37. Kita dan rasa

1K 73 7
                                    

Target untuk 10k readers udah kecapai. Sekarang tinggal 5k Vote-nya.

Semangat! Saya tahu kalian bisa.

Lebih cepat jumlah Vote-nya kecapai lebih cepat juga kita mulai Give Away-nya❤

37. Kita dan rasa

Kilauan mutiara.

Gemerlap bintang.

Sinar rembulan di kegelapan malam.

Eca terpesona akan ketulusan Ken sejauh itu, dalam satu waktu. Kenapa harus Ken? Kenapa harus cowok itu yang menyentuh hatinya yang mulai kosong. Eca tidak siap menerima luka serupa meski dari orang yang berbeda. Ken memang bukan Saka, mereka berdua adalah orang yang berbeda. Tapi ... Ken juga disukai banyak gadis, sama seperti Saka. Rasanya Eca tidak percaya diri jika harus menjatuhkan hatinya pada Ken.

Eca terlalu takut untuk dikhianati lagi. Dibohongi lalu diberi alasan yang sama sekali tidak bisa dirinya terima.

"Ca, kok bengong?"

"Hah? Eng-enggak kok."

Ken menggeleng kecil. Dibelainya pipi gadis berambut pirang itu perhatian. "Jangan takut," ucap Ken lembut. Saat ini mereka berada di lantai dua rumah Eca, lebih tepatnya di kamar gadis itu. "Gue pasti jagain lo."

Manis sekali.

Kalimat itu bahkan terlalu manis untuk di dengar oleh kedua telinga Eca saat ini.

Tapi yang ada dalam pandangan Ken mungkin kejadian mengerikan beberapa saat lalu. Di mana kehormatan juga nyawan Eca nyaris direnggut. Padahal ... yang ada dalam kepala Eca saat ini, yang membuatnya sampai melamun galau ... justru perihal perasaannya pada cowok itu.

"Ken,"

"Hm?"

"Gimana cara ngomongnya ya?" batin Eca.

"Ken,"

"Iya?"

"Ngomong jangan ya?" Kali ini dia justru dilema.

"Ken ...."

"Apa, sayang?"

Eca sontak memalingkan wajah tepat setelah Ken mengatakan kalimat mematikan itu. Tangan Ken yang masih bergerak di pipinya, Eca jauhkan secara paksa. Membuat cowok itu terkekeh geli.

"Mau ngomong apa? Ngomong aja kali."

"I-itu ...."

"Itu apa sayang?"

"Ckk! Jangan manggil sayang!" kesal Eca karena Ken terus menggodanya. Ken tertawa.

"Honey aja kalo gitu."

"APA BEDANYA?!"

Ken ngakak. Benar-benar minta disundul. Huffft, tiada hari tanpa bertengkar.

"Gue mau ngomong,"

"Serius," tekan Eca saat Ken nyaris membuka mulut.

Ragu-ragu gadis berambut pirang itu menatap Ken. "Soal perasan lo sama gue ... apa itu serius?" Menggigit bibir, Eca menunduk saat di depannya Ken mengukir senyum sejuta misteri. Eca 'tak bisa menebaknya.

"Jadi ... Caca mau langsung diseriusin nih?" kata cowok itu sembari menaik-turunkan alis tebalnya.

Eca menggeram jengkel. Matanya melotot, menatap Ken berapi-api. "Nyesel gue ngomong sama lo!" Ternyata hanya percuma yang ia dapat ketika memberanikan diri membahas tentang perasaan cowok itu. Mungkin sejak awal Ken hanya ingin mempermainkannya saja.

Harusnya Eca juga tidak perlu menaruh rasa, walau itu hanya sekadar rasa terpesona-

"Jangan mikir macem-macem," ucap Ken membuat si gadis pirang kembali dalam dunia yang sama dengan cowok itu. Tangan kekar Ken terulur menggenggam jemari Eca. Eca memberontak, mencoba melepaskan. Tapi Ken jauh lebih tangguh untuk mempertahankan jari-jari mungil itu untuk tetap tinggal dalam genggamannya. "Gue cinta sama lo, gak sama kayak cinta gue sama cewek lain."

Memiringkan wajah. Manik biru menatap 'tak mengerti. Walau dalam hati dia tersenyum, tentu saja Eca tidak sebodoh itu.

Ken menghela napas. Dia mencoba menjelaskan sebisanya, "selama ini, meski sering gonta-ganti pacar sampe dapet gelar fuckboy ... yang nembak itu selalu cewek-cewek duluan. Bukan karena gue gak gentle, tapi karena gue emang gak cinta sama mereka. Gue anggap mereka kayak temen aja."

"Beda kalo sama lo, gue cinta sama lo bukan sebagai temen, Ca."

Entah kenapa? Hati Eca menghangat mendengar kalimat panjang itu meluncur dengan ringannya dari bibir Ken. Dia bahkan tidak sadar sudah mengukir senyum.

"Lo gimana? Cinta juga gak sama gue?" tanya Ken 'tak kunjung mendapat jawab. Eca diam, cewek itu menunduk sambil memainkan kuku-kukunya.

"K-Ken?" Kaget Eca sampai terbata-bata.

Ken menjauhkan wajahnya. Meninggalkan jejak hangat di kening Eca. Cowok itu tersenyum cerah membuat wajah gantengnya kian bersinar. "Hadiah karena gue udah nolong lo dari mantan pacar lo."

Eca tidak tahu harus menanggapi prilaku Ken seperti apa? Dia diam saja. Lagi pula ... sekarang ini Eca mendadak tidak bisa marah padahal Ken sudah menciumnya tanpa izin. Lebih gilanya lagi, Eca justru merasa senang karena suatu alasan yang ia sendiri pun 'tak sanggup menjelaskan.

Dan kini dia mati-matian menahan senyum. Juga, ada letupan-letupan aneh di dadanya ....

"Gue pulang dulu ya. Nanti pasti balik lagi," Ken pamit. "Lo mending istirahat."

Lalu Ken berbalik pergi.

"Ken,"

Ken menoleh. Dia mengangkat alis__bertanya.

"Makasih udah nolong gue." Jeda tiga detik. "Kalo lo enggak ada mungkin gue tinggal nama."

"Gue pikir Eca mau bilang apa? Ternyata cuma ucapan terima kasih." Miris Ken dalam hati.

"Sama-sama. Udah tugas gue buat jagain lo." Ken kembali berbalik melanjutkan langkah.

"Ken." Baru dua langkah ia menggerakan kaki, Eca kembali memanggil.

Ken lagi-lagi menoleh.

"Ken ... gue belum tahu gue ini cinta sama lo atau enggak. Tapi kalo di lain hari lo tanya lagi mungin gue udah tahu jawabannya."

_Tbc_

See u❤

Goodbye Cupu! [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang