Vote dan komennya jangan lupa.
43. Rasa
"Ca, ke kantin bareng yuk!" Cowok dengan senyum lima jari itu melompat ke atas meja, meraih tangan cewek di depannya, menggenggamnya teramat mesra.
"Duluan aja nanti gue nyusul," sahut Eca tanpa mengalihkan tatapannya. Cewek itu sedang sibuk mencatat.
"Lho? Kenapa gak bareng-bareng aja?"
"Lo gak liat gue lagi nulis? Udah sana." Si gadis pirang menggibaskan tangan, memberi isyarat agar cowok di hadapannya segera pergi.
"Tapi Ca kenap-!"
"Lo gak denger Eca bilang apa? MINGGAT!" teriak Adela sembari mendorong Ken menjauh. Membuat cowok itu terjatuh menghantam lantai.
"Ken! Lo gak papa?" Panik. Eca melompati meja dan berjongkok di depan Ken.
"Sakit, Ca. Nenek Lampir emang minta dihajar kayaknya," adu Ken memelas.
"Elo yang harus dihajar!"
"Udah, Del." Untuk pertama kalinya Eca melerai perdebatan kedua temannya.
"Ayok bangun." Eca mengulurkan tangannya dan tentu saja Ken menyambutnya dengan senang hati.
"Lo ke kantin duluan ya. Nanti gue nyusul."
"Ya udah deh," kata Ken terpaksa. Cowok itu melemparkan tatapan membunuh ke arah Adela, yang dibalas cewek itu dengan pelototan tajam.
"Apa hah?!"
"Apa?!" balas Ken 'tak mau kalah.
"Udah!" jerit Eca frustasi.
Akhirnya Ken pergi, tapi sebelum itu dia menyempatkan diri untuk menjulurkan lidah ke arah Adela.
Setelah Ken hilang di balik pintu, Eca memilih kembali mencatat materi yang belum ia selesaikan. Adela ikut duduk di samping Eca, di kursinya.
"Gue perhatiin ... lo kok makin deket sih sama Ken?"
"Biasa aja perasaan."
"Aduuuuh, Caaaa jangan terlalu deket sama dia deh. Lo tahu kan track record-nya gimana?" Adela memutar bola mata annoyed.
"Gak usah lo pikirin, Del."
"Makanya lo pikirin, Ca!" tandas Adela kesal.
Eca hanya mengukir senyum singkat. Sedetik kemudian cewek itu sudah rusuh membereskan alat tulisnya. Ah, maksudnya melempar alat tulisnya ke kolong meja.
"Ayok ke kantin."
"Terus ketemu si curut gitu? Males banget!"
"Ya udah kalo gak mau ikut." Eca melangkahkan kaki 'tak peduli. Paling sebentar lagi juga Adela menyusul. Dia mulai menghitung dalam hati.
Satu ....
Du-
"Ecaaaa, tunggu!"
Eca terbahak-bahak. Apa dia bilang? Bahkan belum sampai hitungan ke tiga Adela sudah rusuh mengejarnya.
***
"Sayang, mau makan apa? Biar aku pesenin." Ken tersenyum manis. Eca 'tak bereaksi. Sementara Adela memasang wajah ingin muntah.
"Makin hari kata-kata lo makin najis aja," komentar Adela sinis. Ken tampak tidak terpengaruh, fokusnya hanya pada Eca.
"Samain aja, Ken."
"Ok." Setelahnya Ken pergi memesan makanan.
"Ken pesenin buat Adela juga!" teriak Eca agar cowok itu mendengarnya.
"Males ahh, dia pesen sendiri aja!" Ken balas berteriak.
Adela langsung tersulut emosi. "Siapa juga yang minta lo pesenin, dasar daki onta!"
"Ken, gue bilang pesenin," kata Eca penuh penekanan. Manik biru itu melirik Adela dan Ken bergantian. "Dan jangan ribut lagi."
"Iya-iya," sahut Ken setengah hati.
Adela yang sesaat lalu berdiri kini kembali duduk dengan tenang. Walau mulutnya masih saja komat-kamit menyumpahi Ken.
'Tak lama Ken kembali dengan ibu kantin yang membuntutinya.
"Selamat makan ...." ucap Ken sembari meletakkan semangkuk soto di depan Eca.
"Lho kok gak sama?" tanya Eca saat melihat mangkuk milik Ken yang berisi mie ayam.
Ken cengengesan. Adela yang duduk menghadap Ken dan Eca memincing curiga.
"Itu biar gue bisa nyicipin soto juga." Jawaban Ken sama sekali tidak membuat Eca puas.
"Kalo pengen soto kenapa beli mie ayam?"
"Gue pengen mie ayam tapi gue pengen soto-"
"Itu sih lo mau dua-duanya!" dengus Eca sebal. "Gue gak mau bagi-bagi. Kalo lo mau soto beli sendiri."
"Kok Caca jahat sih?" Ken memoyongkan bibirnya. "Bagi dikiiiit aja ya?"
Tidak ada yang menghiraukan.
Eca sibuk memakan sotonya. Begitu pun dengan Adela.
Cowok ganteng itu berdecak-decak seperti anak kecil tapi tangannya sibuk melilit mie dengan sumpit.
Adela orang pertama yang menghabiskan makanannya di meja itu. Dia bahkan memesan satu minuman dingin lagi.
Satu suapan lagi Ken juga akan menghabiskan mie ayamnya. Sebelum melahap mie terakhir Ken melirik mangkuk Eca.
Si gadis pirang menyadari hal itu.
Hap.
"Eh?" Ken berkedip bingung saat Eca secara tiba-tiba menyambar tangan kanannya kemudian mencuri suapan terakhir mie ayamnya.
"Sebagai gantinya lo boleh makan soto gue," ucap Eca sembari mendorong mangkuk sotonya.
Ken tersenyum sumringah. Cepat-cepat dia menyantap soto milik Eca, takut si empunya berubah pikiran.
"Enyak," ucap Ken sembari mengunyah.
"Pelan-pelan makannya." Eca geleng-geleng kepala. Tingkah Ken benar-benar seperti anak kecil, lihat saja bihun soto sampai pindah ke pipi cowok itu membuat Eca tanpa sadar tertawa.
"Kenapa ketawa?"
"Gimana caranya itu bihun bisa pindah ke pipi, hm?" tanya Eca di sela tawanya.
"Hah?" Ken memasang wajah bodoh. Eca mengambil tisu, menyodorkannya pada cowok itu.
"Nih."
"Bersihin." Ken justru memajukan wajahnya.
Tidak bisa menolak, Eca membersihkan pipi Ken juga bibir cowok itu yang terlihat berminyak.
Ken menyentuh tangan Eca, membuat gadis itu menghentikan gerakkan tangannya.
"Ud-udah ahh, gue jadi deg-degan," ucap Ken lugu.
Eca berdehem lalu menjauhkan tangannya dari wajah Ken. Mendadak dia merasa malu, entah karena apa?
Adela yang menyaksikan adegan romantis kedua temannya, berdecih jengkel. Cewek itu berbalik pergi meninggalkan kantin.
_Tbc_
See u❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye Cupu! [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[Part masih lengkap] Warning⚠ 17+ Eca, tujuh belas tahun, tinggi 170 cm, berkulit putih, berambut pirang, dan berhidung mancung. memiliki sifat pendiam, pemalu dan tidak mudah bergaul. Gadis itu cukup cantik, jika saja kacamata besar 'tak membingkai...