Lea berguling-guling dikasurnya gemas dengan lelaki bernama Leo, kenapa ia harus dipertemukan dengan sosok macam setan itu? Menyusahkan dirinya. Lea lagi-lagi berdecak sebal lalu ia bangkit dari kasurnya dan segera keluar kamar. Lea terdiam saat mendengar suara gaduh dari bawah, dengan perlahan ia menuruni tangga.
"Ya udahlah, lagian juga kamu makin sibuk sama pekerjaan mu itu," ujar Papa Lea, Lea terdiam dan berhenti di ujung tangga seraya menatap kedua orangtuanya yang sepertinya sedang berdebat.
"Mas, paham dong. Pekerjaan ini sangat penting, lagian setelah sekian lama aku kerja, kenapa baru sekarang nyuruh berhentinya? Kamu takut kalah saing?" Lea menghela napasnya.
"Bisa nggak sih nggak usah ngebalikin omongan suami?"
"Nggaklah! Kamu nih seenaknya aja memerintah."
"Gak mikirin perasaan Lea kamu."
"Lea udah biasa ditinggal dari kecil, kebutuhan dia juga terpenuhi terus. Apalagi yang harus Lea pikirin?" Lea memutuskan untuk jalan, hal tersebut memancing kedua orangtuanya dan berakhir menatapnya.
"Udah, Pah. Lea itu udah biasa sendiri, nggak usah ribut gitu lah." ujaran Lea membuat kedua orangtuanya bergeming.
"Sayang---"
"Apa, Pah?"
"Kamu..." Lea tertawa kecil, "apa?"
"Enggak. Jangan lupa makan malam. Papa ada meeting penting hari ini harus kembali ke kantor." Lea mengangkat ibu jarinya tinggi-tinggi.
"Santuy, Pah. Ini juga mau makan makanya turun."
"Mama juga ada urusan---"
"Sarah!" tegur Fathan, ayahnya.
"Santaiiii, pergi aja nggak apa-apa. Urusin aja dulu urusannya, yang penting jangan lupa makan." Lea melangkahkan kakinya menuju ruang makan. Sedangkan kedua orangtua Lea saling membuang muka satu sama lain.
***
Lea terus mengemudikan mobilnya sampai sekolah, ia sudah tidak memegang handphonenya hampir 2 hari, namun ia masih menampilkan wajah tidak peduli. Ia terus melangkahkan kakinya meski dilirik sana-sini soal penampilannya kali ini.
Rambut panjangnya tergerai bebas, dan yang aneh adalah Lea pakai make up. Sengaja, dia sengaja memakai make up dan mengulang masa SMP-nya, karna baginya membuat dirinya dilirik dan di omongin lebih seru ketimbang sekolah biasa aja. Lagi pula ponselnya nggak ada, bosen.
Mata Vivi membelalak saat melihat penampilan Lea.
"Anjir cakep banget! Make up-an lagi lo anjir?" tanya Vivi, Lea menyibakkan rambutnya santai.
"Bosen jadi anak baek-baek aja."
"Le, baru beberapa hari sekolah disini. Lo tuh ya..."
"Bomat!" Vivi merutuki keinginan Lea yang bilangnya akan berubah di SMA. Semasa SMP Lea suka dibilang "cabe-cabean" "jablay" karna suka bermake up untuk berangkat sekolah. Intinya namanya jelek disekolah, dan kini gadis itu mengulangnya.
Lea hanya sebal saja pada dirinya sendiri. Nggak tau kenapa, disaat seperti ini ia pasti suka ingin melakukan hal di batas wajarnya. Seperti bolos sekolah, minum. Haha.
"Lea, masalah ortu lo ya?" Lea menoleh.
"Sok tau."
KAMU SEDANG MEMBACA
Phantera LEO (SELESAI)
Teen FictionSudah di terbitkan oleh penerbit Cloudbookpublishing (FOLLOW SEBELUM BACA) TERSEDIA DI SELURUH TOKO BUKU INDONESIA (offline maupun online) Rank #1 badboy 6/4/20 Rank #2 romance 12/4/20 Rank #1 fiksi remaja 20/01/21 Panthera Leo adalah nama latin dar...