46. Kenandra Gusta (Ending)

1.8K 74 50
                                    

Goodbye Cupu! Sudah terbit loh. Info pemesanan silakan dm ig ku ya @reniar15

46. Kenandra Gusta

"Kenan!"

Ken dan Eca menoleh bersamaan. Di sana gadis berambut pirang lurus melaimbaikan tangannya dengan senyuman lebar.

Siapa?

Secara naluriah Ken menurunkan Eca dari gendongannya. Cowok itu melangkah menghampiri gadis bergaun biru yang tengah melambai-lambai ke arahnya. Mencuri seluruh perhatiannya.

"Zahra," panggilnya dengan suara bergetar. Gadis bernama Zahra itu segera berhambur ke dalam pelukan Ken, menumpahkan segala rindu yang selama ini membelenggu.

"Zahra ...." Ken tercekat. Zahra memberi jarak, kedua tangannya menangkup rahang Ken lembut.

"Iya, ini gue Zahra, Ken." Lalu kening mereka menyatu. "Gue kangen banget sama lo,"

"Lo-lo akhirnya kembali?" lirih Ken masih 'tak percaya.

Eca yang beberapa saat lalu membeku, menyeret langkah menghampiri keduanya.

"Gue ... cinta banget sama lo." Cowok itu meneguk ludah susah payah. "Gue selalu nunggu lo kembali." Kali ini dengan sunggingan madu di bibirnya.

"Ma-maksudnya apa?" Wajah Eca mendadak pucat. Dia benar-benar tidak tahu apa yang terjadi saat ini, di depan mata kepalanya.

"Dia cewek itu, Ken?" Zahra tersenyum simpul. "Cantik."

Pujiannya sama sekali tidak membuat Eca senang. Ada apa sebenarnya?

"Iya, namanya Eca. Gue biasa manggil dia Caca," jawab Ken sembari mengacak puncak kepala Zahra.

"Ken?" Air mengalir begitu saja membasahi pipi Eca, terasa hangat juga menyesakkan.

"Mmm, Eca? Kenalin gue Zahra." Eca tidak menyambut uluran tangan gadis itu dan sama sekali tidak berniat untuk menyambutnya. "Gue ... tunangan, Kenan."

Mendorong rambut pirangnya ke belakang telinga, Zahra menatap sepasang manik biru di hadapannya dengan sorot tenang.

"Makasih udah jagain dan nemenin Ken selama gue gak ada ...."

"Maksudnya apa?" Eca terus mengulang pertanyaan yang sama. Air matanya mengalir semakin deras.

"Maaf," Ken mengusap air mata Eca lembut. Eca menepisnya. "Jangan nangis."

"Lo yang bikin gue nangis," si gadis bermanik biru terkekeh perih. "Gak nyadar?"

Ken menghela napas. "Selama ini gue emang udah punya tunangan, Zahra. Dia terpaksa harus pergi ke luar negeri untuk berobat-"

"Gue gak mau denger cerita romansa lo sama cewek ini!" Tunjuk Eca bengis. Zahra mundur satu langkah saat melihat sorot mengerikan dari sepasang manik biru Eca.

"Zahra emang tunangan gue, tapi lo-"

"Pelarian," potong Eca tajam. Wajah cantiknya benar-benar menyedihkan. "Gue cuma pelarian, pelarian." Tekan Eca pada dirinya sendiri.

"Ca, gue gak bohong saat bilang gue cinta sama lo. Gue beneran cinta sama lo."

"Gue ngeri dengernya," sahut Eca dingin. Lagi-lagi dia terkekeh. "Cinta macam apa yang lo maksud, hah?!"

"Salah kalo gue cinta sama dua orang, Ca? Gue gak bermaksud buat nyakitin lo, Ca."

"Tanpa maksud pun lo udah bener-bener nyakitin gue," jawab Eca sembilu. Dia mendengkus. "Bajingan."

"Maaf, gue gak bohong. Gue cinta sama lo, tapi gak bisa lebih besar dari cinta gue buat Zahra ...."

Gak usah lo perjelas bangsat!

Maki Eca dalam hati.

"Ya udahlah." Eca berbalik, mulai melangkah menjauhi Ken. Di langkah ke empat gadis itu berbalik, bibir bergincu orange menyungging sinis. "Sekali brengsek tetep aja brengsek."

Eca harap dua manusia itu mati saja dimakan hiu.

***

"Ca, tadi Ken nyariin lo- lo kenapa?"

Eca menangis sesegukan saat Adela membuka pintu kamarnya. Penampilannya benar-benar kacau.

"Mending kita masuk dulu deh." Adela menuntun sang sahabat duduk di ranjangnya. "Ada masalah apa?"

"Ken," isakannya semakin menjadi. "Dia brengsek, brengsek, brengsek!" Eca kembali histeris. Adela segera memeluk sahabatnya.

"Ah, lo udah tahu ya?" Dia bisa menebak apa yang terjadi hanya dengan melihat Eca yang histeris seperti ini.

"Ma-ma-maksud lo apa, Del?"

"Bill, selama ini gue ngelarang lo deket-deket sama Ken bukan tanpa alasan. Gue tahu gimana brengseknya dia."

"Lo juga tahu soal Zahra?"

Adela mengangguk.

"Kenapa lo gak cerita?!" teriak Eca marah. Adela mengepalkan kedua tangannya.

"Gak semudah itu, Bill!"

"Ke-kenapa?" Napasnya benar-benar sesak. Sakit. Sakit sekali ....

"Karena ... karena gue juga pernah ketipu sama Ken. Gue pernah jadi pelariannya juga, pernah punya perasaan sama si brengsek itu," jelas Adela lemah. "Itu sebabnya gue gak mau lo ngerasin sakit yang sama."

Eca menubruk tubuh Adela. Memeluk sahabatnya erat, menangis keras-keras dalam pelukan sang sahabat.

Dia pikir selama ini Adela menyimpan rasa pada Ken. Dia pikir ... Adela cemburu melihatnya bersama Ken. Alasan yang membuat Eca menolak Ken menjadi pacarnya. Tapi ternyata Eca salah, sangat-sangat salah.

Adela ikut menangis.

"BANGSAT!"

"Dia bahkan gak lebih baik dari Saka!" Di saat-saat seperti ini, Eca justru mengingat mantan pacarnya.

Harusnya sejak dulu Eca sadar. Bahwa ketulusan bukanlah sesuatu yang bisa ia dapatkan.

"HAHAHAHA! BANGSAT LO, KEN. BANGSAT!!" Eca terbahak keras, dia merasa kewarasannya menguap begitu saja. Adela kembali mendekap Eca saat gadis pirang itu memukul cermin dengan kepalan tangannya. Darah langsung mengalir mengotori tangan juga lantai. Adela semakin mengeratkan pelukannya.

"Cukup. Jangan nyakitin diri lo sendiri, sampah kayak dia emang gak pantes buat lo."

Napasnya memburu, rasa sesak di dada seakan mencekiknya. "Gue benci banget sama Ken, Del."

Mungkin satu-satunya laki-laki yang tulus mencintai Eca hanya Reynand saja. Dia benar-benar menyesal karena pernah melepas cowok sebaik Reynand.

END!

Alhamdulillah, akhirnya saya bisa menyelesaikan Goodbye Cupu!

Ini adalah cerita kedua yang berhasil saya selesaikan. Saya benar-benar berterima kasih pada semua teman, krabat dan juga pembaca setia Goodbye Cupu! Karena sudah menemani dan mendukung saya selama ini. Sekali lagi terima kasih.

Membaca cerita Goodbye Cupu! Artinya kalian semua akan membaca cerita-cerita saya yang lain, bisa kalian cek di profile saya;))

Ada kesan dan pesan untuk cerita ini atau untuk saya? Tulis di sini ya;)

Tegur sapa dengan saya di instagram @reniar15

Terima kasih dan sampai jumpa di cerita yang lainnya!

Goodbye Cupu! [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang