Vote.
Komen.
Ok sip.
16. Lembaran baru
Eca baru saja hendak membuka mulut, namun kembali ia kantupkan saat seorang pria yang berlari kesetanan dari arah timur berhenti di depannya dengan napas terputus-putus.
Seragam kusut yang keluar dari celana, keringat yang membasahi pelipis juga punggung tegapnya, cowok itu tampak berantakan dan cool disaat yang bersamaan.
"Ca ...."
Gadis bermanik biru membuang muka tepat ketika pria itu melangkah maju semakin mempertipis jarak.
"Ca ...."
"Gue bukan Eca, Eca udah gak ada!" sahut Eca ketus. Saka mengepalkan tangan, bagaimana pun juga cowok itu memiliki cinta yang besar untuk Eca. Diperlakukan seperti seorang musuh oleh gadis itu, tentu saja membuatnya sakit hati.
Eca terlalu keras kepala. Dan Saka akan berusaha lebih keras agar Eca kembali padanya.
Cowok berparas tampan dengan predikat badboy itu bersimpuh, menangkup kedua sisi pipi tirus milik gadis bermanik biru agar menatap ke arahnya.
"Maaf ...."
Eca mendesis sinis, "gue maafin," manik biru itu bergulir__menatap ke arah lain. "Sebagai gantinya, tolong lo pergi jauh-jauh dari hidup gue."
Detik itu juga Saka menjauhkan tangannya dari pipi Eca, tangannya berganti menggenggam tangan gadis itu. Dia tidak ikhlas lahir batin Eca menggunakan gue-elo saat berbicara dengannya.
"Kalo gitu gak papa, kamu gak usah maafin aku," ucap Saka sembari mengeratkan genggaman tangannya.
Dasar cowok plinplan!
Maki Eca dalam hati.
Susah memang jika berhadapan dengan cowok pchyco macam Saka. Dia 'tak habis pikir, pernah menghabiskan tiga tahun hidupnya bersama cowok itu. Rasanya jika bukan diguna-guna tidak mungkin Eca pernah cinta mati pada cowok saiko itu.
Kali ini manik biru Eca bergerak memindai sekelilingnya yang kembali riuh. Sudah tidak terhitung siswa siswi yang mencuri pandang menyaksikan drama picisannya bersama Saka. Benar-benar memuakkan.
"Terserah, gue sibuk!" Eca berkata 'tak acuh. Cewek itu meraih tas sekolahnya yang diletakkan di atas meja dengan kasar.
"Nanti kita ketemu lagi Shey, Za. Babay!" Setelahnya cewek itu melenggang pergi meninggalkan Saka yang menunduk dalam dengan kedua tangan mengepal erat.
"Bye!" Sahut Hafizah riang. 'Tak mengindahkan suasana mencekam yang menguar kuat di sekitarnya. Sementara Sheila di sebelahnya hanya memasang wajah malas tanpa gairah.
Sheila beranjak bangun, mencekal pergelangan tangan Hafizah yang masih asyik dadah-dadah pada Eca. "Ayok pergi, nyawa lo cuma satu." Sheila menyeret Hafizah yang memasang tampang bego masih dengan wajah malas.
"Hah? Maksudnya apa?" tanya Hafizah bingung.
Sheila tidak menjawab. Terus menyeret Hafizah pergi meninggalkan kantin.
Satu.
Dua.
Tiga.
Empat.
Lim-
Pranggg!
"Aaaaaaaaaaaa!"
Penghuni kantin memekik kaget, saat tiba-tiba saja Saka melempar beberapa mangkuk dan gelas yang berada di atas meja. Tidak sampai di situ, cowok tampan itu juga menendang meja di depannya sampai terbalik. Membuat para murid AVICENA yang berada di sekelilingnya memundurkan langkah ketakutan.
Walau sering berbuat sadis pada cowok yang berani menggoda pacarnya secara terang-terangan dan sering pula melakukan kekerasan pada cewek yang berani mem-bully pacarnya, 'tak pernah sekali pun Saka menunjukkan aura monsternya di depan umum seperti ini.
Dia hilang kendali ....
Bughhh!
Kali ini dinding yang menjadi sasaran amarahnya.
Tidak ada yang berani menegur. Bahkan walau ada yang melapor pada guru, para guru tidak bisa berkutik di hadapan anak pemilik sekolah yang terkenal pchyco.
Cowok bermanik kelam mendesis, "lo cuma milik gue Salshabilla Safaraz Ismail. Cuma milik gue."
Tujuh meter dari tempat Saka berdiri, Hafizah menutup kedua telinganya ketakutan, tapi walau begitu matanya nyaris 'tak berkedip menyaksikan kemarahan Saka.
"Shey, Saka kenapa kayak monster gitu?"
Sheila menggibaskan tangannya. Kembali menyeret cewek berjilbab abu itu pergi. "Gak usah lo pikirin Za. Anak kecil mana boleh kepoin urusan orang dewasa," kata Sheila membuat Hafizah melotot jengkel.
***
Diantar supir, Eca sampai di sekolah barunya tepat setelah jam istirahat pertama berakhir.
Cewek itu celingukkan mencari ruang kepala sekolah, menyusuri koridor yang sepi.
Nyatanya walau sekolah kejuruan elit ini merupakan salah satu kekayaan keluarganya, Eca tidak pernah sekali pun menginjakkan kaki ke sekolah ini. Ini kali pertama cewek berparas cantik itu memasuki area sekolah yang dikelola oleh keluarganya.
"Ahhh, harusnya gue minta papa buat dateng ke sekolah," gumam Eca berkeluh kesah.
Dengan sangat terpaksa Eca harus menyusuri setiap lorong untuk menemukan ruang kepala sekolah.
"Huffft."
***
"KEN!!"
Bu Icha berteriak memanggil salah satu muridnya yang paling bengal. Lagi-lagi cowok bernama Ken itu kabur saat jam pelajaran berlangsung.
"Ibu kenapa sih demen banget ngejar-ngejar saya?!" Ken terus berlari menghindari kejaran Bu Icha yang susah payah berlarian menyusulnya. "Ibu kan cantik, mending cari cowok lain aja!" teriak Ken seserius mungkin. Membuat Bu Icha kembali berteriak memanggil namanya.
"KEN!!"
Guru muda itu bahkan sampai melepas heels-nya. Kembali mengejar cowok ganteng yang sering menjadi buronan para guru.
"Jangan lari kamu, Ken!!"
Cowok bernama Ken itu justru tertawa ngakak. Mempercepat laju larinya untuk menghindari kejaran sang guru.
Benar-benar tipikal murid kurang ajar.
Ken berhenti sejenak, meletakkan masing-masing tangannya dikedua lutut, napasnya ngos-ngosan, "gila tuh guru, larinya cepet banget udah kayak kuda ngamuk."
Baru saja Ken menyelesaikan kalimat 'tak sopannya, samar-samar ia mendengar suara Bu Icha yang berteriak menyerapahinya.
"Ahhh, ribet."
Ken kembali berlari, berbelok ke lorong yang lebih sempit__menuju kantin utama.
Menoleh, sepertinya Bu Icha sudah tidak mengejarnya lagi. Dia bisa nongkrong di warung mang Engking seperti biasa.
Bruugh!
"Awww!!"
"Sory-sory gak sengaja, gue buru-buru."
"Jalan tuh pake kaki jangan pake pala. Bego!" Eca melotot berang. Menatap galak cowok ganteng yang menubruknya hingga terjatuh.
Sementara Ken memasang wajah syok, hanya sesaat, karena setelahnya cowok itu tersenyum sumringah__mengenali wajah cantik yang kerap kali mengganggu malam sunyinya.
"Queen," Ken memanggil. "Eh? Maksud gue Billa, kok ada di sini?"
Eca mengerutkan keningnya, sedikit berpikir. "Lo kenal gue?"
"Dua kali lho kita ketemu. Tapi karena sekarang kita ketemu lagi berarti udah tiga kali, dan tahu kenapa?"
"Kenapa?"
"Itu artinya kita jodoh, hehe." Ken cengengesan.
_Tbc_
See u❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye Cupu! [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[Part masih lengkap] Warning⚠ 17+ Eca, tujuh belas tahun, tinggi 170 cm, berkulit putih, berambut pirang, dan berhidung mancung. memiliki sifat pendiam, pemalu dan tidak mudah bergaul. Gadis itu cukup cantik, jika saja kacamata besar 'tak membingkai...