Matahari sudah berganti dengan bulan dan bintang tetapi Lisa tetap saja tak keluar dari kamarnya. Sudah beberapa kali Leo dan Lei bolak balik kamar Lisa hanya untuk menyuruhnya makan tetapi tetap saja Lisa tak kunjung keluar. Bahkan menjawab panggilan mereka pun tidak.
Dan disinilah Dila, Leo dan Lei. Didepan kamar Lisa, membawakan makan malam untuknya.
"Lisa," panggil Lei untuk yang kesekian kalinya.
"Lisa, buka dong pintunya. Kamu belum makan dari pulang sekolah. Mama masakin makanan kesukaan kamu sayang," kata Dila tetapi tetap aja tak ada sahutan apapun dari Lisa.
"Mama minta maaf Sa," lirih Dila.
Disisi lain Lisa sedang duduk di singel sofa dekat jendela. Memandang kosong kearah jendela. Lisa memang mendengar panggilan dari ibu dan abangnya. Tetapi Lisa lebih memilih diam saja, tak berniat untuk menjawab.
"Lisa buka pintunya, jangan kaya anak kecil deh," kata Leo yang sudah mulai emosi dengan sikap Lisa.
"Lo ngapain bilang Lisa kaya anak kecil?" tanya Lei tajam.
"Lah emang kan, marah nggak jelas. Kita lakuin ini juga karena dia," kata Leo.
Lisa terdiam saat mendengar perkataan yang keluar mulus dari mulut Leo. Satu persatu bulir air mata kembali jatuh membasahi pipinya.
"Kalau lo ada diposisi Lisa, lo juga pasti bakalan lakuin hal yang sama Leo," kesal Lei.
"Ck! Gue nggak akan pernah lakuin hal yang sama kayak Lisa. Gue akan hadapin masalah ketimbang lari dari masalah," kata Leo tajam.
"Lo yah." Lei melayangkan bogeman keras dipipi kiri Leo membuat sudut bibir Leo mengeluarkan darah segar.
"Lei kamu apaan sih?" pekik Dila.
"Brengsek, kenapa lo mukul gue?" tanya Leo menaikan oktaf suaranya.
"Lisa ngurung diri di kamar itu semua karena lo. Kalau lo nggak marahin dia nggak mungkin Lisa bakalan ngurung diri di kamar sampe nggak makan. Lo seharusnya ngomong baik-baik bukan malah marahin dia. Ini yang gue nggak suka dari lo. Lo selalu selesain masalah pake emosi. Lo itu selalu diselimuti emosi Leo," bentak Lei.
"Brengsek." Leo menghajar pipi kiri Lei sehingga membuat darah segar keluar dari sudut bibir Lei.
Karena tak terima Lei kembali memukul hidung Leo. Pertengkaran pun dimulai. Satu demi satu bogeman keras melayang di wajah atau tubuh mereka.
"Leo, Lei stop. Udahhh," teriak Dila yang sudah menangis. Ia tak sanggup jika melihat kedua anaknya bertengkar.
"Leo, Lei cukup," pekik Dila tetapi tetap saja Leo dan Lei tetap bertengkar.
Lisa menatap kearah pintu kamarnya yang masih tertutup rapat. Ia mendengar keributan dibalik pintu kamarnya. Serta suara perdebatan antar Leo dan Lei. Lisa mengerutkan keningnya ketika mendengar Dila yang menangis histeris.
Lisa merasa ada yang aneh. Lisa menghapus kasar air matanya lalu ia beranjak dari duduknya dan segera membuka pintu kamar. Saat pintu kamar terbuka, dilihatnya Leo dan Lei yang sedang berkelahi. Memukul satu sama lain hingga darah segar keluar dari wajah mereka. Dilihatnya juga Dila yang berusaha untuk melerai dengan air mata yang senantiasa mengalir di mata indahnya.
"Cukup," pekik Lisa tetapi tak membuat Leo dan Lei berhenti bertengkar.
"Bang Leo, bang Lei cukup. Berhenti," pekik Lisa yang sekali lagi tak membuat Leo dan Lei berhenti memukul
Brakk...
Dila jatuh tersungkur dilantai akibat berusaha untuk mencoba melerai Leo dan Lei. Tangis Dila semakin menjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fire and Water [COMPLETED] ✔
Teen Fiction⚠FOLLOW SEBELUM MEMBACA,DEMI KENYAMANAN MEMBACA ⚠FOLLOW SEBELUM MEMBACA,DEMI KENYAMANAN MEMBACA ⚠FOLLOW SEBELUM MEMBACA,DEMI KENYAMANAN MEMBACA Api bagaikan Sehun yang selalu bergejolak emosi. Setiap sikapnya selalu panas, membuat orang yang berada...