36. Oh, Dia

1.1K 72 28
                                    

Sebelumnya saya mau minta maaf, kalian pasti bingung ya liat part 36 kosong? Haha, emang sengaja. Lewat 'itu' saya kasih tahu kalian semua, bagaimana perasaan saya-

Hati saya nge-blank guys liat jumlah siders yang makin melonjak naik HAHAHA

Tapi makasih buat kalian yang selalu support cerita saya yang mungkin gak seberapa ini ....

36. Oh, Dia

"Makan,"

"Najis!" tolak gadis berambut pirang kejam.

Sejak lima menit yang lalu, tepatnya setelah si penculik kurang kerjaan itu menculik Eca. Gadis bermanik biru itu terus saja memberikan tatapan buas. Rasanya kata 'kesal' saja tidak cukup untuk mendefinisikan segala yang membeludak di dalam dadanya.

"Kamu gak mau makan?" tanya cowok itu lembut.

Cuihh!

Eca meludah sembarangan.

"Gak usah sok manis lo!"

Mendekat, cowok berpakaian serba hitam itu mencengkeram dagu Eca membuat gadis bermanik biru itu mendongak.

"Brengsek," desis Eca muak.

"Kamu makin cantik." Cowok itu tersenyum lebar. Dan tidak ada yang menyukai senyuman lebar itu.

"Lo makin gila!" teriak Eca tepat di depan wajah cowok itu.

Mendengar itu si cowok tertawa. Benar-benar sudah tidak waras.

"Gila beneran lo, Ka?" sinis Eca. Ya, cowok yang menculiknya adalah Saka. Mantan pacarnya sendiri.

"Aku udah siapkan pernikahan kita." Saka berjalan mengitari Eca kemudian berhenti tepat di belakang gadis itu, sama sekali tidak tertarik menanggapi hinaan Eca. "Besok kita nikah," bisik Saka sembari memeluk gadis cantik itu dari belakang.

"EDAN!" maki Eca tidak habis pikir. Saka terkekeh sinting.

Eca nyaris saja kembali memaki tapi ia urungkan. Jika terus berteriak, dia justru tidak akan punya kesempatan untuk menghajar Saka.

Berpikir Eca, berpikir.

"Saka ...." panggil Eca melembut. Saka mengangkat sebelah alisnya heran. "Gue cape,"

"Makanya jangan teriak-teriak." Saka membelai rambut bergelombang Eca. Eca menghindar.

"Tangan sama kaki gue sakit," keluh Eca manja.

"Terus?"

"Lepasin." Eca tersenyum, biasanya Saka akan luluh jika Eca sudah memasang senyum manjanya.

"Hm," Saka berjongkok, tangannya terulur menyentuh tali berwarna cokelat yang mengikat kaki dan tangan Eca.

Eca bersorak dalam hati. Ternyata mudah sekali mengelabui cowok saiko itu ....

"Ahh, aku lebih suka kamu diiket," ucap cowok tampan itu tiba-tiba. Dia beranjak bangun. Eca yang melihat itu sontak saja melebarkan mata. Dia menggap-menggap menahan emosi. Niatnya ingin mengelabui Saka tapi justru dia yang dikelabui oleh cowok itu. Sialan!

"Kalo kamu diiket kayak gini, kamu jadi gak bisa pergi kan dari aku?"

Eca diam 'tak bersuara. Saat ini dia bahkan tidak sudi untuk berbicara pada cowok itu.

"Mmm ... aku kangen sama kamu."

Entah kenapa Eca mendadak merinding mendengar kalimat itu? Seolah yang berbicara beberapa detik lalu adalah iblis, bukan manusia.

Goodbye Cupu! [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang