RAGA | 27

424K 30.6K 8.1K
                                    

Setelah mengantar Dhirga dan Liona ke bandara pagi ini, Raga dan teman-temannya pun kembali ke basecamp. Hari ini adalah tanggal merah, maka dari itu mereka tidak berangkat sekolah ataupun kuliah. Mereka memilih menghabiskan waktu di basecamp.

“Waktu kita ada di gunung, Meisya sama yang lain di ganggu lagi. Gue gak tau itu siapa, tapi Meisya ngasih tau kalung yang jatuh dari orang itu. Pas gue cari di google, itu kalung ada pasangannya. Tapi gue gak tau juga.” kata Raga menjelaskan.

“Mana kalungnya?” tanya Iqbal.

“Ada sama Meisya.” ucap Raga.

“Kalung apaan? Emas? Boleh tuh dijual dapet duit lumayan kita dugem,” ucap Gaga.

“Kalung biasa, kalung cabe-cabean.” balas Raga cuek. Iqbal hanya terkekeh, lalu menoyor kepala Raga. “Mana ada cabe-cabean!” ucapnya.

“Ada aja, noh ceweknya si Leon. Kan deretan cabe semua.” ujar Raga.

“Buset kalo ngomong! Gue kalo cari cewek yang berkualitas ya, gak abal-abalan!” sinis Leon.

“Lah itu si Atika? cabe begitu jugaan.” sahut Dandi.

“Itu pacar ke tiga gue, yang pertama lo pada belum pernah liat kan?” kata Leon seraya menaikkan satu alisnya.

“Bangga amat lo punya cewek banyak, kena karma mampus!” sengit Remi. “Kaya gue dong, setia sama satu cewek, udah pada gede lo pada buset dah. Gak usah dah ntuh yang namanya main-main lagi pacaran.” ucap Remi lagi menasihati.

“Kalo ceweknya modelannya kayak Meisya, gue mau dah.” ucap Troy bercanda.

Raga menoleh, lalu mendelik. “Cari sono yang laen!” desis Raga tajam.

Troy terkekeh, “Kan lo sering nyia-nyiain dia bos. Jadi mendingan buat gue aja.”

Detik selanjutnya Raga terdiam, keheningan menyambut basecamp Vhigor. Lalu, Troy menepuk pundak Raga seraya terkekeh. “Canda bos, lo si serius-serius amat.”

Entah mengapa ucapan Troy membuat hati Raga gundah. Kegelisahan menyelimuti pikirannya, hatinya terus saja mengulang-ulang kata-kata dari Troy tadi. Otaknya pun selalu menyebut nama Meisya. Raga menggelengkan kepalanya, lalu bangkit dan mengambil jaket yang ada disekitarnya.

🌸🌸

Raga pun sampai di depan rumah Meisya. Cowok itu mengetuk pintu rumah Meisya berkali-kali. Mengucapkan salam namun tidak ada jawaban. Ia pun duduk di kursi depan rumah Meisya, memainkan ponselnya berharap seseorang membukakan pintunya.

Klek

“Raga?”

Raga menoleh, lalu tersenyum. Terlihat di depannya gadis cantik dengan piyama hitam bermotif flaminggo dengan wajah yang khas bangun tidur. “Baru bangun ya? Maaf deh pagi-pagi gini ganggu kamu tidur.” ucap Raga.

“Masuk.” kata Meisya singkat. Raga pun masuk dan duduk di sofa.

“Gak ada makanan gak ada minuman Ga, mau beli aja?” kata Meisya dengan suara seraknya.

“Cuci muka dulu sana, kalo gak mandi ih. Bau jigong.” ujar Raga seraya menutup hidungnya.

Plak!

“Kurang ajar kalo ngomong!”

“Yaudah sana mandi dulu ih! Kebiasaan kalo libur gak pernah mandi.” balas Raga.

“Iya,” Meisya pun pergi ke kamarnya. Gadis itu pun dengan terpaksa harus mandi. Biasanya, kalau libur seperti ini Meisya jarang sekali pergi mandi. Mandinya waktu sore saja. Raga sampai heran.

RAGA [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang