sayang!"
Eca refleks berbalik, bertolak pinggang dengan mata yang melotot bengis, "hush! Mantan haram bilang sayang!" kata Eca sadis.
Sesaat Saka membisu, namun di detik berikutnya cowok itu melompat menubruk tubuh Eca.
"Ca, aku tahu kamu masih cinta sama aku. Kita balikan aja ya?"
Eca memberontak, mencoba melepaskan diri dari cowok itu.
"Salshabilla kamu gak mungkin kan lupain aku?" Saka semakin keras kepala.
Kesal, Eca mengigit telinga Saka sampai berdarah.
"Arghh!"
Eca mengusap darah Saka yang menempel di bibirnya kemudian berkata," gue emang belum lupain lo, mungkin selamanya juga gak akan pernah bisa lupain lo." Eca mengepalkan kedua tangannya, kembali membuka mulut ketika Saka nyaris menyela. "Tapi bukan berarti gue mau kembali lagi sama lo," jeda tiga detik. "Hati lo itu ... rusak, Sa-ka."
"Maksud kamu apa?"
"Hati lo udah rusak, karena satu hati hanya untuk satu cinta. Sedangkan lo?" Eca mendesis. "Lo pasti tahu sendiri jawabannya." Kali ini gadis itu membuang muka, "gue gak pernah nuntut apa pun dari lo, gue cuma pengen lo setia sama gue kayak gue setia sama lo. Tapi ternyata lo gak bisa, dan sampe sekarang gue gak ngerti, kenapa lo bisa berpaling dari gue secepat itu," Eca bertepuk tangan sekali, manik birunya menatap Saka hiperbolis, "ahhh, atau mungkin gue yang terlambat tahu."
"Maaf," hanya itu yang bisa Saka katakan. Saka mengaku salah, Saka mengakui kebodohannya, tapi apa tidak bisa Eca memberinya kesempatan kedua?
"Gak guna." Desis Eca tajam, baru kemarin cowok itu sesumbar Eca tidak perlu memaafkannya dan sekarang dia kembali meminta maaf. "Nih, bersihin luka lo." Eca melempar kotak P3K mini yang selalu ia bawa di dalam tasnya kemudian berlalu pergi.
Saka kehabisan kata-kata, wajah tampannya terlihat kacau sama seperti hubungannya dengan Eca.
Semua yang terjadi padanya saat ini, di luar keinginannya. Bukan keinginan Saka, jatuh cinta pada dua gadis sekaligus. Tapi cinta itu memang seperti jelangkung, datang 'tak diundang pulang 'tak diantar.
Saka menunduk dalam, menatap lurus gadis cantik di hadapannya yang menghilang di balik gerbang sekolah.
"Untuk sekian kalinya, biarin gue egois, Ca ... biarin gue milikkin hati lo lagi."
***
"Tadi siapa Bill?" tanya Adela kepo.
"Bukan orang penting," jawab Eca malas.
"Saka ya?" Cewek berambut cokelat itu nyengir lebar menunjukkan deratan gigi putihnya.
Eca mencebik, melirik si cewek berambut cokelat kesal, "udah tahu ngapain nanya?!"
Mendapat sentakan galak dari Eca, Adela justru tertawa terbahak-bahak. Tipikal teman kurang ajar. Dia memang sudah tahu tentang hubungan Eca dan Saka, maklum, Adela ini salah satu anggota geng motor yang cukup kental dengan Eca. Itu juga yang menyebabkan Adela mengenalnya dengan nama Billa.
Eca meletakkan tasnya di atas meja, duduk anteng di bangku sebelah Adela. "Del, gue duduk sebangku sama lo, terus temen sebangku lo yang sebelumnya ke mana?" tanya Eca penasaran.
"Ya, gue usirlah, pake nanya lagi." Adela tertawa kurang ajar.
Eca refleks menoyor kepala temannya itu sadis. "Lo kalo gini terus, lama-lama bisa disantet orang." Jeda tiga detik. "Jangan kurang ajar terus napa sih?"
Adela mengibaskan tangan 'tak peduli, "gak usah lo ributinlah, Bill."
"Elo yang ngajak ribut!" sentak Eca emosi.
"Oh, jadi ini kelas lo."
Mengenali suara berat itu, semua penghuni kelas OTKP2__termasuk Eca kompak menoleh ke sumber suara.
"Ngapain lo disini hah?!" Itu suara menggelegar milik Adela. Eca yang tidak tahu menahu tentang gosip panas di sekolah barunya ini, hanya menatap lempeng sahabat kentalnya. Ini baru hari kedua Eca di sekolah barunya.
Cowok ganteng yang menyita perhatian penghuni kelas OTKP2 tampak 'tak peduli dengan pertanyaan garang dari Adela Zahra, dia justru menghampiri primadona baru di sekolah ini yang masih saja memasang wajah datar.
"Hallo, beybih," cowok itu cengengesan di depan Eca. Memasang senyum sejuta watt, membuat siswi-siswi di kelas ini menahan napas.
Maka nikmat tuhan mana lagi yang kau dustakan?!
Begitulah kira-kira jeritan tertahan dari para siswi di kelas ini.
"Kok diem aja?" Ken, kembali membuka suara saat gadis pirang di depannya tetap 'tak bersuara.
Eca mencebik, menggembungkan pipinya jengkel, yang justru membuat orang-orang gemas melihatnya. "Ngapain lo di sini?" tanya Eca jutek.
"Lah? Lo udah kenal sama cowok songong ini?" tanya Adela.
"Heh Mak Lampir, sembarangan aja lo ngatain gue songong. Gak usah jelek-jelekkin gue depan calon pacar dong," ucap Ken "tak terima.
"Lo itu-!"
"Berisik!" Eca menyentak galak membuat seluruh perhatian teralih padanya. "Gak usah ribut-ribut depan muka gue bisa? Dasar cewek cowok gesrek!" Maki Eca 'tak tanggung-tanggung.
Si gadis berambut cokelat memberenggut 'tak terima, "kenapa jadi gue yang ikut disalahin? Jelas-jelas cowok songong ini yang biang onar!"
"Sama aja." Putus Eca final. Adela diam. Ken cekikikan, puas melihat cewek yang selalu memusuhinya tampak begitu kesal. Lagi pula 'tak biasanya Adela mengalah begitu saja saat adu mulut. Orang seperti apa sebenarnya Salshabilla Safaraz Ismail?
_Tbc_
-AP (Administrasi Perkantoran)
-OTKP (Otomatisasi Tata Kelola Perkantoran)
Jurusan yang sama dengan nama yang berbeda, sebenernya sekarang jurusan AP itu udah ganti jadi OTKP, makanya pas Eca pindah sekolah, di sekolah barunya saya tulis jurusan OTKP.
Jangan pada bingung yah;))
But, untuk anak kejuruan pasti tanpa dijelasin pun udah paham sih hehe
Terima kasih sudah membaca, dan mensupport cerita GBC sehingga terus saya update.
Love you❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye Cupu! [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[Part masih lengkap] Warning⚠ 17+ Eca, tujuh belas tahun, tinggi 170 cm, berkulit putih, berambut pirang, dan berhidung mancung. memiliki sifat pendiam, pemalu dan tidak mudah bergaul. Gadis itu cukup cantik, jika saja kacamata besar 'tak membingkai...