RAGA | 31

431K 31.3K 6.2K
                                    

Sorry lama ga update.

Raga terdiam mendengar penuturan dari Meisya. Cowok itu memandang Meisya dengan senyumannya.

“Paula sahabat aku. Dan aku gak ada apa-apa.” ujar Raga tegas.

“Akbar juga sahabat aku.” balas Meisya membuat Raga kalah telak. Cowok itu mengusap wajahnya gusar, “Tapi ini beda, Sya. Kamu juga udah tau Paula kok sejak lama. Kok kamu malah jadi ragu gini sama aku?”

“Ragu kamu bilang?” tanya Meisya dengan wajah yang serius menatap Raga. Ia memutar badannya hingga menghadap Raga. “Kalau aku ragu, aku udah ninggalin kamu dari dulu, Ga!”

“Yaudah, sekarang kamu maunya apa?” tanya Raga sabar.

“Aku udah gak mood.” Meisya pun keluar dari mobil Raga.

“Sya!”

“Meisya!”

Raga memukul stir mobilnya sangat kencang. Menjambak rambutnya sendiri seraya mendesah pelan. Ia pun segera melajukan mobilnya menuju kampusnya, karena sebentar lagi pukul satu siang. Dan Raga ada kelas di jam tersebut.

Sudah tiga hari ini, Meisya tidak mau bertemu dengan Raga. Raga frustasi, ia mencoba berbagai cara agar bisa bertemu dengan Meisya, tetapi hasilnya nihil. Gadis itu selalu mengurung diri dikamar seharian. Makan pun harus Alira yang mengantarkannya, jika sudah diantarkan, Meisya kembali mengunci pintunya agar siapapun tidak bisa masuk.

Sudah tiga hari juga Raga berpenampilan seperti orang gila. Badannya seperti tidak terurus, rambutnya acak-acakkan, kantung matanya menghitam. Dan selama tiga hari itu, ia tidak berangkat kuliah. Setiap jam ia hanya menunggu Meisya untuk keluar kamar. Namun, tidak ada hasil.

Drrtt... Drrtt...

“Halo, Fa?”

“Sya, Raga masuk rumah sakit.”

Deg

“Ke—kenapa?”

Pingsan. Gak makan tiga hari. Dehidrasi juga. Gue harap, lo mau dateng ya. Dia nyari lo terus, kadang sampe kebawa ngigo.” kata Affa.

“Gue..”

“Sya. Come on! Kemana Meisya yang gue kenal?”

“Iya-iya. Gue kesana.”

Setelah mendapat kabar tersebut, Meisya pun bergegas menuju rumah sakit melihat Raga yang 'katanya' jatuh sakit. Meisya dengan penampilan seadanya pun menaiki taksi, setelah memberitahu sang supir kemana tujuan mereka Meisya pun duduk dengan pikiran yang berkecamuk.

Setelah sampai, Meisya berjalan ke arah kamar yang sudah diberitahu oleh Affa tadi. Gadis itu terus saja merapalkan doa agar Raga baik-baik saja.

Klek

“Ra—Ragaa..”

“Sya, sini masuk.” ucap Affa setelah melihat gadis cantik yang ada di ambang pintu tersebut. Setelah menutup pintu, Meisya mendekati brankar Raga. Ia menelan salivanya, baru kali ini ia melihat Raga kacau. Ia duduk di kursi samping brankar, lalu menggenggam tangan kekar Raga.

“Maaf.” hanya kata itu yang lolos dari mulut Raga. Meisya menggeleng pelan, air matanya jatuh begitu saja. “Aku yang minta maaf.” ujar Meisya.

“Maafin aku Sya..” lirih Raga pelan.

Meisya menghela nafasnya panjang, lalu mengangguk dan tersenyum. “Udah makan?” tanya Meisya kepada Raga.

Raga menggeleng polos, “Aku nunggu kamu.”

RAGA [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang