61

1.1K 106 6
                                    

Hari ini perusahaan kembali beroperasi seperti biasa. Dan juga hari ini Pristin akan mengikuti rapat pertamanya dengan beberapa CEO yang sudah bekerja sama dengan perusahaannya.

Sebelumnya Pay sudah memberitahu Pristin tentang bahasan apa saja yang akan dibahas pada rapat tersebut. Beberapa berkas juga sudah Pristin periksa sebelum rapat dimulai.

Gadis itu sudah memakai baju rapih dan terlihat berwibawa. Sosoknya yang seperti ini, siapapun yang melihatnya mereka pasti akan berpikir kalau Pristin memang benar-benar anak dari seorang Pay.

Auranya sungguh bukan main-main.

Pristin dan Pay memasuki ruangan rapat bersama dan beberapa orang sudah menunggu.

Pristin duduk manis didekat Pay yang sedang menyiapkan file.

Orang-orang itu nampak memperhatikan Pristin. Tentunya mereka semua mengetahui sebuah fakta tentang sosok Pristin yang hampir membunuh orang. Karena dari itu pandangan mereka terlihat was-was kepada Pristin.

"Pertanyaan boleh diajukan jika saya sudah selesai menjelaskan semuanya." Pay memulai rapat.

Saat pria itu menjelaskan semua hal yang akan dilakukan kedepannya, semuanya mendengarkan dengan seksama. Pristin juga nampak mendengarkan dengan baik dan sedikit demi sedikit mempelajari dan menyiapkan kesimpulan tentang apa yang dibahas oleh ayahnya.

Beberapa menit berlalu dan Pay duduk didepan setelah selesai menjelaskan.

Sesi pertanyaan dimulai.

Namun saat sesi tanya jawab berlangsung. Entah mengapa Pristin merasa jika beberapa dari pertanyaan mereka nampak menyudutkan Pay.

Betapa beruntungnya Pristin memiliki ayah yang tentunya sangat cerdas. Pay menjawab pertanyaan yang menyudutkan itu dengan santai.

"Apa karena insiden itu, produksi kalian jadi menurun? Bahkan saya dengar salah satu alat anda gagal."

Pristin menoleh saat mendengar pertanyaan itu.

Gadis itu menatap orang yang mengajukkan pertanyaan tersebut.

"Putri saya sepertinya lebih tahu jawaban untuk itu. Bagaimana?" Pay melirik Pristin yang sudah terlihat kesal.

Pristin mengangguk kecil lalu mengatur kembali ekspresinya sebelum menjawab.

Pristin tersenyum lalu menatap langsung pria berumur 40 tahun itu.

"Semua produksi kami tidak ada hubungannya dengan insiden yang menimpa kami, terutama saya. Bisa anda ketahui, saat insiden itu terjadi, perusahaan kami masih beroperasi seperti biasanya. Untuk alat yang gagal itu bukan karena insiden yang terjadi, melainkan kurangnya tenaga kerja karena dibatasi oleh pemerintah. Apa anda hanya asal bertanya? Semuanya tahu, kegagalan alat tersebut bukan paska insiden tersebut, melainkan saat tersebarnya virus di Korea. Jarak dari insiden dan virus sebenarnya cukup jauh." Pristin menyelesaikan penjelasannya dengan seringainya.

Setelahnya terdengar bisikan-bisikan dan Pristin tersenyum puas saat melihat orang tersebut terlihat kesal dengan jawaban Pristin.

"Sebentar lagi putri saya yang akan mengambil alih keseluruhan perusahaan. Jadi putri saya bisa melanjutkan kerja sama dengan siapapun dan bisa memutuskan kerja sama kapanpun. Hasil rapat ini akan saya kirim nanti. Rapat hari ini selesai. Terima kasih atas kehadiran semuanya. Saya undur diri." Pay dan Pristin berdiri lalu keluar setelah membungkuk sopan.

"Dia memang anak CEO."

•••••

"Hah.... Kenapa orang-orang itu sangat menjengkelkan?" Pristin menghempaskan tubuhnya ke sofa.

Pay duduk di kursinya. "Setelah kau menjabat, kau akan lebih banyak mengenal orang-orang haus uang seperti mereka, sayang. Bersyukurlah perusahaan kita berada diatas, jadi setidaknya wewenang tentang kerja sama bisa diputuskan oleh kita." ucap Pay.

Pristin mengangguk setuju. Ternyata menjadi seorang pemimpin itu tidak mudah. Pristin benar-benar salut dengan pemimpin pendahulu perusahaannya. Mereka benar-benar bekerja keras sampai perusahaan milik ayahnya berada ditingkat atas.

"Oh ya. Papa belum mengatakannya. Nanti saat kau mengambil alih, kau akan menduduki 2 kursi. Yang disini dan di Amerika. Sekarang disini ada 2, salah satunya oil. Sedangkan di Amerika hanya khusus dengan alat-alat. Pabrik produksi di Amerika diperhatikan langsung oleh presiden Amerika. Hasil produksi di Amerika diutamakan untuk Korea dan juga Amerika. Kau akan menemui beberapa orang yang pintar menjilat dan berbicara disana karena mereka akan berusaha untuk mengambil hatimu agar bisa mendapat pasokan alat. Kau harus mempersiapkan diri nanti."

Pristin mendengus. Cobaan hidupnya memang tidak tanggung.

•••••

Pristin dan Pay sedang bersiap sekarang. Ayah dan anak itu nampak gelisah setelah mendapat kabar bahwa ibu istrinya atau nenek Pristin meninggal di Indonesia.

Sebelumnya Pristin sudah ijin kepada keluarga Jeon dan juga tentunya kepada Jungkook kalau dirinya akan kembali ke Indonesia.

Semuanya khawatir tentunya, apalagi dihari menjelang hari pernikahan. Namun disisi lain juga mereka mengerti dengan keadaan Pristin.

Pristin terus menangis di pesawat, mengingat dirinya yang baru kembali ke Indonesia dan sudah lama tidak bertemu dengan kakek neneknya disana. Dan sebuah penyesalan kalau dirinya berangkat ke Korea bersama ayah dan ibunya, namun kembali hanya dengan ayahnya.

Pristin dan Pay berangkat malam hari dan sampai di Indonesia paginya. Setelah selesai beres-beres dirumah, keduanya langsung pergi ke rumah duka.

Saat sampai disana, Sha dan Andi langsung menyambut Pristin. Yang pertama Pristin lakukan hanya memeluk Sha dan menangis dipelukan sahabatnya itu. Kedua gadis itu bingung, mereka melepas rindu atau sedih dengan keadaan sekarang.

Pemakaman sudah dilakukan kemarin.

Setelah Pristin sedikit tenang, Sha dan Andi membawa Pristin ke taman.

"Aku benar-benar bersyukur kau baik-baik saja." Sha kembali memeluk Pristin. "Aku melihatnya, tayangan itu dan apa yang terjadi kepadamu. Aku tahu itu. Tapi aku tidak bisa melakukan apa-apa, sebagai sahabatmu aku memang tidak berguna. Maafkan aku." Sha menangis.

Pristin mengelus punggung sahabatnya itu. "Aku baik-baik saja. Saat itu aku memang sedang sial saja." ucap Pristin.

"Dan pemakaman mama mu, maaf aku tidak bisa datang."

"Tidak apa-apa."

Pristin melepaskan pelukannya dengan Sha lalu menatap Sha. "Besok datang ke rumah, Andi juga. Aku ingin memberikan sesuatu."

"Besok?" tanya Andi.

"Hm. Aku tidak bisa memberikannya di situasi sekarang. Jadi besok kalian datanglah."

"Baiklah. Tapi Tin, kau memiliki hutang penjelasan kepada kita. Tentang hubunganmu dengan seorang idol yang kau cintai itu."

•••••

Sha dan Andi menatap tajam sebuah undangan didepan mereka. Kedua sahabat Pristin itu tidak berniat menyentuhnya sama sekali.

Pristin sendiri hanya meringis melihat ekspresi Sha dan Andi yang sulit diartikan.

Undangan berbentuk segi empat yang mewah itu nampak mengerikan dari apapun bagi Sha dan Andi.

"Ini serius?"

TBC

Gatau lagi sama siders harus diapain enaknya....

Gemushh pengen publish huhu...

JJK??? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang