Selama pelajaran Lea benar-benar tidak tenang, sedari tadi pikirannya terus mengarah pada sosok lelaki yang dikenalinya tadi. Sialan, kenapa harus di sekolah ini? Sekolah di Jakarta kan banyak, tahu gitu Lea tidak akan nyasar ke sini.
Sampai bel pulang berbunyi pada akhirnya Lea tersadar dengan apa yang dilakukannya saat ini? Untuk apa cemas? Lea atau lebih lengkapnya Oleander adalah tipikal gadis yang sangat pemberani, atau bahasa sekarangnya mah senggol dikit bacok. Hanya lelaki itu sampai membuatnya tidak fokus seperti ini.
"Nah lho, bengong lagi." Lea berdecak sebal.
"Gue nggak bengong, gue cuma...ngelamun." Vivi langsung melayangkan tangannya meneloyor kepala Lea.
"Nggak sopan lo!"
"Lagian sih lo, salah sendiri sih. Makanya jadi cewek tuh jangan bar-bar naek mobilnya, iya gue tahu lo emang tipikal cewek masa kini dan nggak banget buat yang namanya minta maaf, tapi ini lain cerita, Le. Dari awal lo cerita aja lo udah salah, seenggaknya turunin dikit kek harga diri lo, masa buat minta maaf---"
"Sumpah ya mulut lo nggak ada berhentinya sama sekali, Vi. Intinya gue nggak salah! Dia yang naek motornya ditengah, kalo dia jatoh ya salah sendiri dong, kenapa nggak seimbang?" Vivi mengibas-ibaskan tangannya menghiraukan ucapan pembelaan dari Lea.
"Gue mau balik, bye!" Lea berdecih tidak peduli, lalu ia kembali membereskan segala alat tulis miliknya dan memasukkannya ke dalam tas. Suasana yang cukup sepi membuat Lea sedikit curiga, ia dengan cepat berlari kecil seraya menggendong tasnya dipunggung, namun belum sampai ia keluar kelas seseorang menghalaunya.
"Sendirian?" Leo, itu Leo. Demi apapun dia sendirian dan suasana saat ini sangat sepi karna banyak murid yang sudah pulang. Lea menatap Leo berani.
"Apa lo? Minggir gue mau pulang---"
"Kenapa? Takut?" Lea menatap Leo tidak percaya.
"Apa lo bilang? Siapa yang nggak takut berduaan sama orang berandalan kayak lo. Awas gue pulang!"
"Lo masih angkuh? Nggak inget punya salah tapi nggak mau minta maaf?" Leo masih berada di depan Lea.
"Apaan sih?! Lo juga salah!"
"Ya lo tau diri lah, gue yang jatoh!" Lea menatap sekitar berharap ada orang datang menemuinya.
"Minggir..." suara Lea memelan.
"Nggak akan gue biarin lo pergi sebelum lo minta maaf." hey! Ini hari pertamanya sekolah dan ia harus bertemu dengan berandalan Leo sialan ini, ya walaupun keliatannya ganteng tapi tetap saja ini cowok congornya kek apaan tahu.
"Gila maaf lo, ya?"
"Apa susahnya minta maaf?" Lea menarik napasnya dalam-dalam sudah mencengkram tasnya erat.
"Ok." Lea mendekat pada Leo, jarak keduanya begitu dekat sampai alis Leo terangkat akan keberanian adik kelasnya ini sekaligus cewek yang pernah menabraknya. Walaupun kejadiannya cukup lama, Leo masih ingat wajah dan postur tubuh milik Lea.
"Coba ngomong," Lea terdiam sejenak. Hening sampai pada saatnya Lea menendang alat vital milik Leo sampai membuat Leo terhuyung ke samping dan berakhir ambruk.
"Gue nggak akan pernah mau minta maaf sama lo!" Lea berlari sekuat tenaga namun saat di depan pintu ia menabrak seseorang, dia...lelaki yang saat di kantin, kalau nggak salah namanya Nolan.
"Eh--"
"Argh!" Lea menggeram kesal lalu tidak mempedulikan Nolan dan berlari secepatnya menuju mobilnya.
Sedangkan Leo menahan nyeri di intinya.
"Kenapa, Le?"
"Junior gue di tendang sama si cewek gila." Nolan tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Phantera LEO (SELESAI)
Teen FictionSudah di terbitkan oleh penerbit Cloudbookpublishing (FOLLOW SEBELUM BACA) TERSEDIA DI SELURUH TOKO BUKU INDONESIA (offline maupun online) Rank #1 badboy 6/4/20 Rank #2 romance 12/4/20 Rank #1 fiksi remaja 20/01/21 Panthera Leo adalah nama latin dar...