RAGA | 26

415K 29.5K 4.2K
                                    

Malam ini, Meisya berdiri di depan cermin. Ia melihat pantulan dirinya sendiri dicermin. Meisya tersenyum, penampilan malam ini tidak terlalu buruk menurutnya.

Meisya meraih ponselnya, ia sedari tadi tidak memainkan ponselnya. Meisya menghela nafasnya perlahan, memejamkan matanya dengan tangan yang posisinya memeluk perutnya.

Meisya menyalakan ponselnya, banyak sekali notif yang mengganggu kelancaran akses jaringannya. Ia mendesah pelan, Affa sudah banyak sekali mengirim pesan untuk dirinya.

Affa : Cepet ih! Gue dibawah ini!

Meisya pun keluar dari kamarnya, menutup pintunya lalu menghampiri Affa dan juga Karlina dibawah.

"Yuk." kata Meisya.

"Gak pamit dulu nih gue sama Tante Alira sama Nenek?" tanya Affa kepada Meisya.

"Gak. Mereka lagi nemenin Nenek beli obat." kata Meisya. Meisya pun masuk ke dalam mobil Affa, lalu mereka bertiga pergi ke tempat tujuan mereka.

Disisi lain, Raga baru saja sampai didepan rumah Meisya. Malam itu, terlihat rumah Meisya sangat sepi. Cowok itu mengetuk rumah Meisya berkali-kali, namun tak ada jawaban.

Saat ingin pulang, Raga melihat sebuah mobil berhenti tepat di depan pagar rumah Meisya.

"Nenek?" gumam Raga.

"Eh nak Raga, nyari Caca ya pasti?" tanya Wina.

Raga pun menyalimi tangan Wina dan juga Alira, "Iya nek," jawab Raga.

"Tadi dia pesan sama nenek, katanya sih dia mau pergi sama temen-temennya. Gak tau kemana, nenek juga habis beli obat, dia bilang sekitar jam 11 pulang." kata Wina.

"Dia gak ngasih tau kamu?" tanya Wina.

"Gak nek. Raga telpon gak diangkat-angkat, pesan dari Raga juga dibalasnya seadanya nek."

"Kalian bertengkar?"

"Gak kok nek," jawab Raga seraya tersenyum. "Kalau gitu, nanti jam 10 Raga kesini lagi, Raga pamit ya nek. Assalamulaikum."

"Waalaikumsalam."

🌸🌸

Disebuah club terkenal yang letaknya ada di daerah Jakarta, seorang gadis cantik tengah duduk di kursi tunggal yang menghadap meja bar. Gadis itu tertawa bersama seorang pria yang entah siapa.

"Tapi Pau, parah juga sih. Itu cewek kalo didiemin bisa-bisa nguras otaknya si Raga." ujar cowok itu.

"Ya makanya itu gue coba untuk nyadarin Raga buat gak selalu nurutin apa maunya si Meisya. Kadang gue heran, dia nurut banget." kata Paula

Cowok itu tertawa, "Tapi lo beruntung sih punya Raga, dia tanggung jawab banget orangnya. Sayang-sayang Pau kalo lo anggurin, pacarin elah kalo bisa, kenal lama ini." katanya.

"Eh gak gampang ya luluhin hati Raga, nyesel sih dulu gue pernah bilang gak suka sama dia pas dia bilang suka ke gue. Karena menurut gue bakal bosen banget karena kita udah bareng-bareng dari lama." kata Paula.

"Nah kan, nyesel belakangan. Rasain lo dia sekarang udah punya cewek." kekeh cowok itu.

"Oh iya Tan, lo kuliah dimana sekarang?" tanya Paula kepada cowok yang bernama Tristan ini.

"Di-"

"PAULA!" panggil seorang cowok dari jauh. Cowok itu menghampiri Paula, Paula mendengus kesal. Ia menatap cowok itu dengan tatapan benci, "Ngapain sih lo kesini?! Sengaja buntutin gue?!"

RAGA [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang