"-Sama gue. Hai, kenalin gue Akbar."
Deg
Raga langsung menoleh, melihat seorang lelaki bertubuh tinggi sepertinya dengan tangan yang tengah dilayangkannya. Raga menerima uluran tangan itu. "Raga."
"Gue Akbar, sahabatnya Meisya. Sorry sebelumnya gak izin sama lo ngajak Meisya kesini karena gue minta temenin beli baju buat sehari-hari disini. Mau pesen online gak bisa karena settingan ponsel gue masih USA."
Raga tersenyum simpul, lalu mengangguk. "Ah lo bisa bahasa Indonesia?"
"Yup. Gue gak mungkin lupa sama bahasa negara gue sendiri." ujar Akbar. "Hai, gue Akbar. Lo siapa?" tanya Akbar sok kenal kepada Paula. Karena Meisya menyuruhnya untuk sok akrab bila ada Raga dan juga Paula. Padahal, sebenarnya Akbar malas berintraksi dengan kedua orang di depannya ini setelah mendengar cerita dari Rama.
"Gu-Gue Paula." jawab Paula.
"Kok jadi kenalan gini sih?! Gue kan mau baju ini Ga, gimana sih?!" omel Paula seraya mencoba merebut baju itu dari Meisya.
"Gak. Ini gue yang ambil duluan Pau, lo kan bisa cari yang lain! Emang ini toko cuma punya satu stok aja? Pasti banyak!" Meisya sudah mulai emosi.
"Sya, yang lain aja ya?" kata Akbar. "Ngalah." bisiknya.
"Gak Bar! Apa-apaan!"
"Pokoknya ini punya gue! Lo tuh emang ya dasarnya perebut Sya!" sentak Paula tajam.
"Ragaaa, gue mau baju ini!" Paula merajuk kepada Raga. Membuat Meisya menggeram kesal, gadis itu menahan emosi mati-matian. Karena jika ia bertengkar disana pasti akan membuat keributan di dalam mall.
"Sya, kasih Paula ya?" ucap Raga lembut kepada Meisya. Meisya kecewa, kali ini ia benar-benar tidak bisa menahan air matanya. Air matanya mengalir begitu saja.
Meisya memberikan baju itu kepada Paula dengan cara dilempar ke wajah cewek itu. Raga terkejut, Meisya tidak biasanya seperti ini.
"Sya, kamu-"
Saat ingin menegur Meisya, Meisya sudah memotong ucapan Raga terlebih dahulu. Gadis itu sudah benar-benar kesal. "Apa? Aku salah?" tanya Meisya. "Ah ya aku lupa, aku emang selalu salah."
Ingin sekali rasanya Raga menghapus air mata yang ada dipipi Meisya. Raga sangat benci air mata, apalagi air mata yang mengalir karenanya.
"Aku kecewa sama kamu!" desis Meisya tajam namun suaranya pelan agar tidak membuat para pengunjung heran. Setelah itu, ia pergi meninggalkan Raga disana.
"Otak dipake ya bro." setelah mengatakan itu, Akbar pun pergi menyusul Meisya. Raga ingin mengejar Meisya, namun di tahan oleh Paula.
"Ga kita pulang yuk? Dada aku sesek banget." ucap Paula seraya memegangi dadanya yang sakit luar biasa.
"Gak jadi beli bajunya?" tanya Raga seraya memapah Paula.
"Enggak."
Akbar mendapati Meisya ada di dalam mobilnya. Ia pun masuk ke dalam mobil. "Raga sering kaya gitu Sya?" tanya Akbar.
"Iya."
"Gue gak ada salah ngomong kan?"
Meisya tersenyum, lalu menggeleng. "Enggak kok. Kita pulang ya Bar." ujar Meisya.
"Oke."
🌸🌸
"Gue gak tega Bar begini ke Raga." gumam Meisya namun masih bisa didengar oleh Akbar. Akbar menghela nafasnya kasar, ia duduk di sofa milik Meisya dan duduk disamping gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGA [completed]
Teen FictionRaga Samudera. Cowok berparas tampan yang mampu membuat semua kaum wanita memekik yang hanya melihat senyumannya. Jika menjadi Raga, siapakah yang kalian pilih? kekasih, atau sahabat? Selalu dinomorduakan adalah hal yang biasa untuk gadis cantik yan...