42. Kampung Halaman Ayah

573 80 0
                                    

Setelah menempuh perjalanan cukup panjang melalui jalur udara yang dilanjutkan kembali dengan jalur air dan darat, akhirnya Jibeom sampai ke tujuan. Ia, Hyeseong, ayah, serta ibu tirinya kini sudah berada di sebuah perkampungan yang terletak di sebuah pulau kecil yang jauh dari perkotaan. Walaupun sudah lama dia tidak kemari tapi Jibeom ingat bahwa dia, ayah, dan bundanya dulu pernah berkunjung ke rumah neneknya ketika ia masih kanak-kanak. Jibeom tidak bisa menggambarkan perasaannya saat ini untuk kembali ke rumah nenek yang menolak kehadiran ibunya dan membuat orangtuanya berpisah.

.

"Assalamualaikum bu? Ini Bram udah datang,"

"Waalaikumsalam.."

Ketika sang ayah mengucapkan salam kepada penghuni rumah, terdengar suara dari dalam yang menjawab salam ayahnya. Dan tak lama kemudian pintu rumah itu terbuka dan menampilkan sosok rentan yang langsung memeluk ayah Jibeom ketika melihatnya.

"Apa kabar nak?" tanya sang nenek menanyakan kabar anaknya.

"Alhamdulillah baik bu,"

Setelah melepaskan pelukan, kini giliran ibu Hyeseong yang menyalaminya dan memeluk ibu mertuanya.

"Apa kabar bu?" tanya ibu Hyeseong.

"Biasalah kabar orangtua kaya gimana uhuk,"

"Nek!" sapa Hyeseong.

Setelah ibu Hyeseong, kini Hyeseong yang menyalami ibu dari ayah tirinya itu. Nenek juga mencium kedua pipi Hyeseong lalu kini perhatiannya tertuju pada Jibeom yang sejak tadi diam seribu bahasa ketika melihat neneknya.

"Taeseon?" panggil sang nenek.

Jibeom dan ayahnya saling pandang satu sama lain ketika mereka menyadari bahwa nenek lupa dengan rupa Kim Jibeom. Ayah Jibeom mau membuka suara untuk menjelaskan kepada ibunya siapa anak laki-laki yang ada di hadapannya saat ini, namun hal itu langsung dipotong oleh Jibeom yang terlebih dahulu memperkenalkan dirinya kepada sang nenek.

"Ini Jibeom, nek. Anak ayah dan bunda Jia," ucap Jibeom memperkenalkan dirinya.

"Ji..beom?"

Usai memperkenalkan dirinya Jibeom hanya bisa menundukkan kepala. Dia tidak terlalu berharap banyak bahwa sang nenek mengingat dirinya apalagi di masa senjanya. Namun sangat dikejutkan ketika si nenek tiba-tiba memeluk Jibeom dan menangis di pelukan cucunya itu.

"Maafin nenek ya, cu.." sesal nenek.

"Nek..."

"Nenek yang salah. Nenek yang salah, cu.." tangisnya.

"Gak kok nek,"

"Nenek yang bikin ibumu menderita. Nenek bahkan gak sempat minta maaf dengan ibumu,"

.

Membicarakan almarhumah bundanya membuat mata Jibeom berkaca-kaca. Seketika dia membayangkan beban-beban yang ditanggung oleh bundanya ketika rumah tangganya harus dicampuri oleh ibu mertuanya yang tak pernah menyukai bundanya. Namun karena Jibeom amat sangat mengenal bundanya, ia yakin bahwa bunda tidak pernah menyimpan dendam sedikit pun kepada neneknya. Bunda orang yang baik, bahkan sampai detik akhir beliau menghembuskan napasnya.

"Bunda gak marah sama nenek, bunda sudah maafin nenek." ucap Jibeom.

"Tapi tetap aja nenek yang salah, cu.."

Melihat ibunya tak kunjung berhenti menangis, Bram pun langsung merangkul ibunya lalu menyuruh sang ibu untuk tenang.

"Bu kita semua tahu kalau Jia baik jadi sudah pasti Jia maafin ibu. Jangan disesali lagi apa yang sudah lama terjadi. Sekarang yang terpenting Jibeom udah kembali ke pangkuan saya bu, dan ibu bisa bertemu lagi dengan Jibeom, cucu kandung ibu satu-satunya." ucap ayah Jibeom.

Googoo Child Squad | FRESHMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang