RAGA | 18

451K 29.7K 8K
                                    

Hari berikutnya, Raga dan anak Vhigor lainnya sudah siap menghajar anak-anak Aftar malam ini. Ternyata, anak-anak Aftar sudah merencanakan rencana mereka bahwa siang tadi mereka akan menyerang basecamp Vhigor.

Basecamp Vhigor diobrak-abrik oleh Marsyel siang tadi. Rahang Raga mengeras, urat-uratnya bermunculan ketika mendengar basecamp mereka di jajah oleh anak-anak Aftar.

“Udah siap?” tanya Raga kepada teman-temannya.

“Siap!”

“Pagarnya tinggi, ini kira-kira empat meter. Hati-hati. Biasanya jam segini anak-anak Aftar lagi pada nyantai. Gue harap kalian bertugas sesuai sama rencana kita. Inget, gak ada bunuh saling bunuh.” ucap Dhirga.

GREK

“Siapa itu?!”

“SERANGG!”

🌸🌸

“Kok perasaan gue gak enak ya.” cicit Meisya seraya terus menggigiti kuku jarinya walau sebenarnya tidak tergigit.

“Lo tenang aja, pasti mereka baik-baik aja.” ucap Liona seraya mengusap punggung Meisya.

“Iya kak, Ma—makasih.” ujar Meisya.

“Btw, kalian sekolah ambil apa?” tanya Liona kepada Meisya, Affa, juga Karlina. Ya, Raga menyuruh Affa dan Karlina menginap lagi hari ini dirumah Meisya. Raga tahu, Marsyel licik.

Dulu, Marsyel pernah menyukai Meisya. Percayalah, Marsyel adalah orang yang baik dahulu. Ia memimpin Aftar dan mendidik Aftar dengan baik, tidak mengajarkan menaruh dendam. Tetapi, Raga selalu menang atas apa yang ingin dimiliki olehnya. Dari situ, Marsyel menjadi orang yang pendendam.

“Kita semua IPA kak, satu kelas. Kalau kakak, ambil jurusan apa kuliah?” tanya Meisya kepada Liona.

“Gue jurusan psikologi. Gue diajak kesini sama Dhirga untuk jaga kalian, jadi gue mohon, apapun yang diperintahkan sama Dhirga ataupun Raga, kalian nurut aja. Demi kalian juga,” ucap Liona.

“Kak Liona rencanain ini dari lama? Maksudnya mau membantu kak Dhirga?” tanya Affa.

Liona mengangguk seraya tersenyum.

“Kakak baik banget.. Padahal kita gak saling kenal dan gak saling tau..” balas Affa.

Liona tersenyum hangat, “Gue menjalani hubungan bukan sekedar menjalani aja. Tetapi, gue mencoba untuk saling mengerti, membantu, juga memahami. Kita udah sama-sama dewasa, gak perlu lagi bangun hubungan yang cuma-cuma, berantem cuma gara-gara masalah sepele.” ujar Liona.

“Waah. Dewasa banget pemikiran kakak,” salut Karlina.

Ya, mereka bertiga sudah terbuai obrolan dengan Liona. Liona tersenyum lega, setidaknya mereka bertiga tak lagi memikirkan pasangan masing-masing yang tengah perang malam ini.

“Lo semua juga pasti ada pemikiran dewasa. Cuma, kan semua orang beda-beda. Cara berpikiran orang pun beda-beda.” kata Liona.

“Kak.. Apa aku boleh nanya sesuatu sama kakak?” tanya Meisya pada Liona.

Liona tersenyum, “Nanya aja, Sya.”

“Aku kan udah ngejalin hubungan lama sama Raga. Tapi, selama sekolah aja Raga prioritasin aku full. Sisanya ke sahabatnya, Paula.” ucap Meisya.

“Ah ya, gue tau dia dari Dhirga. Lanjut.” kata Liona.

“Semakin kesini, Raga semakin menomorduakan aku. Alasan dia selalu untuk Paula itu karena dulu Paula pernah dilecehin, disekap dan sebagainya yang katanya pelakunya kak Viga.”

RAGA [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang