Meisya baru saja sampai dirumahnya. Dirinya disambut oleh kekhawatiran sang nenek. "Kamu gak apa nak? Kamu lagi sakit kok malah keluar? Terus tadi bukannya kamu sama Raga?" tanya Wina dengan raut wajah yang cemas. Wanita tua itu memegang kening Meisya, dan benar, cucunya itu demam.
"Tadi Caca abis berobat nek sama Raga, terus tiba-tiba Raga ditelepon sama Mamanya katanya adiknya si Rega sakit. Nah untung ada Akbar disana, jadi Caca pulang dianterin sama Akbar. Nenek gak usah khawatir ya, Caca gak apa." ucap Meisya.
"Gak apa gimana? Ini badan kamu demam loh Ca, ya sudah ayo masuk ke kamar, nenek kompres kamu." ucap Wina seraya memapah Meisya ke dalam kamar.
"Eh nak Akbar, sini duduk, makasih ya udah mau jemput Zura. Maaf sekali ngerepotin kamu, Tante baru aja mau kesekolahnya Zura." ucap Alira seraya menggendong Zura.
"Cece gak apa kok Ma, kak Akbar baik." kata Zura seraya tersenyum senang.
"Makasih ya sekali lagi, kamu mau minum apa?" tanya Alira kepada Akbar.
"Akbar langsung pulang aja ya Tan, salam buat Meisya dan nenek."
"Serius gak mau minum dulu?"
Akbar menggeleng sopan, "Kapan-kapan aja Tan, kalau gitu, Akbar permisi."
"Hati-hati. Makasih juga udah mau nganter Meisya pulang."
🌸🌸
Raga baru saja selesai mandi. Cowok itu keluar dari kamar mandi ruangan rawat Paula. Disana ia melihat Paula tengah tertidur. Raga lega, setidaknya gadis itu tidak rewel seperti tadi.
Raga duduk terdiam diatas sofa seraya memejamkan matanya. Ia benar-benar khawatir dengan keadaan Meisya. Apakah benar jika gadis itu dijemput oleh Alira tadi?
Ya, Paula mengatakan tadi Meisya menelfon dan memberitahu bahwa Meisya buru-buru pulang karena ada acara keluarga. Dan Meisya dijemput oleh Alira. Disisi lain, Raga tidak percaya apa yang dikatakan oleh Paula. Pasalnya, Meisya tengah sakit jadi tidak mungkin ia ikut pergi.
Raga sudah mencoba menghubungi Meisya terus-menerus, namun, ponsel gadis itu tidak aktif. Ia semakin ragu, akhirnya Raga pun memakai jaketnya dan pergi kerumah Meisya untuk memastikan gadis itu.
Sesampainya disana, Raga berkali-kali memencet bel rumah Meisya. Tidak ada sahutan sama sekali. Dan ya, Raga percaya bahwa Meisya benar ikut pergi dengan keluarganya.
Saat ingin membalikkan badannya, Raga mendegar suara knop pintu dibuka. Saat menoleh Raga terkejut, melihat Meisya berdiri dengan wajah yang sangat pucat.
"Meisya?" panggil Raga seraya mendekati Meisya.
"Kamu ngapain disini?" tanya gadis yang wajahnya seperti sehabis bangun tidur, wajah yang mampu membuat semangat Raga bangkit kembali, suara yang mampu membuat Raga terenyuh jika mendengarnya.
"Kamu dirumah?" tanya Raga dengan wajah bingung.
Meisya mengangguk, "Daritadi aku tidur. Kenapa?"
Berarti Paula berbohong.
Raga pun menggeleng, "Kamu udah mendingan? Maaf tadi gak bisa antar kamu. Maaf banget Sya, kamu pulang sama siapa?"
"Ah ya gak apa, untung ada Akbar. Aku pulang sama dia." ucap Meisya seraya membuka pintu lebar, seraya menyuruh Raga untuk masuk.
Raga pun masuk, dan menyusul Meisya duduk disofa. "Kamu udah makan?" tanya Raga.
Meisya menggeleng, "Baru aja bangun."
"Jadi aku kesini bangunin kamu ya?"
Meisya menggeleng, "Gak juga kok, Ga. Aku seneng."
"Oh iya, aku dapet kabar dari Remi kalau dia sama Karlina udah jadian, apa bener?" tanya Raga kepada Meisya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGA [completed]
Teen FictionRaga Samudera. Cowok berparas tampan yang mampu membuat semua kaum wanita memekik yang hanya melihat senyumannya. Jika menjadi Raga, siapakah yang kalian pilih? kekasih, atau sahabat? Selalu dinomorduakan adalah hal yang biasa untuk gadis cantik yan...