RAGA | 49

519K 32.4K 12.1K
                                    

Hari ini adalah acara dimana kampus Raga mengadakan acara. Acara yang dirancang semenarik mungkin, sebagus mungkin, semaksimal mungkin, dan serapih mungkin.

Semua peserta yang akan tampil pada hari ini sudah siap dikursi mereka masing-masing. Panggung yang dibuat semenarik mungkin pun terlihat mewah ketika lampu-lampu kecil mulai dinyalakan.

Pembawa acara pun memulai acara. Acara demi acara telah dirangkai dengan baik. Mulai dari pembuka, sambutan, hingga pentas-pentas yang diadakan. Juga ada beberapa acara yang turut mengundang kampus lain.

“Sekarang giliran lo Ga. Tampil yang maksimal!” ucap Dandi seraya menepuk bahu Raga.

“Siap.”

Raga pun memetik gitarnya, ia menyanyi dengan halus diatas panggung. Sorakan meriah terdengar beriringan bersama lagu yang dibawakan oleh Raga. Setelah petikan terakhir, suara tepuk tangan yang meriah menyambut telinga Raga. Ia pun tersenyum, lalu turun dari panggung.

“Mantab, bro!” ujar Remi.

“Selesai kan acara? gue mau cabut.” ujar Raga.

“Eits! Belum! Masih ada acara perwakilan setiap kampus Ga, cakep-cakep modelnya!” Dandi mencoba menahan Raga yang hendak pulang.

“Iya Ga, lagi pula nanti anak-anak Vhigor yang lainnya mau pada kesini, masa lo balik. Bang Dhirga sama Liona juga kesini nanti, Paula juga habis modeling ngajak foto dulu.”

“Hm iya dah.” pasrah Raga lalu ia pun mengambil ponselnya, memainkan benda pipih itu seraya duduk di kursi bersama hadirin disana.

Sebuah lagu mengiringi perempuan-perempuan cantik yang tengah menampilkan gaya andalannya diatas panggung bersana dress mewah mereka. Satu persatu peserta telah berjalan bak model, menampilkan kecantikannya.

“Kaya kenal..” gumam Remi tak sadar.

“Hah? Kenapa Rem?” tanya Raga.

“Gak apa, salah liat.”

Setelah acara selesai, semua orang yang ada disana diperbolehkan untuk bebas. Entah berfoto ria, entah memakan makanan yang disediakan. Entahlah, bermacam-macam.

Tak lama, anak-anak Vhigor lainnya pun datang. Mereka berkumpul kembali disana.

“Woi buset, anen anet!”

“Jijik!”

Sorry Ga tadi gak bisa liat penampilan lo, telat kita. Tadi macet banget jalanan.” ucap Dhirga.

“Nyantai aja kali Bang,” jawab Raga.

“Oh iya, abis ini kita mau kemana? Makan-makan? Holiday? Atau kemana gitu?” tanya Paula yang sudah ada disana.

“Boleh tuh. Tapi jangan sekarang deh, lain waktu aja. Soalnya kan kasian Dandi dia masih sibuk ngurus nih acara sampe selesai.” ucap Remi memberi saran.

“Iya juga sih ya, yaudah lah kita kumpul aja disini ngobrolin apa kek.” kekeh Troy menimbrung.

“Nanti juga pasti ada bahan.” sahut Rama.

“Bahan apaan? gibah?” tanya Iqbal.

“Yaiyalah, apalagi? topik pembicaraannya juga gibah-gibah juga.”

“Apalagi ada Paula sama Liona. Udah deh, gibah tiada henti.” sahut Dhirga seraya terkekeh.

Paula ikut tertawa, “Ya gak lah Bang,”

“Oh iya, gimana nih sejauh ini perkembangan lo ke Meisya?” tanya Gaga membuka topik.

“Gak baik. Kayanya dia benci banget sama gue.” balas Raga dengan nada tidak mengenakan.

RAGA [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang