Pristin sudah diijinkan pulang oleh dokter. Pristin sementara ini pulang ke rumahnya, selagi apartemennya dibersihkan, Pay sudah mendapatkan apartemen yang lebih tinggi keamanannya. Tentu saja sosok ayah itu sudah menepatkan beberapa keamanan pribadi untuk Pristin.
Jungkook sendiri sudah pergi. Lelaki itu terus menanyakan keadaan Pristin saat disana.
Namun ada lagi yang membuat Pristin khawatir, yaitu virus yang sedang menjadi pembicaraan beberapa negara, Virus Corona.
Pristin sangat khawatir kepada Jungkook yang berada diluar. Namun kabar terbaru yang ia dapat tentang BTS yang tidak kembali membuatnya bernafas lega dan berfikir lebih baik kekasihnya itu disana untuk sekarang sampai bandara Internasional Incheon sudah steril.
Tidak luput dari kemungkinan virus itu bersih di Korea karena disana juga ada yang terinfeksi. Pristin sendiri sudah diperingati oleh ayah dan ibunya untuk menjaga diri.
Dan Pristin pindah secepatnya ke apartemen barunya. Apartemen yang lebih baik dari sebelumnya, cctv yang dipasang oleh pihak apartemen sungguh disetiap sudut, dan Pay sudah menambahkan cctv pribadi didepan pintu apartemen Pristin. Beberapa keamanan juga sudah ditempatkan di gedung apartemen itu, salah satunya menjaga Pristin dari jauh.
Berlebihan memang, tapi Pay melakukan itu karena pria itu sudah menemukan sebuah fakta bahwa yang melakukan penyerangan kepada putrinya sudah jelas adalah saingan bisnisnya lagi. Kali ini Pay dan Yeonjun bekerja sama untuk menyelesaikan permasalahan yang mengancam keluarganya.
Pay juga sudah memperingati Pristin untuk tidak ikut campur dengan masalah ini karena ini berbahaya, lebih berbahaya dari yang sebelumnya.
Dan saat ini Pristin hanya memantau kabar yang terbaru dari apartemennya. Baik kabar tentang keadaan virus itu atau kabar kekasihnya.
Saat sedang asik dengan ponselnya, bel berbunyi dan hal itu membuat Pristin mau tidak mau bangun dari tidurnya untuk melihat siapa tamu yang datang sore hari ini.
Saat melihat siapa yang bertamu dari monitor, Pristin langsung membukakan pintunya.
"Yeonjun? Ada apa?"
"Kau akan membiarkan tamu ini terus berdiri didepan pintu?"
"Eh, silakan." Pristin menggeser tubuhnya membiarkan Yeonjun masuk.
"Aku memiliki hutang untuk mengantarmu belanja baju. Disaat sudah membuat janji, jika tidak dilakukan aku tidak tenang. Jadi apa kau kosong sekarang? Ayo aku antar."
Pristin hanya diam mendengar penjelasan alasan lelaki didepannya yang bertamu ini.
"Kau tidak sibuk?"
"Tidak. Karena itu aku disini."
"Ya sudah. Tunggu sebentar. Ingin minum apa?"
"Tidak terima kasih."
"Tunggu sebentar."
Pristin langsung masuk ke kamarnya dan mengganti pakaiannya. Seperti biasa, jeans hitam dan baju hitam polos pendek kali ini yang Pristin pakai. Tidak lupa dengan tas kecil hitamnya. Cuaca cukup bagus hari ini, pikirnya.
Setelah menata rambut dan memakai make up tipis, Pristin kembali keluar.
Yeonjun hanya diam setelah melihat penampilan Pristin.
"Kau selalu memakai pakaian seperti itu ya?" tanyanya.
"Ya, memang seperti ini gayaku." jawab Pristin sambil melihat pakaian yang ia gunakan lewat cermin panjang yang memang ditempelkan diruang tamu.
"Hm, cantik."
"Apa? Aku tidak dengar."
"Tidak. Kalau begitu ayo."
Keduanya langsung keluar dari apartemen Pristin. Yeonjun ternyata membawa mobil pribadinya.
Yeonjun membawa Pristin ke tempat belanja baju yang harganya tidak murah, tentu saja hal itu membuat Pristin protes karena Pristin tidak terlalu menyukai barang mahal, menurutnya itu hanya membuang uang. Selagi harga terjangkau dan barang bagus kenapa tidak?
Namun karena Yeonjun terus memaksa akhirnya Pristin pasrah.
Yeonjun menyuruh Pristin memilih baju yang akan dia beli.
Dari sekian banyaknya baju wanita yang bagus dan elegan, Pristin hanya memilih hotpants hitam polos, jeans polos, baju lengan pendek polos warna hitam dan putih, dan mantel selutut berwarna silver. Namun jika dijumlahkan harganya tidaklah sedikit.
"Kau yakin hanya membeli itu? Banyak disini baju yang bagus dan sesuai untukmu." ucap Yeonjun saat sedang menunggu kemasan barang.
"Tidak. Aku lebih suka yang seperti itu." jawab singkat Pristin.
Saat gadis itu hendak memberikan kartunya, Yeonjun lebih cepat untuk mengganti kartu yang hendak diambil oleh pegawai itu.
"Apa? Aku akan membayarnya."
"Tidak usah." Yeonjun menarik tangan Pristin. "Biar aku yang membayarnya. Anggap saja ini ucapan maaf ku karena tidak menjagamu dengan baik saat itu."
"Astaga. Kau tidak perlu seperti itu." Pristin kembali memberikan kartunya, tapi saat pegawai itu hendak mengambil Yeonjun mengambil kartu Pristin dengan cepat.
"Pakai punyaku, jangan menolak."
Akhirnya Pristin menyerah dan membiarkan Yeonjun membayar belanjaannya.
"Mau makan tidak?"
"Kau ingin?"
"Ya, tapi jika kau tidak ingin maka kita langsung pulang."
"Kalau begitu ayo, kau harus makan."
"Kau sendiri?"
"Aku tidak lapar, aku sudah makan."
"Ya sudah kalau begitu aku antarkan kau pulang."
"Bukannya kau ingin makan?" Pristin mengambil belanjaannya.
"Apa harus aku makan kau tidak? Aku bisa makan sendiri. Terima kasih sudah menerimanya."
"Ah tidak. Aku yang harusnya berterima kasih. Kau sudah mengantarku dan membayar belanjaannya. Terima kasih."
"Sama-sama. Ayo."
Keduanya keluar dari tempat belanjaan dan Pristin meminta untuk diantarkan ke perusahaan Pay.
Saat ini jarak dari apartemen ke perusahaan Pay cukup jauh dan Pay juga sudah memberitahu jika Pristin harus menggunakan mobil mulai dari sekarang untuk mencegah hal yang tidak diinginkan jika memakai kendaraan umum atau motornya.
Sekitar 30 menit dari tempat belanja, Yeonjun mengantarkan Pristin dengan selamat sampai tujuan. Setelah lelaki itu pamit, barulah Pristin masuk ke gedung milik ayahnya itu.
Seperti biasa, sebelum ke ruangan kerja Pay, Pristin pasti akan bertanya terlebih dahulu kepada pegawai di lobby, karena ia tahu jika ayahnya itu tidak bisa diganggu jika sedang bekerja.
Dan beruntungnya ayahnya itu sedang kosong.
Sepanjang perjalanan Pristin menuju ruangan Pay, beberapa pegawai hampir semuanya menyapa Pristin. Semua tahu siapa Pristin, tidak lupa dengan kejadian penyerangan itu, semua orang jadi mengenal sosok Pristin, anak dari pemilik perusahaan besar di Korea.
Setelah menyapa sekertaris Pay diluar ruangan, Pristin langsung masuk tanpa mengetuk. Itulah kebiasaan buruknya.
Pristin hanya menggelengkan kepalanya begitu melihat sosok ayah kesayangannya sedang menyenderkan tubuhnya dengan kaki yang disimpan di meja. Sungguh CEO luas biasa.
Pay tidak membuka matanya karena ia tahu siapa yang masuk tanpa mengetuk, siapa lagi jika bukan Pristin? Hanya anak gadisnya itu yang berani melakukan hal itu.
Pristin menghampiri Pay lalu memijat kepala Pay dengan pelan.
"Papa tahu, kau pasti menginginkan sesuatu kan?"
"Bingo!"
TBC
Woke udah gue putusin bakal happy ending. Makasih yang udah komen ya. Padahal udah kepikiran sad ending sebenernya hwhw. Tapi liat kalian pengen happy, yaudah deh happy aja.
![](https://img.wattpad.com/cover/130945549-288-k433252.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
JJK??? [END]
FanfictionRevisi + Update Fans yang nyamperin Idola? lah ini, Idola yang nyamperin Fansnya. Kepo? kuy baca, BAKU and NON BAKU....