Affa, Karlina dan Akbar datang. Mereka terkejut melihat Meisya duduk diatas lantai dalam pelukan Viga. Affa dan Karlina segera mengalihkan Meisya. “Sya, ada apa ini?”
“Nenek Wina meninggal dunia.” ucap Viga memberitahu. Affa dan Karlina sama-sama menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Mata mereka berdua pun berkaca-kaca, hanya sekali berkedip air mata itu pun mengalir.
“Innalillahi, gue turut berduka cita ya Sya..”
“Makasih.” jawab Meisya dengan suara serak. Affa membantu Meisya bangkit, dan duduk dikursi tunggu. Affa menghapus jejak air mata Meisya dengan tangannya, lalu ia membenarkan rambut Meisya yang berantakan. “Gue yakin lo kuat, gue yakin lo bisa hadapi ini. Ini semua takdir, ini semua rencana Allah. Dan nenek lo pasti bahagia ketemu sama nyokap bokap lo.” ujar Affa menenangkan Meisya.
“Tadi Raga kesini, kayaknya lagi nganter Mama. Dan.. dia ngeliat gue meluk Meisya. Dia salah paham dan dia mutusin Meisya..” kata Viga. “Gue diem aja karena gue gak mau memperkeruh masalah. Biar Meisya yang nyelesein masalah ini, biar gimanapun ini masalah dia sama Raga pribadi.”
“Ya, gue ngerti. Raga emang egois. Gue udah tau betul sikapnya.” ucap Affa kesal seakan ia sudah tahu betul bagaimana karakter Raga.
“Yaudah, kita urus dulu pemakaman nenek, lo istirahat aja ya Sya gue takut lo ngedrop.”
“Buat sekolah besok lo, gue dan Karlina izin, nanti kita nemenin lo dirumah.” sambung Karlina seraya mengelus kepala Zura yang ada dipangkuannya.
“Makasih banyak kalian..”
Setelah acara pemakaman Wina selesai, Affa dan Karlina membawa Meisya kerumahnya. Affa menuntun Meisya kedalam mobil dan Karlina pun menggandeng Zura.
“Tante Alira udah lo kasih tau?” tanya Karlina.
“Dia gue hubungin gak aktif.” jawab Meisya.
“Yaudah yuk kita pulang, lo butuh istirahat Sya. Liat tuh, kantung mata lo hitam, bibir lo pucat, mata lo sayu banget. Yuk ah, nanti gue bikinin teh anget. Kasian juga Zura kalo kesorean.”
“Makasih semuanya, makasih..”
🌸🌸
Satu minggu kemudian...
“Gue gak tenang Fa kalo Raga belum tau kejadian sebenernya. Dia juga gak tau nenek udah gak ada, gue.. gue pingin cerita dan jelasin..”
“Sya udahlah.. Raga udah bahagia sama Paula.. Dan lo tau kabarnya? mereka bakal tunangan. Gue tau info ini bakal bikin lo down, tapi, gue lakuin ini biar lo gak kepikiran soal Raga lagi. Bayangin, lo disakitin terus, lo dibikin nangis mulu, apa gak cukup untuk ngebuktiin kalo dia bukan yang terbaik untuk lo?”
“Oke gue tau ada sebuah kesempatan disetiap kesalahan, tapi menurut gue ini gak wajar. Stop mikirin dia, gue yakin perlahan lo bisa lupain dengan cara gak mikirin Raga terus. Fokus, lusa kita ujian kelulusan.” ucap Affa lagi.
“Lo boleh Fa bilang gue bucinlah, apalah, tapi yang harus gue lakuin itu ngelurusin masalah ini. Gue juga gak ada niatan balik sama Raga. Gue.Cuma.Ngelurusin!”
“Oke-oke Mrs. Keras kepala. Gue paham. Tapi ya, kan Raga lagi keluar negri sama Paula dan keluarganya. Jadi, mana bisa lo ketemu dia. Lagi juga kan seminggu ini kita udah jarang liat dia tuh.”
“Gak tau lah, gue masih pusing mikirin hal ini. Mana Tante Alira gak bisa dihubungin, dia pulang satu minggu lagi, setahu gue jadwalnya gitu.” ucap Meisya seraya menyisir rambutnya yang sudah mulai kering itu. Gadis itu baru saja selesai mandi, dan satu minggu ini gadis itu ditemani oleh Affa dan Karlina dirumahnya. Karena Meisya juga masih takut jika Marsyel masih mengganggunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGA [completed]
Teen FictionRaga Samudera. Cowok berparas tampan yang mampu membuat semua kaum wanita memekik yang hanya melihat senyumannya. Jika menjadi Raga, siapakah yang kalian pilih? kekasih, atau sahabat? Selalu dinomorduakan adalah hal yang biasa untuk gadis cantik yan...