Remi menggelengkan kepalanya melihat Raga yang terlihat frustasi karena panggilannya tidak dijawab oleh Meisya. Cowok itu terus menghubungi Meisya yang entah saat ini ada dimana. Raga sudah menanyakan Meisya kepada Affa, tetapi gadis itu tidak tahu. Lalu kepada Karlina, gadis itu juga tidak tahu.
“Kerumahnya aja si bos,” ujar Remi.
“Tapi Paula? Tante Dini sama Om Feri belum sampe, Rem.”
“Ada gue. Jangan tolol jadi cowok, sana, dia cewek lo bego!” umpat Remi kepada Raga. Karena Remi sudah benar-benar kesal terhadap Raga. Lalu Remi mendorong Raga agar cowok itu keluar dari ruangan Paula.
Raga pun melajukan motornya untuk mendatangi rumah Meisya.
Tok Tok Tok
Klek
“Loh Nak Raga?” yang keluar adalah Wina. Pagi ini Raga tidak kuliah, ia lebih memilih untuk menjaga Paula dirumah sakit.
Raga merasa bersalah atas tindakannya kepada Meisya semalam, ia ingin minta maaf, menebus kesalahannya saat ini juga.
“Meisyanya ada Nek?” tanya Raga seraya menyalimi tangan Wina. Lalu dipersilahkannya masuk Raga oleh Wina.
“Ada di dalam, dia demam. Semalam keujanan pulang naik motor diantar nak Rama.”
“Demam nek?”
Wina mengangguk, “Sana liat dikamarnya.” ucap Wina. Raga pun langsung menuju kamar Meisya. Raga tersenyum, wajah polos nan cantik Meisya membuat rasa gelisahnya menghilang, semua pikirannya lenyap begitu saja melihat wajah Meisya yang tengah tertidur ini.
Raga menyelipkan rambut Meisya ke belakang telinganya, di sentuhnya dahi Meisya. Dan benar, gadis itu demam.
Raga pun menyiapkan air kompresan dari dapur, lalu memulai mengompres Meisya. Meisya yang tidurnya mulai terusik pun menggerakkan badannya, mengulat kecil lalu membuka matanya secara perlahan.
“Raga..” panggil Meisya dengan suaranya yang khas bangun tidur.
“Ya sayang? Ada yang sakit? Kita kerumah sakit ya?” ucap Raga melontarkan semua pertanyaannya kepada Meisya. Yang ditanya hanya menggeleng, “Kok kamu disini?” tanya Meisya.
“Aku dapet info dari Affa kamu gak sekolah jadinya dari rumah sakit langsung kesini. Aku takut kamu kenapa-napa soalnya aku telpon gak kamu angkat.” jelas Raga.
“Iya aku kan tidur, gimana mau ngangkat coba?” Meisya terkekeh dengan suara yang masih khas bangun tidur.
Raga tersenyum, “Maafin aku ya Ca soal semalem..”
“Gapapa Ga, udah biasa juga kan?”
“Sya..”
“Udah jangan dibahas lagi. Kamu udah makan?” Tanya Meisya, Raga pun menggeleng. “Kita ke bawah yuk, buat makanan.” kata Meisya.
“Makanan apa? Kamu masih sakit loh Sya..”
“Ya makanan, aku laper nih, yuk ah!” Meisya menarik Raga menuju dapur. Raga yang ditarik oleh Meisya pun hanya pasrah menuruti kemauan gadisnya ini.
“Kita buat apa ya? capcay aja deh, suka kan?” Raga mengangguk antusias, ia pun membantu Meisya menyiapkan peralatan dapur yang harus digunakan.
“Nih, kamu potong ini,” ujar Meisya.
Raga pun memotong cabe itu, jujur ia tak mengerti bagaimana caranya masak. Padahal ia selalu memperhatikan Meisya ketika gadis itu tengah memasak.
“Aww!”
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGA [completed]
Teen FictionRaga Samudera. Cowok berparas tampan yang mampu membuat semua kaum wanita memekik yang hanya melihat senyumannya. Jika menjadi Raga, siapakah yang kalian pilih? kekasih, atau sahabat? Selalu dinomorduakan adalah hal yang biasa untuk gadis cantik yan...