Vote dan komennya jangan lupa ya beib^^
9. Kebal Kesal
Langit hari ini cerah, membiru dengan awan-awan putih yang menghias bagai permen kapas.
Saka berjalan angkuh di lobi hotel dengan tampang gantengnya yang terus menguar. Membuat wanita di sekelilingnya membuka mata lebar-lebar.
Bisik-bisik nakal terdengar sepanjang kaki cowok itu berderap menapaki lantai putih. Namun Saka tetap cuek berjalan, sudah terlalu biasa dengan wanita-wanita di sekitarnya yang mengagumi Saka seperti itu.
Mengendarai mobil keluaran terbaru, Saka membelah jalanan kota dengan sangat lihai. Sempat berhenti di supermarket untuk membeli beberapa batang cokelat dengan merk berbeda.
Cowok tampan itu mengukir sunggingan kecil menatap cokelat yang ia beli. Ahhh, gadisnya pasti akan sangat senang.
Dia kembali mengemudi menyusuri jalanan kota yang sangat padat dan memang selalu padat terutama diakhir pekan.
Membutuhkan waktu setengah jam untuk cowok itu sampai di rumah Inka. Menekan bel beberapa kali, pintu rumah di buka oleh seorang wanita keibuan yang sudah cukup Saka kenal. Fitri, ibu dari Inka.
"Assalamu'alaikum, tante." Saka tersenyum lembut, mencium punggung tangan Fitri sopan.
Wanita itu ikut tersenyum. "Wa'alaikumsalam. Nak Saka mau ketemu anak tante apa ketemu tante?" tanya Fitri guyon.
"Dua-duanya dong, Tan," Saka terkekeh. Cowok itu digiring masuk ke dalam rumah. "Gimana keadaan Inka, Tan?"
"Dia udah baikan kok, tapi kayaknya masih tidur. Kamu bangunin gih, sana ke kamarnya."
"Ok, Tante." Saka nyengir. Setengah berlari menaiki undangan tangga, karena kamar Inka berada di lantai dua.
Paper bag cokelat ia tenteng riang saat memasuki kamar Inka. Sengaja tidak memakai keresek berlogo Indoseptember karena terlalu ... ngh? Mencolok?
"Hei, bangun." Saka menepuk-nepuk pipi Inka pelan. Si cewek mengerang kesal, menaikan selimutnya sampai ke leher membuat Saka terkekeh. Inka terlihat menggemaskan.
"Inka ...." kali ini Saka berbisik syahdu di telinga Inka. Dan hal itu justru berhasil membuat Inka melompat duduk. Saka terbahak.
"Saka! Kamu ngapain pagi-pagi di kamar aku?!" tanya Inka heboh.
"Jenguk kamu."
Masih dalam mode syok, Inka melotot lucu menatap Saka.
"Biasa aja liatinnya, aku emang ganteng kok," ucap Saka dengan nada jail.
Inka mengerjap lalu mencebik. "Pede amat, Pak!" balasnya mengejek. Yang ditanggapi cowok itu dengan kekehan merdu.
"Nih," Saka menyodorkan paper bag berisi cokelat kepada Inka. "Yang manis-manis buat yang paling manis." Imbuhnya membuat Inka tertawa geli.
"Wahhh! Cokelat! Thank's ya sayang." Inka tersenyum. Merangkak mendekat mempertipis jarak. Detik berikutnya cewek itu mengecup pipi Saka kemudian kembali memberi jarak. Namun bukan Saka namanya kalau tidak bisa modus, cowok itu menarik pinggang Inka dan mendudukan cewek itu di pangkuannya.
"Kok pipi doang sih? Yang ini enggak?" Saka mengusap bibir bawahnya sensual. Inka terkekeh geli. "Selama kamu sakit aku gak dapet suntikan energi," ucap Saka sembari mengelus surai lembut Inka.
Inka menjawil hidung Saka gemas, "ngalus mulu!"
Lagi-lagi Saka terkekeh sinting. Dia menangkap tangan gadisnya dan mengarahkan tangan mungil itu ke rahangnya sendiri. Tangan lainnya ikut bergerak menarik tengkuk leher Inka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye Cupu! [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[Part masih lengkap] Warning⚠ 17+ Eca, tujuh belas tahun, tinggi 170 cm, berkulit putih, berambut pirang, dan berhidung mancung. memiliki sifat pendiam, pemalu dan tidak mudah bergaul. Gadis itu cukup cantik, jika saja kacamata besar 'tak membingkai...