7 || cuma sebulan?

195K 16.6K 1.8K
                                    

Leo kini tengah bersama Sevanya, gadis itu menatap Tas yang di bawa Leo, di pakai oleh lelaki itu membuat Sevanya yang sedari tadi penasaran itu tas siapa langsung bertanya.

"Kamu bawa tas siapa?" tanya Sevanya. Leo menoleh dengan wajah bingung.

"Ini? Tas orang."

"Le?"

"Gue bukan pencuri. Cuma buat jaminan," balas Leo, Sevanya ingin bertanya lebih, tapi waktu tidak dapat menyatukan, Leo sudah tepat mengantarnya sampai depan rumah.

"Hm terima kasih, Le." Leo jawab dengan anggukan.

"Lo nggak mau ngomong apa-apa lagi?" tanya Sevanya. Leo menaikkan sebelah alisnya mencoba berpikir lalu ia menggeleng.

"Enggak deh, nanti lagi. Gue duluan." hal tersebut membuat Sevanya sedikit kesal namun ia berusaha untuk tidak menampilkan wajah kekesalannya. Ia tersenyum tipis lalu mengangguk dan akhirnya Leo pergi.

Leo menatap tas Lea.

"Kapan dia mau ambil?" gumam Leo tanpa disadarinya.

Lain dengan Lea yang menggerutu sedari tadi. Ia kesal pada dirinya sendiri kenapa harus menggoda lelaki sialan itu, niatnya cuma mau balas dendam eh barangnya jadi tahanan lagi.

"Udah gausah marah-marah. Bentar ya gue chat kak Nolan," ujar Vivi disampingnya, Lea mengernyit bingung karna itu.

"Lo punya nomor kak Nolan?" tanya Lea.

"Iyalah, sekalian modus dihari itu juga." Lea mendengus malas.

"Mau ngapain lo chat dia?" tanya Lea lagi, Vivi sibuk mengetikkan pesan sampai akhirnya ia tidak terpaku dengan ponselnya.

"Minta alamat rumah kak Leo."

"GILA LO?!" Lea menginjek rem mendadak membuat Vivi melotot, untung saja dia pakai seatbelt, jika saja tidak, bagaimana nasib dada cantiknya yang sudah rata tambah rata nanti

"Lea, untung jalan sepi anjir. Kalo rame lo bikin kecelakaan beruntun!"

"Ih lo tuh yaa, sembarangan aja."

tak lama terdengar suara notif ponsel Vivi, dan Lea menunggu kabar dari Vivi.

"Langsung dikirim jir sama kak Nolan." Lea menelan salivanya. Barang berharganya semuanya ada di dalam tas, dompet, ponsel.

"Eh udah sampe rumah gue sih?" Vivi tersenyum manis.

"Ya udah gue duluan ya lo gamau alamat rumah kak Leo kan?" Vivi keluar mobil. Lea masih terdiam sampai akhirnya Lea menurunkan kaca mobil dan memanggil Vivi.

"Vi, sini deh." Vivi mendekati mobil Lea.

"Apa lagi?"

"Bentar deh pinjem hape lo." Vivi mengernyit.

"Mau apa?"

"Bentar penting." Vivi menghela napasnya lalu menyodorkan ponselnya.

"Nelpon nyokap lo?" Lea sibuk pada ponsel Vivi sampai akhirnya ia tersenyum.

"Gue duluan ya, tar gue balikin!" mata Vivi melotot seketika, namun Lea sudah menancap gasnya menjauh dari rumah Vivi.

"LEAAAAAAAAAAA!!!" Vivi terpekik keras.

Lea tersenyum, rumah Leo tak berada jauh dari sini, astaga, demi harta bendanya. Lea terus mengemudikan mobilnya sampai akhirnya ia berada tepat di depan rumah yang blok rumahnya sama persis dengan yang dikirimkan Nolan, teman Leo.

"Blok C 21...nomer 12?" sama, namun saat melihat rumah tersebut Lea menelan salivanya. Dari rumah-rumah lainnya, hanya ini yang terlihat luas dan tingkat 3, besar dan sangat mewah, hanya dari luar. Bagaimana dalamnya?

Phantera LEO (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang