RAGA | 34

438K 30.1K 14.3K
                                    

Meisya segera mematikan panggilan tersebut, ia benar-benar terkejut mengetahui siapa yang menelfonnya. Marsyel benar-benar bahaya, dendamlah yang menjadi alasan mengapa Marsyel seperti ini.

Meisya pun tertidur di atas ranjangnya dengan lampu yang masih menyala. Ponselnya pun ia matikan, takut jika Marsyel berbuat ulah kembali.

PRANGG!

Meisya terkejut. Tubuh gadis itu meremang. Ia menoleh, mendapati kaca jendelanya pecah akibat sebuah lemparan. Saat mendekati jendela, Meisya melihat sebuah batu dilapisi oleh secarik kertas ada di bawah jendela.

GUE AKAN BUAT COWOK LO HANCUR, LEWAT LO MEISYA

Meisya menangis. Gadis itu segera menutup jendelanya dengan hordeng. Ia kembali ke ranjang, diremasnya kertas tersebut dan dibuangnya asal.

Tok Tok Tok

"Sya?"

"Meisya? Ini aku Raga."

Klek

"Raga!" Meisya memeluk tubuh cowok itu dengan erat. Ia menumpahkan tangisnya. Raga bingung, ada apa dengan Meisya? Mengapa gadis ini menangis?

"Kamu kenapa?" tanya Raga khawatir.

Meisya pun melepas pelukannya dari Raga, lalu memberikan kertas yang tadi ia temukan.

"Bangsat!" desis Raga tajam. Cowok itu kembali menatap Meisya, lalu memeluk gadis itu lagi. "Aku janji bakal terus jagain kamu, Sya." ucap Raga kepada Meisya.

"Jangan cuma janji Ga, tepati."

Raga menghela nafasnya panjang seraya menutup matanya, lalu cowok itu tersenyum dan mengangguk.

Meisya merasa bodoh. Ia mencoba untuk bertahan walau Raga menyakitinya. Walaupun memang dasarnya lebih penting sahabat daripada kekasih. Tetapi, apakah Meisya harus mewajarkan jika sifatnya Paula saja seperti itu? terkadang seringkali memutar balikkan fakta, cerita mengada-ada kepada Raga, dan masih banyak lagi.

Meisya ingin lepas, tetapi hatinya berkata jangan. Ia sangat sayang kepada Raga. Ia juga tak ingin melepaskan lelaki itu. Sebenarnya Raga baik, tetapi keadaan yang memaksanya menjadi seperti ini. Jadi, kali ini Meisya yang harus bersabar.

Raga mengajak Meisya kerumah sakit untuk berobat. Dan untung saja dokter mengatakan bahwa Meisya hanya demam biasa. Tidak ada penyakit bahaya yang menyerang gadis itu.

Meisya duduk dimobil dan Raga pun segera melajukan mobilnya. Didalam mobil, Meisya tertidur pulas dengan selimut yang membungkusnya hingga leher. Ya, Raga memang selalu sengaja membawa selimut didalam mobil. Karena terkadang, Meisya suka kedinginan jika waktu telah sore menjelang malam hari.

"Halo?"

"Paula ngamuk Ga, terus dia masuk rumah sakit sekarang. Kondisinya lemah banget. Gara-gara dia ngeliat sesuatu dari balkon kamarnya. Tante takut-"

"Raga kesana Tan."

Beep.

"Engghh-" Meisya membuka matanya perlahan, ia menoleh kearah Raga yang tengah memejamkan matanya seraya bersandar dikursi mobil.

"Kenapa Ga?" tanya Meisya.

"Paula drop lagi Sya." lirih Raga tanpa membuka matanya.

"Y-yaudah kamu susul dia Ga. Aku.. Gak pa-pa kok." ucap Meisya seraya tersenyum. Raga tahu, itu bukanlah senyuman nyata. Itu hanyalah simbol kebohongan. Ia mendesah perlahan, ia bingung harus apa.

"Aku tetep disini, jagain kamu." kata Raga.

"Paula butuh kamu."

"Kamu lebih butuh aku, Meisya."

RAGA [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang