29. Lima puluh juta

1.2K 72 5
                                    

Tinggalkan jejak^^
Gak vote gak usah baca #bwlee!

Btw, komentar kalian bener-bener moodbooster buat aku;))

29. Lima puluh juta

Malam ini bulan sabit tampak begitu cerah bagai purnama, bintang-bintang yang bersinar terang tampak berkilauan, bahkan langit gelap pun sama sekali 'tak terlihat menyeramkan.

Keiva melompat-lompat kegirangan, ponsel ber-softcase Spongebop ia dekap erat.

"Gila! Hahahah," dia terbahak keras. "Mama-papa aja gak pernah ngasih uang jajan lima puluh juta!" histeris gadis itu.

Saat sedang asik bermain game, Keiva justru mendapat notifikasi dari e-banking. Uang senilai lima puluh juta masuk ke rekeningnya.

Beneran lima pulih juta lho ini. Keiva saja sampai menghitung nolnya sepuluh kali. Dan hasilnya tetap sama.

"Oh, iya!" Keiva melompat turun. Hampir saja dia lupa.

Tergesa-gesa, gadis itu berlarian kecil ke kamar kakaknya. Membawa kotak beludru berwarna abu yang ia dekap erat-erat.

Tok! Tok! Tok!

"Bentar!" Membuka pintu. Eca melihat sang adik yang tengah menyengir lebar di ambang pintu.

"Apaan?"

Keiva kian melebarkan cengirannya. Menutup pintu kemudian menyeret kakaknya untuk duduk.

"Aku punya sesuatu buat kakak."

"Hah?" Eca mengangkat alisnya tidak paham. Lagi pula tumben sekali bocah SMP itu menggunakan aku-kamu padahal tidak ada mama dan papanya.

Keiva mengeluarkan kotak beludru dari balik punggungnya. "Ini," kata Keiva sembari meletakkan kotak itu di tangan Eca.

"Apaan nih? Tumben lo ngasih beginian sama gue." Eca memincing curiga. Melihat kotak beludru berwarna abu yang terkesan mewah, Eca berpikir mungkin isinya adalah perhiasan.

"Anu- itu dari fans kakak." Lalu Keiva kabur.

"Mencurigakan!" Eca tampak ragu-ragu untuk membuka kotak abu di tangannya. "Awas kalo ampe isinya kodok, gue potong kuku si Keiva sekalian sama jari-jarinya."

Karena penasaran, Eca membuka kotak itu. "Jepit rambut?"

"Bagus sih," Eca mengangguk tiga kali. Kakinya melangkah menuju meja rias. Sedikit menunduk untuk memasang jepit rambut itu di kepalanya.

Cantik.

Berkilauan seperti mutiara. Tunggu-

Eca melepas jepit rambut di kepalanya, mengamatinya dari arah dekat. Detik berikutnya mata cewek itu melebar. "I-ini ... mutiara asli." Jari telunjuk Eca terangkat menyentuh mutiara-mutiara yang menyilaukan matanya.

Satu, dua, tiga. Tangan Eca gemetar. "Orang gila mana yang ngasih gue jepitan berhiaskan mutiara kayak gini?" Mulut Eca sedikit terbuka. "Satu mutiara aja udah berapa rupiah? Ini tiga?"

Lalu Eca teringat seseorang-

"Saka,"

"Pasti dia orangnya."

"KEIVA!" teriak Eca marah. Berani-beraninya Keiva bersekongkol dengan si bajingan itu. Tidak bisa dibiarkan.

***

"Ampun kak! Gak lagi deh," kata Keiva memelas. Eca menjauhkan tangannya dari telinga sang adik. "Untuk hari ini," lanjut Keiva membuat Eca kembali menerkam gadis itu.

"Dibayar berapa lo sama Saka, hah?" tanya Eca kesal.

"Lima puluh juta."

"Gak usah becanda," desis Eca tajam. Dia benar-benar marah karena Keiva bersekongkol dengan pria yang selalu membuatnya memaki kesal.

"Gue gak becanda!" teriak Keiva.

Sejenak si gadis pirang memejamkan mata, kemudian kembali menatap Keiva. "Atas jasa apa si bajingan itu ngasih lo lima puluh juta?"

"Kepooooo," jawab Keiva menyebalkan. Eca memelintir lengan sang adik. Membuat gadis itu menjerit-jerit kesakitan.

"Ok, ok! Lepas dulu sakit!"

"Gue dikasih uang jajan lima puluh juta karena bersedia ngasih jepit rambut itu ke kakak. Puas?!"

"Itu aja?" tanya Eca 'tak percaya.

"Iya, kenapa?" kata Keiva sewot.

"Nih, balikin jepit rambutnya sama uang lima puluh jutanya," ujar Eca sembari menjejalkan kotak beludru di tangannya ke tangan sang adik.

Keiva melotot tidak terima, "enak aja! Gak mau!"

"Lo adik gue bukan sih?"

"Bukan!" ketus Keiva. Eca menggeram jengkel. Giginya bergemelatuk menahan kesal.

"Balikin! Gue ganti uangnya tujuh puluh juta!"

Keiva tersenyum sumringah. Mata berbalut softlens hijau itu berbinar cerah. "Beneran?" Nada bicara melembut, terdengar begitu bersahabat.

"Iya," jawab Eca ketus.

"Ok! Siap laksanakan!"

"Ini ada apa sih malam-malam kok rame banget, hmm?" Grachila datang membuat kedua Puterinya menyengir kompak.

"Eh, Mama. Gak ada apa-apa kok. Billa ke kamar ya, bye." Eca pergi setelah mengatakan itu. Dan seratus persen dia yakin Keiva pun akan melakukan hal yang sama.

"Ma, udah malem." Keiva menggaruk kepalanya yang 'tak gatal. Sang mama di depannya melipat tangan di depan dada.

"Iya, mama tahu ini malam."

"Kei, ke kamar ya Ma, dadah!" Lalu ngaprit pergi.

Grachila geleng-geleng kepala. Setiap hari ada-ada saja tingkah puteri-puterinya yang membuat wanita itu menggeleng, tidak habis pikir.

***

"Ngapain lo nelpon-nelpon gue?!" Makin hari cewek itu makin beringas saja.

"Eng-itu, tadi ada yang nganter paket ke rumah. Isinya jepit rambut kamu-"

"Jepit rambut lo!" potong Eca galak.

"Tapi aku ngasih buat kamu."

"Terserah! Gak penting banget sih lo pagi-pagi nelpon gue cuma bahas hal gak penting kayak gini. Dasar gak ada kerjaan!"

"Maaf, aku-"

"Bye!"

Sambungan diputus sepihak. Melihat jam menunjukan pukul lima pagi, Eca memutuskan untuk kembali ke alam mimpi.

_Tbc_

See u❤

Update lagi kapan?

Goodbye Cupu! [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang