42. Bolos
Viral.
Dalam satu hari video yang Eca upload di youtube berhasil meraih ratusan ribu penonton serta puluhan ribu subscriber.
Nilainya tertinggi di kelas karena tugasnya meledak mengundang komentar-komentar takjub dari netizen.
Awalnya Eca senang, namun saat sampai di sekolah ... saat teman-teman satu sekolah yang meminta foto serta tanda tangannya tak kunjung berhenti, rasanya Eca menyesal karena terlalu serius menanggapi tugas dari Pak Reza.
"Ok!" teriak Eca jengah. "Nanti lagi minta foto sama tanda tangannya, gue mau ke toilet. Bye!" Lalu gadis itu kabur, lari pontang-panting menghindari kerumunan. Sumpah, hidup Eca sudah seperti selebriti saja.
Eca masuk ke dalam gudang, karena hanya itu tempat satu-satunya yang tidak mungkin terjamah oleh penghuni sekolah.
Setengah membungkuk, dadanya naik turun mengatur napas. "Sialan, sialan, sialan!" kesal Eca bukan kepalang.
Tubuhnya merosot, gadis itu duduk lesehan di atas lantai. Tidak peduli lantai yang didudukinya kotor atau tidak.
"Capek banget, ya?"
"Huaaaaaa!" Eca melompat saking kagetnya. Mata cewek itu terpejam erat, napasnya kembali tersenggal.
Setan!
Kenapa setan zaman sekarang aneh-aneh sih? Apa maksudnya coba muncul di siang bolong.
"Jangan ganggu gue!" histeris gadis itu dengan mata yang kian terpejam erat.
Setannya justru tertawa dan Eca yakin mengenal tawa menyebalkan itu. Takut-takut Eca membuka sebelah matanya. Detik berikutnya gadis itu mendengus.
"Gak usah ketawa lo!"
Ken terpingkal-pingkal memegangi perutnya. "Lo takut hantu juga ternyata?" kata cowok ganteng itu setengah mengejek.
"Brisik!" Eca menendang perut Ken dengan ujung sepatunya. Ken menangkap kaki Eca lalu menariknya membuat si gadis pirang menjerit-jerit kesetanan. Terlebih ketika Ken merengkuh tubuhnya.
"Caca ngapain di sini?"
"Harusnya gue yang nanya gitu, kenapa lo selalu ada di mana-mana hah?" ucap Eca sembari menjauhkan tangan Ken dari pinggangnya. Tapi tidak berhasil.
"Gue sering tidur di sini kalo males ikut kelas." Ken mengurai pelukannya. Beralih membelai rambut Eca. "Lo ngapain di sini?"
"Sembunyi?" Walau enggan Eca tetap menjawab.
Ken tertawa. "Jadi pusat perhatian itu gak enak kan, Ca? Gue yang ganteng ini juga sama risihnya karena terus-terusan dikelilingi orang kayak artis." Cowok itu malah curcol.
"Hm, gak ngerti lagi sama dunia ini," gumam Eca entah apa maksudnya?
"Mending kita bolos yuk? Gue mulai bosan tidur di gudang hampir setiap hari."
"Lo ngomong apa sih?"
"Ckk! Gue serius." Ken mencebik sebal. "Lagian kita udah pinter, bolos satu kali gak akan bikin kita mendadak bodoh," imbuh cowok itu songong.
"Kalo pun kita bolos emangnya mau bolos kemana coba?"
Senyum Ken seketika merekah membuat Eca beberapa saat tak berkedip. "Gue tahu tempat yang asik!"
"Ayok!" Ken menarik Eca keluar gudang tanpa izin. Wajahnya sumringah, terlihat tiga kali lipat lebih ceria dari biasanya.
Mungkin Eca sudah gila karena menyanggupi ajakan Ken. Dia memang tidak meng-iyah-kan tapi juga tidak menolak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye Cupu! [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[Part masih lengkap] Warning⚠ 17+ Eca, tujuh belas tahun, tinggi 170 cm, berkulit putih, berambut pirang, dan berhidung mancung. memiliki sifat pendiam, pemalu dan tidak mudah bergaul. Gadis itu cukup cantik, jika saja kacamata besar 'tak membingkai...