9 ||Penjelasan

184K 16.1K 2.2K
                                    

Lea ingin sekali mencakar-cakar muka Leo dengan kuku cantiknya yang sudah siap membuat luka lebar diwajah Leo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lea ingin sekali mencakar-cakar muka Leo dengan kuku cantiknya yang sudah siap membuat luka lebar diwajah Leo. Pasalnya kini ia sudah menjadi sorotan satu base camp lelaki itu. Anak-anak ultras serta anak futsal beserta antek-anteknya mulai menatapnya, Lea membuang mukanya malas.

Leo bangsat, umpat Lea dalam hati lalu ia menarik napasnya dalam-dalam mencoba untuk terlihat biasa saja. Sedangkan Leo dengan santainya melangkah menuju teman-temannya yang sedang berkumpul.

"Hari ini nggak ada sparing?" tanya Leo. Nolan menggeleng.

"Engga ada. Kenapa? Lo mau kencan?" tanya Nolan disambung dengan tawa yang lain, tidak dengan gadis-gadis disitu yang sangat membenci sosok Lea.

"Haha, ya udah gue jalan dulu ya." pamitnya Leo membuat bola mata Tere membulat.

"Eh Leo, lo bukannya benci sama tuh cewek ya?" dengan beraninya Tere bertanya seperti itu, Leo menampilkan wajah datar tidak bersahabat pada Tere, sontak Tere menelan salivanya merasa ia sudah salah bertanya. Leo tidak menjawab dan akhirnya kembali mendekati Lea yang sedari tadi duduk di atas motor.

"Gausah bengong," tegur Leo, Lea menoleh kesal.

"Berisik lo. Cepet anter gue balik." Leo menaikkan sebelah alisnya lalu segera naik ke atas motor dan segera memakai helm full facenya. Leo dengan segera membawa Lea kesuatu tempat yang dimaksudkan lelaki itu adalah rumahnya sendiri.

"Ih, lo kok bawa gue ke rumah lo sih. Kan gue minta ke rumah gue," omel Lea lalu melepas helmnya kesal.

Lea menatap mobilnya yang sudah terparkir di depan rumah Leo.

"Mana kunci mobilnya gue mau balik."

"Lo gamau main?"

Lea melotot.

"Ma-main?"

Leo menatap Lea. Dan yang membuat Leo tertawa karna raut Lea yang panik karna Leo mengatakan kata "main". Mungkin Lea sudah salah mengartikan maksud tersebut.

"Iya main," jawab Leo malah seraya menaiki kedua alisnya berkali-kali membuat Lea semakin ambigu.

"Gue pulang naik taksi---" Saat Lea hendak berbalik, Leo segera menahan tangan gadis itu.

"Lo emang pikirannya jelek banget ya. Parah," ujar Leo seraya menggeleng-gelengkan kepalanya heran. Lea menelan salivanya lau berusaha untuk terlihat biasa saja dan menghempaskan tangan Leo.

"Berisik lo." Leo turun dari motor dan segera melangkahkan kakinya menuju rumahnya, Lea segera mengikuti Leo. Saat di dalam, Lea kembali kagum pada rumah besar milik Leo. Astaga, padahal dia sudah pernah kesini, tapi masih saja terkagum, sialan.

Leo menaiki tangga, dengan cepat Lea mengikuti Leo dari belakang. Sesampainya di kamar lelaki itu, Lea segera melempar tasnya dan yang membuat Leo menampilkan wajah terkejut karna Lea dengan santainya membaringkan tubuhnya.

Phantera LEO (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang