BANJIRI BAB INI DENGAN UMPATAN-UMPATAN KALIAN DISETIAP KALIMAT DIKOMENTARRR!!!
Meisya, Affa, Karlina dan Liona kini tengah asyik menonton film bergenre horor. Keempatnya tidak ada yang takut sama sekali, paling-paling hanya terkejut saja jika ada adegan yang menegangkan. Wina sudah tertidur dikamarnya.
Tok Tok Tok!
“Meisya buka pintu lo!”
“Meisya—Diem Ger!”
“MEISYA KELUAR LO!”
“Siapa tuh?” tanya Meisya kepada teman-temannya.
Akhirnya, Meisya, Affa, Karlina dan Liona pun keluar. Meisya membukakan pintu, alangkah terkejutnya melihat Paula ada di depan rumahnya malam-malam seperti ini.
“Pau, ada ap—”
Plak
“PAULA!” bentak Karlina kepada Paula.
“Selama ini gue diem ya! Selama ini gue bolehin lo pacaran sama Raga! Tapi gak dengan ambil semua waktu Raga!” sentak gadis itu, Meisya hanya terdiam seraya memegangi pipinya yang terasa panas.
“Lama-lama lo ngelunjak ya! Raga jadi lalai jaga gue! Dimana Raga?! DIMANA RAGA?!”
“Gue gak tau dimana Raga, dan gue gak ngerasa ambil semua waktu Raga! Yang ada gue selalu ngalah, Pau!” bentak Meisya kembali.
“Pau—Udah malem gak enak..” Geri mencoba menarik tangan Paula agar gadis itu mau pulang.
“Murahan lo! Lo tuh perebut Raga dari gue! Mending lo putus aja Sya dari Raga! Benalu tau gak lo!”
Geri mengisyaratkan agar Meisya tidak membalasnya. Meisya pun mengangguk kecil, membiarkan gadis di depannya ini memakinya.
“Kekurangan cowok apa gimana? sampe-sampe lo nerima Raga jadi cowok lo, Raga itu punya gue, Sya! Lo udah rebut dia dari gue!”
“Kurang kasih sayang? oh makanya nyokap bokap lo mati cepet, anaknya begini, dia jengah ngurus lo!”
PLAK!
“MEISYA!” sumber suara tersebut membuat Geri, Affa, Karlina dan Liona menoleh. Kecuali Meisya, gadis itu memfokuskan disatu pandangan, yaitu Paula.
“Kamu apa-apaan sih Sya?!” bentak cowok itu.
“Lo gak tau apa-apa, bangsat!” pekik Affa kepada Raga.
“Lo boleh hina gue sepuas hati lo! Lo boleh hina semua yang ada di diri gue sesuka hati lo! Tapi jangan pernah lo ungkit-ungkit masalah orang tua gue!” Meisya menangis. Ya, ingatlah bahwa gadis itu sangatlah sensitif hatinya. Apa saja bisa ia tangisi, apalagi hal yang sensitif seperti kedua orangtuanya.
“Sya!”
“Apa?! Lebih baik kalian pergi dari sini!” bentak Meisya.
“Maksud kamu apa bentak Paula?!” Raga membelanya. Paula tersenyum senang.
“Kamu tanya aja sama Ratu kamu ini, aku udah capek!”
Meisya pun masuk ke dalam rumah, disusul oleh Affa dan juga Karlina, dan..
BRAK
“Mending sekarang lo bawa dia pergi. Gue mau ngomong sama Raga.” ujar Liona.
“Gak! Gue mau pulang sama Raga!” wajah Raga babak belur, cowok itu tak memperdulikannya. Karena ia khawatir, apa yang terjadi antara Paula dan Meisya.
Akhirnya, Paula pulang bersama Geri. Liona mengajak Raga berbicara di depan teras rumah Meisya.
“Ini ada apa sih? Kok Meisya nampar Paula?” tanya Raga kepada Liona.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGA [completed]
Teen FictionRaga Samudera. Cowok berparas tampan yang mampu membuat semua kaum wanita memekik yang hanya melihat senyumannya. Jika menjadi Raga, siapakah yang kalian pilih? kekasih, atau sahabat? Selalu dinomorduakan adalah hal yang biasa untuk gadis cantik yan...