63

1.1K 91 4
                                    

Mata gadis itu membulat sempurna saat melihat gaun pengantin didepannya. Hanya satu kata yang bisa gadis itu ungkapkan, yaitu sempurna.

Gaun tersebut terlihat sempurna dan sangat cantik sekaligus mewah. Pristin tidak tahu lagi harus mengatakan apa, padahal saat itu Pristin hanya mengajukan beberapa model untuk gaunnya, namun hasilnya sungguh luar biasa, alasannya hanya satu, yaitu ibu Jungkook. Pristin tahu pasti calon mertuanya itu yang membuat gaunnya seperti ini.

Disebelah gaun itu ada mahkota, kalung dan anting yang akan menjadi aksesorisnya. Disebelahnya lagi ada sepasang sarung tangan pengantin, disebelahnya lagi ada contoh model rambut yang akan diterapkan di rambutnya nanti dan juga sepasang sepatu. Semuanya lengkap.

"Bagaimana?" tanya ibu.

"Wah... Hanya dari melihatnya saja sudah pasti sangat cocok jika dipakai oleh Pristin." Junhyung yang berucap. Pemilik toko dan ibu terlihat setuju dengan ucapan Junhyung.

"Ini sangat... Wah, aku tidak tahu harus berucap apa." Pristin masih belum bisa mengatur ekspresi wajahnya. "Terima kasih, ibu." Pristin tersenyum.

Tidak lama ibu dan Junghyun keluar agar Pristin bisa mencoba gaun pengantinnya.

Setelah sekian lama pemakaian, tirai dibuka didepan ibu dan Junghyun. Kedua orang itu nampak tidak bisa berkata apapun. Pristin terlihat sangat cantik bahkan tanpa aksesoris ataupun make up. Gadis itu hanya memakai gaunnya, namun sudah terlihat berbeda.

Disisi lain Pristin merasa aneh, ini kedua kalinya gadis itu memakai gaun. Namun entah mengapa gaun pengantin yang melekat di badannya terasa aneh namun nyaman dipakai. Ah entahlah, Pristin tidak bisa menjelaskan perasaannya. *Gue juga gabisa jabarin wkwk..*

Setelah semuanya selesai. Ketiganya langsung ke apartemen Pristin.

Sebisa mungkin Pristin membuat kunjungan pertama ibu dan Junghyun terasa nyaman di apartemennya.

Pristin duduk disamping ibu setelah meletakan minum.

"Apa ibu dan oppa menginap saja disini? Ini sudah malam. Entah sampai jam berapa jika kalian kembali ke Busan sekarang." ucap Pristin.

"Benar bu. Bagaimana jika kita menginap saja?" Junghyun bertanya.

"Ibu tidak masalah. Yang masalah itu kau. Kau tidak bisa menginap dirumah seorang gadis, apalagi Pristin akan menikah dengan adikmu."

"Ah, benar. Jungkook sibuk tidak ya? Jika ada Jungkook, sepertinya kami bisa bersama disini."

Setelah Junghyun berucap, bel pintu terdengar. Tentu ketiganya bertanya-tanya, siapa yang berkunjung malam-malam begini.

Saat Pristin membuka pintunya. Sosok Jungkook yang baru saja akan dihubungi terlihat didepan pintu.

"Ah benar dugaanku. Ibu pasti akan disini." Jungkook memiringkan kepalanya agar bisa melihat ibu dan kakaknya dibelakang.

"Masuklah." Pristin menggeser tubuhnya agar Jungkook bisa masuk.

"Bukankah kau sedang latihan?" tanya Pristin mengikuti Jungkook.

"Sudah selesai."

"Sepertinya jika dugaanmu salah, aku dan ibu tidak disini, kau akan disini sampai kapan, adik?" Junghyun tersenyum penuh arti setelah mengucapkannya.

"Singkirkan pikiran kotormu itu. Aku tidak akan lama disini jika memang kalian tidak ada." Jungkook dengan kesal berucap sambil duduk.

"Nah, dik. Berhubung kau ada disini. Bagaimana kalau menginap saja, temani aku tidur. Ibu tidak mengijinkan ku tidur disini jika sendiri."

"Apa bisa?" tanya Pristin.

"Sepertinya bisa. Aku akan menelpon Sejin hyung." Jungkook kembali berdiri lalu menjauh dari yang lain untuk menelpon Sejin.

"Kalau begitu kalian tidur dikamar papa, untuk ibu bisa tidur dikamar tamu." jelas Pristin.

"Bisa ibu pakai sekarang kamarnya?"

"Tentu saja. Ibu pasti lelah." Pristin berdiri lalu mengantarkan ibu menuju kamar tamu.

Setelah itu Pristin kembali ke Junghyun dan Jungkook yang sedang mengobrol.

"Bagaimana?" tanyanya sambil duduk.

"Boleh. Besok juga tidak ada jadwal."

"Dia bilang seperti itu, itu kode. Agar bisa lama disini denganmu." Junghyun tertawa kecil.

"Astaga... Sudah aku bilang singkirkan pikiran anehmu itu!" Jungkook dengan kesal memukul lengan kakak lelakinya tersebut.

Tidak lama setelah itu terjadilah perdebatan kecil antara Jungkook dan Junghyun yang membuat Pristin terus menggelengkan kepalanya. Ternyata kedua kakak adik itu memang tidak pernah akur.

"Lanjutkan saja perdebatan kalian. Aku akan tidur."

Pristin bergegas menuju kamarnya.

"Nah lihat. Itu kode agar kau menemaninya, tahu. Aku bisa tidur sendiri kok."

"Brengsek. Aku bilang singkirkan pikiranmu itu, aku tidak semesum itu, sialan."

•••••

Pristin bangun lebih pagi untuk menyiapkan sarapan. Untung saja kulkasnya terisi penuh karena kemarin Pay membelikan banyak bahan makanan.

Dengan telaten gadis itu mengupas bawang bombay, sampai pada akhirnya fokusnya teralihkan pada deheman seseorang dibelakangnya.

Pristin menoleh dan mendapati ibu sedang memakai celemek sambil tersenyum.

"Kenapa kau tidak memberitahu ibu jika akan memasak?" ibu mulai membantu Pristin.

"Ah, aku tidak mungkin membangunkan ibu."

"Nah, kalau begitu ayo lanjutkan. Ibu akan membantu."

Pristin dan ibu mulai memasak.

Sedangkan Jungkook dan Junghyun di kamar masih berdebat. Junghyun yang terus mengoceh karena Jungkook sangat lama di kamar mandi.

Jungkook sendiri benar-benar asik dengan menghabiskan sabun agar tubuhnya wangi. Itulah kebiasaannya.

Bahkan untuk Pristin, saat waktu itu Jungkook tidur di apartemennya, Pristin selalu membeli sabun baru karena sabun yang dipakai Jungkook pasti habis.

Sekian lama kedua adik kakak itu berdebat, akhirnya keluar setelah selesai dan langsung disambut oleh bau makanan yang menggugah selera.

Pristin dan ibu hanya duduk manis menunggu keduanya.

"Kau benar-benar tidak ada jadwal hari ini?" ibu bertanya. Jungkook langsung mengangguk setelah duduk diseberang kursi Pristin.

"Pagi tadi papa meneleponku dan menanyakan mu dan aku jawab seadanya. Papa bilang nanti siang kau harus ke perusahaan bersamaku mengurus sesuatu. Entah apa itu."

"Baiklah. Tapi nanti aku harus kembali ke dorm dulu untuk ganti baju dan ijin."

"Hm. Sekarang ayo makan."

Mereka mulai makan.

Pujian terus terdengar dari kedua Jeon karena masakannya sungguh enak. Dan ibu juga memuji karena bumbu sepenuhnya Pristin yang menakar dan menggorengnya. Ibu hanya membantu bagian bahannya saja.

Pristin juga menjelaskan kalau masakannya ini campuran, sebagian dari Korea dan sebagian lagi dari Indonesia yang sudah pasti penuh dengan rempah.

Setelah makan dan membereskan piring, ibu dan Junghyun pamit untuk pulang. Sementara Jungkook langsung kembali ke dorm dan akan kembali lagi secepatnya.

Sekarang tinggal Pristin sendiri. Gadis itu terus tersenyum karena setidaknya meskipun sebentar, ia bisa merasakan sosok ibu Jungkook yang sangat tulus menerimanya dan membuat hatinya hangat. Pristin terus bersyukur untuk itu.

TBC

JJK??? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang