54

1.1K 139 2
                                    

Ibunya tergeletak dengan penuh darah didepan seorang pria yang tersenyum saat melihat Pristin masuk.

"Ah ternyata kau sangat cantik, nona." lirih pria itu.

Pristin masih membeku ditempatnya.

"Ap... Apa yang sudah kau lakukan kepada ibuku?" tanya Pristin pelan.

"Medekatlah. Aku akan menceritakan sebuah cerita singkat. Setidaknya cerita yang akan aku ceritakan akan membuatmu tahu alasan ini semua."

"TIDAK!" Yeonjun langsung menghalangi Pristin dengan berdiri didepannya.

"Ah kau itu Yeonjun ya? Jika sudah seperti ini kalian dengarkan bersama." pria yang terlibat berumur 35 itu nampak tersenyum.

"Jadi seperti ini. Jujur saja ya, aku melakukan ini bukan karena aku berurusan bisnis dengan ayahmu, tapi aku memang memiliki dendam kepada keluargamu. Kau pasti bingung dengan penjagaan disini yang sangat lemah bukan? Itu disengaja. Kau tahu? kau itu ibaratkan tikus yang terperangkap oleh jebakan."

"Kau bukan pemilik Kangta Company. Siapa kau?" tanya Yeonjun.

"Aku? Ah aku berperan penting disini. Asalkan kalian ketahui saja, kalian dan para bawahan kalian itu akan mati sebentar lagi. Jadi apa ada yang ingin disampaikan untuk terakhir kalinya?"

"Psikopat gila!" Pristin mengambil pistolnya lalu berjalan mendekati pria itu. Namun Yeonjun langsung menahan Pristin.

"Kalian lihat kamera itu?" pria itu menunjuk kamera yang sedari tadi merekam dipojok ruangan. "Jika kau ingin membunuhku, maka lakukan! Orang-orang sedang menonton apa yang sedang terjadi disini. Aku tidak akan menyesal karena akan membuat anak dari CEO terkenal menjadi seorang PEM BU NUH."

Pristin mengangkat tangannya yang ditahan oleh Yeonjun dan mengarahkan pistolnya tepat di kepala pria itu.

"Setidaknya aku membunuh seorang pembunuh!" Pristin menarik pelatuknya.

Jika saja Yeonjun tidak bergerak, peluru itu akan tepat mengenai pria tersebut, tapi Yeonjun dengan cepat memukul tangan Pristin sehingga keseimbangan tangan Pristin tidak stabil dan peluru itu meleset melewati tepat sebelah kepala pria tersebut dan mendarat didinding.

Pristin terdiam, begitu juga dengan Yeonjun.

Keadaan disana hening beberapa menit.

"Tenang, tunggu sebenar lagi. Ini sedang disiarkan secara langsung dan orang-orang sedang melihat apa yang sedang kita lakukan." Yeonjun berbisik.

"KAU LIHAT?! IBUKU DIBUNUH OLEH PRIA BRENGSEK ITU!" teriak Pristin.

Tidak lama setelahnya seseorang melemparkan sesuatu ke dalam ruangan itu.

Pristin terlihat sangat terkejut saat melihat sebuah bom rakit yang sudah dijinakkan di depannya. Bukan hanya gadis itu saja yang terkejut, pria itu juga terkejut.

Pristin menoleh dan mendapati Pay berdiri diambang pintu bersama beberapa polisi yang langsung masuk dan menangkap pria itu, 1 polisi lainnya langsung membereskan kamera yang masih menyala.

Pristin langsung memeluk Pay setelah melemparkan pistolnya dan menangis.

"Pa, mama..." lirih Pristin. Pay memeluk erat putrinya, bahkan air matanya menetes sesaat namun langsung ia hapus.

Pay benar-benar tidak kuat melihat istrinya yang sudah tiada. Ia menyesalinya, pergerakannya sungguh lambat sehingga membuat istrinya meninggal dan anak semata wayangnya yang hampir saja terbunuh.

Pay melirik Yeonjun dan keduanya mengangguk saling mengerti, Pay membawa Pristin keluar.

Suasana diluar sudah sangat ramai dengan orang-orang yang tersangka dibalik semuanya sudah diamankan oleh polisi dan para polisi khusus yang berjala disetiap sudut area rumah tersebut.

Pay menenangkan Pristin didalam mobilnya. Sementara Eunwoo membantu Yeonjun membereskan yang lainnya termasuk mayat ibu Pristin.

"Maafkan papa." lirih Pay sambil menatap Pristin yang terus menangis. Baru kali ini Pay melihat anak gadisnya serapuh ini.

Live tadi sempat Pay tonton dan pria itu melihat bagaimana anak gadisnya melakukan hal berbahaya seperti itu. Kamera itu bukan hanya 1, ada beberapa dan kegiatan menembak Pristin juga terlihat disiaran tersebut.

Tapi Pay sudah memerintahkan kepada beberapa pihak untuk bergerak menghapus semua rekaman tadi di internet. Setidaknya Pay bisa melindungi putrinya dari dunia media sosial yang mungkin sebentar lagi akan ramai membicarakan aksi Pristin yang terlihat sangat nekat. Tapi beruntungnya tubuh mendiang istrinya tidak terekam.

Tidak lama Eunwoo mengetuk kaca mobil. Setelah Pay menurunkan kacanya, Eunwoo memberikan tas dan ponsel milik Pristin.

"Tuan, sepertinya kekasih nona Pristin sudah menunggu di perusahaan. Saya meminta maaf, tadi saya mengangkat panggilannya yang terus masuk."

"Tidak masalah. Terima kasih."

"Iya, tuan."

Pay memutuskan kembali ke perusahaannya dengan Pristin yang masih terisak.

Didalam perjalanan Pay sempat menelpon ke sekretarisnya untuk membawa Jungkook masuk ke ruangannya.

Gedung perusahaan juga sudah diamankan oleh polisi. Pay membawa Pristin langsung ke ruangannya.

Saat masuk ke dalam ruangan, Jungkook dan Sejin sudah ada didalam.

Mereka melihatnya, siaran tadi. Dan melihat keadaan Pristin yang seperti sekarang benar-benar membuat mereka khawatir.

Jungkook langsung menghampiri Pristin dan memeluknya. Sedangkan Pay mengajak Sejin keluar dari ruangannya untuk memberi waktu kepada Pristin dan Jungkook.

Tangis Pristin semakin jadi saat Jungkook memeluknya.

"Tidak apa, aku disini." lirih Jungkook sambil mengelus rambut Pristin.

Jungkook membawa Pristin duduk. Gadis itu masih terus menangis. Jungkook mengerti keadaannya. Kehilangan sosok ibu memang sangat menyakitkan dari apapun.

Jungkook menatap Pristin, kedua tangannya dengan lembut mengelus wajah Pristin, menyeka air mata gadis itu dengan sangat lembut. Mata dan hidung Pristin sudah memerah.

"Ingat, jangan menyalahkan diri sendiri. Ini bukan salahmu, semua ini sudah kehendak Tuhan, sayang, hm."

"Ini... Ini sa... Salahku... Hiks..."

"Shtt... Kau tidak salah. Biarkan keadilan menghukum mereka dan aku sangat bersyukur kau dan ayahmu tidak apa-apa."

Pristin mengangguk dan langsung memeluk Jungkook.

Ini pertama kalinya Jungkook menenangkan seseorang yang memakan waktu lama. Lelaki itu menenangkan Pristin hampir 2 jam lamanya. Tapi Jungkook juga turut merasakan rasa sakit dan sedihnya Pristin yang mengalami kejadian tersebut.

Bagaimana tidak? Coba bayangkan. Seorang gadis yang sudah mengalami beberapa kali ancaman seperti ini dan harus menghadapi bahayanya seorang pembunuh.

Jika saja Yeonjun tidak ada disana tadi, mungkin Pristin sudah menjadi seorang pembunuh sekaligus akan langsung meninggal karena bom rakit yang sudah dipasang dirumah itu.

Entah bagaimana kedepannya Pristin menjalankan kehidupan. Wajahnya yang sudah diketahui publik, status anak dari seorang CEO sudah dikenal juga oleh publik, yang paling intinya tentu saja nekatnya seorang Pristin yang hendak membunuh sudah diketahui oleh publik.

TBC

Jangan pelit jempol ya. Gaakan copot kok kalo mencet vote:')

JJK??? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang