8. Pusat perhatian"Lo ngapain ngandang di kelas, Ca? Biasanya juga istirahat ketemu Saka." Jeda tiga detik. "Kantin kebakaran?"
"Pala gue yang kebakaran!" teriak Eca frustasi.
"Maksud lo?"
Eca menggembungkan pipi kesal. Kuncir duanya awut-awut tidak rapi seperti biasa. "Gue kepikiran terus ...." cewek cupu itu mulai mengadu.
"Soal?"
"Soal Saka yang gak nepatin janjinya. Gak biasanya dia kayak gitu, insting istri gadungan gue meronta-ronta. Sheila ... ini bukan pertanda baik."
Sheila ngakak, "apa maksudnya coba istri gadungan? Bahasa lo makin ngawur aja, Ca."
"Au, ah!" jawab Eca makin kesal. "Tolong beliin gue makan dong, Shey!"
Tuk!
Sheila mengetuk kepala Eca dengan buku jarinya membuat gadis kuncir dua itu mengaduh kesakitan. "Elo itu ya, minta tolong tapi ngomongnya ngegas banget. Gak tahu diri emang," ucap Sheila kesal.
"Baperan lo, Shey. Gak asik!"
"Diem, gak usah berisik. Gue beliin bentar sekalian nyusul Hafizah ke perpus."
"Hussh!" Eca mengibaskan tangannya__mengusir.
"Gue telen lo lama-lama!" teriak Sheila emosi. Gadis itu berbalik pergi dengan perasaan dongkolnya.
Melipat tangan di atas meja, Eca menelungkupkan wajahnya di sana. Menyembunyikan wajah kusutnya yang tersamarkan oleh kacamata besar.
Hingga usapan di kepalanya membuat cewek itu mendongak. Menatap datar cowok jangkung yang berdiri dari jarak lima jengkal. Eca kembali menyembunyikan wajahnya di lipatan tangan. Membiarkan saja cowok jangkung itu mengusap rambut pirangnya.
"Kamu masih marah?"
"Gak," jawab Eca ketus.
"Ohhh, berarti marah."
"Berisik!" sentak Eca sembari menepis tangan Saka yang masih mengelus rambutnya.
"Kok jadi tambah marah?" Saka berkata lembut, menyorot tenang manik indah yang balas menatapnya di balik softlens cokelat.
Tidak menjawab. Si gadis berkuncir dua justru beranjak bangun melewati Saka.
"Ckk! Lepas," ucap Eca karena Saka mencekal pergelangan tangannya. Bukannya di lepas, tubuh Eca justru didekap erat oleh cowok itu.
Eca meronta__mencoba melepaskan diri dari dekapan Saka yang berusaha menjeratnya. Kali ini saja Eca ingin memberontak, untuk kali saja ia ingin menolak.
"Ca ...."
"Lepas!" Eca keras kepala.
"Le-lepasin Eca dong, Ka, ka-kasian dia kesa-kitan." Hafizah yang baru kembali dari perpustakaan menginterupsi takut-takut. Bagaimana pun juga Saka itu terkenal badboy.
Sementara Saka hanya melirik sekilas ke arah Hafizah, cowok itu terus merapatkan diri kepada Eca. 'Tak peduli walau gadis berkacamata itu terus meronta dengan tatapan berangnya.
Kesal. Eca menendang kaki Saka keras, membuat cowok itu menjerit, tapi tetap tidak melepaskan Eca.
Kelas mulai ramai. Bukan satu dua orang yang mengabadikan adegan pertengkaran Eca dan Saka dengan ponsel mereka kemudian mempostingnya di sosial media.
"Shey ...." Hafizah menatap Sheila meminta bantuan. "Kasian Eca."
Sheila berdecak sebal. "Nama gue itu Sheila lho bukan Sheyla. Kenapa sih kalian pada seneng banget manggil gue Shey?! Why?!"
"Shey! Aku lagi serius. Sempat-sempatnya ngebahas nama," ucap Hafizah kesal.
Sheila melotot, "lo kira gue becanda?!"
"Oy! Kalian bener-bener gak ngebantu tahu gak sih?!" teriak Eca di balik dada Saka.
Teman-teman yang menonton mereka sontak tertawa. Membuat Eca kian belingsatan memberontak dari dekapan Saka.
"Maafin aku dulu baru aku lepasin," ujar Saka dengan senyum manisnya. Mau 'tak mau cewek-cewek di sekitar mereka menjerit tertahan, 'tak bisa mengabaikan begitu saja senyum manis mostwanted di sekolah mereka.
"Gak mau," balas Eca keras kepala.
"Aku cium aja kalo gitu," Saka sedikit mengurai pelukannya untuk menatap Eca. Cowok itu mengangkat sebelah alisnya dengan seringaian kecil, membuat kelas Eca semakin bising. "Gimana?"
"Gak ma-"
Cup!
Eca menganga parah. Bisa-bisanya Saka mencium bibirnya di depan banyak orang, walau hanya sekilas tetap saja tingkah sengaknya itu membuat kerumunan semakin gaduh. Entah untuk yang keberapa kalinya mereka menjadi pusat perhatian.
"AKU MAAFIN!" Teriak Eca menggelegar. "LEPAS!!"
Saka terkekeh, segera melepaskan diri__memberi jarak. Hanya beberapa saat, karena cowok ganteng itu kembali mengikis jarak, mencium kening Eca kemudian berlari membelah kerumunan dengan tawa menyebalkan.
"SAKA!!" teriak Eca histeris. Cewek itu terengah-engah, wajahnya merah padam, kedua tangannya mengepal kuat menahan malu dan kesal disaat yang bersamaan.
_Tbc_
Gimana part ini?
Tinggalkan jejak yah.
See u❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye Cupu! [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[Part masih lengkap] Warning⚠ 17+ Eca, tujuh belas tahun, tinggi 170 cm, berkulit putih, berambut pirang, dan berhidung mancung. memiliki sifat pendiam, pemalu dan tidak mudah bergaul. Gadis itu cukup cantik, jika saja kacamata besar 'tak membingkai...