RAGA | 29

416K 31K 6.5K
                                    

Seperti yang diperkirakan, hari ini Meisya lebih memilih bertemu dengan Akbar. Mereka berdua kini sudah berada di sebuah kafe yang cukup terkenal di daerah Jakarta. Meisya tidak sendiri bertemu dengan Akbar, ia ditemani oleh Affa. Karlina? entah gadis itu masih tertidur saat ini.

Sedangkan Akbar datang bersama Rama. Mereka berempat pun telah memesan minuman yang sama dan dihidangkan didepan mereka.

“Ah ya, gue harus kasih tau apapun soal gue.” kata Meisya setelahnya. Gadis itu menatap ke arah Affa, memberikan sebuah kode pada gadis itu.

“Ekhem.. Ya.. Emm—” Affa memotong ucapannya. Lalu melanjutkannya. “Meisya itu anaknya cengeng banget. Apa-apa nangis. Dia pokoknya anaknya sensitif banget Bar.” jelas Affa.

Akbar mengangguk, “Lalu?”

“Hobi Meisya itu berenang, ah ya tinggi Meisya 165, berat badan Meisya 47, ulang tahun Meisya itu tanggal 2 Juni, tahunnya lo pasti tau kan? Terus apalagi ya?” tanya Affa seraya berpikir.

“Gue itu takut sama ketinggian, gue takut sama ondel-ondel badut dan teman-temannya, terus gue itu alergi makan nanas. Makanan kesukaan gue itu pasta, dan gue gak doyan jengkol pete dan pare.” kata Meisya menjelaskan. Akbar masih setia mendengarkan.

“Nama panjang gue Meisya Arselina. Gue lahir di Indonesia tepatnya di Jakarta. Gue anak tunggal, gue punya nenek dirumah namanya nenek Wina, juga ada Tante Alira dan anaknya Zura biasa gue panggil Cece.”

“Umur nenek gu—”

“—Gue rasa kalo umur gak perlu ya, Sya.” potong Akbar. Meisya pun terkekeh.

“Nyokap bokap gue udah gak ada. Nanti kapan-kapan gue ajak lo ke makam mereka. Gue blasteran Belanda-Indonesia.”  ujar Meisya seraya tersenyum.

“Lanjut.”

Meisya menjelaskan tentang dirinya pada Akbar. Akbar pun menyimak dan mendengarkan, sesekali bertanya kepada Meisya. Meisya pun menjawab seadanya.

Disisi lain, seorang cowok berparas tampan tengah cemas karena gadisnya dihubungi tidak bisa, dan dirumahnya pun tidak ada. Siapa lagi kalau bukan Raga? ia mencoba menghubungi Meisya, tetapi ponsel Meisya benar-benar tidak aktif. Ia kerumahnya, tetapi nenek bilang Meisya sudah keluar rumah sedari tadi.

Raga menjadi cemas. Tidak biasanya Meisya seperti ini. Ia mencoba positif thinking, mungkin Meisya tengah kerumah temannya meminjam buku. Pasalnya, sekolahnya libur untuk sementara waktu karena SMA Scorpio tengah ada renovasi bangunan akibat kejadian kebakaran lalu.

“Udah kan Bar? Masih mau tanya apa lagi nih?” tanya Meisya kepada Akbar.

“Cukup-cukup, gue rasa gue udah ngeringkas semua omongan yang lo ucapin tadi. Lo.. Unik juga ya,” kekeh Akbar.

“Yeuh, udah ada yang punya loh Bar. Ini lagi nguji cowoknya.” sahut Rama.

“Tapi kalo kata gue sih cowok lo parah juga ya, segitunya.” ujar Akbar.

“Ya mau gimana,” jawab Meisya seadanya.

Setelah selesai berbicara, akhirnya Meisya dan Affa pun pulang. Setelah mengantar Meisya, Affa pun pulang. Meisya masuk ke dalam rumahnya dan ternyata disana ada Zura yang baru saja pulang sekolah.

“Ce, Mamamu mana?” tanya Meisya.

“Ada Nte di atas, lagi beres-beres.” jawab Zura. Meisya pun menghampiri Zura, Zura salim padanya. Setelah itu, Meisya naik ke lantai dua untuk menemui Alira. Terlihat disana Alira tengah menyapu. Meisya tersenyum, lalu mendekati Alira.

“Loh Ca, udah pulang?”

Meisya tersenyum singkat, “Iya Tan. Aku udah nemuin Akbar tadi. Dan.. Aku harap rencanaku berhasil Tan.” kata Meisya.

RAGA [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang