“Makasih Ger, udah nganterin gue. Mau masuk dulu?”
Cowok yang kini memakai jaket levis itu tersenyum dan mengangguk, “Gue bantu obati luka lo sama Zura.”
“Makasih banyak, sorry sekali lagi ngerepotin. Yaudah, masuk Ger.”
Geri pun masuk kedalam rumah Meisya, Meisya mengambil kotak obat dan kembali keruang tamu. “Sini Ce, Ante bersihin dulu luka kamu.”
Meisya pun membersihkan luka Zura dengan hati-hati, setelah selesai Meisya membalut luka yang ada dilutut Zura itu dengan perban. “Maafin Ante ya, kamu jadi luka gini..” sesal Meisya seraya menggenggam tangan mungil milik Zura.
“Gak apa Nte, udah gak sakit juga kok.” jawab Zura seraya tersenyum membuat Meisya tersenyum lega.
“Yaudah kamu istirahat sana.”
“Oke. Makasih juga ya kak Geri!” seru Zura dan Geri pun mengangguk dan mengacungkan jempolnya kepada Zura.
“Sini, gue obati luka lo.”
“Makasih.” kata Meisya. “Lo kenapa nolongin gue tadi?”
“Ya karena gue emang lagi lewat, dan kebetulan cowok tadi bawa-bawa nama Paula. Jadi, gue rasa ini juga ada sangkut pautnya sama dia.”
“Ya, emang betul Ger. Tadi Marsyel, dia dulu pernah suka sama Paula tapi Paula sukanya sama Raga. Dan waktu itu juga, Marsyel move on dari Paula semenjak kenal gue. Marsyel suka sama gue. Gak lama gue pacaran sama Raga, dan Marsyel ngerasa kalau Raga selalu merebut apa yang dia suka.” ucap Meisya menjelaskan.
“Gue akui lo cukup sabar Sya untuk semua ini. Bahkan, gue yang baru datang lagi dikehidupan Paula beberapa waktu ini aja ngerasa kalo gue udah nyerah untuk ngejar dia, gue mau mundur untuk ngedapetin Paula. Karena.. Kesalahan gue..”
“Dan gue memutuskan untuk mundur Sya dari sekarang. Setelah masalah gue selesai, gue gak akan lagi ada di Jakarta.” ucap Geri lalu menghela nafasnya panjang.
“Selesaikan masalah lo disini, mundur adalah pilihan yang tepat disaat kita udah gak dihargai.” ucap Meisya seraya tersenyum kecut, ia rasa, ia bicara untuk dirinya sendiri.
🌸🌸
Meisya baru saja pulang sekolah. Gadis itu meletakkan tasnya diatas meja belajar. Ia melepas seragam sekolahnya dan memasukkannya ke dalam keranjang pakaian kotor. Setelah itu, ia membersihkan dirinya dan berganti pakaian santainya.
Wina tengah cek kolesterol bulanan dirumah sakit naik taksi, Meisya sudah menawarkan diri untuk mengantarnya namun Wina menolak dan berkata kamu dirumah aja jagain Zura.
Meisya baru saja duduk di sofa ruang tengah untuk menonton televisi bersama Zura, telepon rumahnya berdering kencang membuat gadis itu tersentak. Ia malas beranjak sebenarnya, namun Zura mendorongnya untuk mengangkat panggilan tersebut.
“Iya-iya sabar kek!”
“Halo?”
“Apa benar ini dengan keluarga Ibu Wina?”
“Iya saya cucunya, ada apa ya? dan ini siapa? mau nagih listrik kah? bukannya udah bayar ya mbak?”
“Saya dari pihak rumah sakit ingin memberitahu bahwa ibu Wina baru saja masuk rumah sakit karena mengalami kecelakaan mobil.”
Deg
Meisya terdiam. Mencerna setiap kalimat yang dikatakan oleh wanita tadi ditelepon. Meisya masih bungkam, hingga tak terasa air matanya mengalir begitu saja di pipi mulusnya. Ia pun membisu sehingga panggilan dari Zura pun tidak ia dengarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGA [completed]
Teen FictionRaga Samudera. Cowok berparas tampan yang mampu membuat semua kaum wanita memekik yang hanya melihat senyumannya. Jika menjadi Raga, siapakah yang kalian pilih? kekasih, atau sahabat? Selalu dinomorduakan adalah hal yang biasa untuk gadis cantik yan...