34 || Leo marah

134K 13.7K 10.5K
                                    

Yakali gue ga up wkwk
Happy reading!
Siap spamnya?! Let's go:)

Keesokan harinya Lea sudah bangun pagi, bi Sari juga sudah menyiapkan sarapan pagi, Lea terlihat murung, Bi Sari tahu betul kenapa Lea menekuk wajahnya, tadi malam bi Sari dengar percakapan Lea dengan ibunya Sarah, dan cukup memilukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokan harinya Lea sudah bangun pagi, bi Sari juga sudah menyiapkan sarapan pagi, Lea terlihat murung, Bi Sari tahu betul kenapa Lea menekuk wajahnya, tadi malam bi Sari dengar percakapan Lea dengan ibunya Sarah, dan cukup memilukan.

"Non yang sabar ya, walaupun nyonya nggak mau dengerin cerita, Non Lea. Bi Sari selalu siap mendengarkan kapan pun dan di mana pun," ujar bi Sari tiba-tiba membuat Lea menoleh.

"Makasih banyak, Bi. Sebenernya Lea kemaren bisa aja kasih nomor telpon bibi, cuma Lea pengin kasih nomor Mama sama Papa, ternyata emang pada kenyataannya mereka nggak nanggepin sama sekali."

"Lea jadi kena skors sendiri," lanjutnya lalu ia tersenyum.

"Tapi nggak apa-apa si, Bi. Lea jadi bisa berdua saja bibi ngobrol kayak gini," ujar Lea membuat bi Sari segera duduk di samping Lea dan mendengarkan cerita Lea tentang Tere dan Sevanya.

"Sumpah ya, Non. Kalo ketemu bibi jadi pengin acak-acak itu mukanya," timpal bi Sari setelah mendengar cerita Lea. Lea menghela napasnya lalu tertawa.

"Tapi Bibi harus tau ya, Lea emosi banget kemaren langsung tonjok muka Sevanya sama Tere, Bi. Pada lebam haha," keduanya tertawa.

"Ya lagian anak taekwondo di lawan," seru bi Sari membuat Lea terkikik. Lalu perlahan senyumnya luntur berganti raut khawatir mengingat ancaman keduanya, jalan satu-satunya Lea langsung jujur pada Leo. Agar selesai semua masalahnya dan dia berakhir bahagia.

Saat di sekolah, Leo dan teman-temannya sedang berkumpul, Leo terdiam mengingat pesan tadi malam dari Lea, entah mengapa gadis itu menjadi berubah, dia juga selalu membahas soal Sevanya, apa Lea masiu butuh kejelasan atas cintanya?

Apa dirinya masih terlihat seperti main-main? Leo juga bingung dia itu harus apa sebenarnya. Leo berdecak sebal membuat Nolan menoleh.

"Kenapa lo?" tanya Nolan, Leo menoleh seraya menghela napasnya pelan.

"Gimana cara biar cewek percaya kalo kita cintanya cuma sama dia?" pertanyaan yang refleks menimbulkan tawa kecil dari Nolan, Leo tersinggung lalu menaikkan sebelah alisnya dan meneloyor kepala Nolan.

"Gue tonjok muka lo nih," ancam Leo.

"Galak jir, iya-iya. Abisnya aneh aja, lo yang nggak pernah nanya ginian gitu, geli-geli bangga sih gue."

"Serius, Sat."

"Oke-oke, kalo menurut gue sih lo manja sama dia aja."

"Udah."

"Kalo ngasih sesuatu udah?" Leo terdiam.

"Belum," jawab Leo polos, Nolan menepuk tangannya di depan Leo.

"Ck, gini ya Leo, lo tuh kasih sesuatu yang buat dia jadi inget lo terus, dan kasih kepercayaan ke dia soal perasaan lo yang sebenernya."

"Iya sih, gue nggak kepikiran ngasih apapun ke dia. Parah banget nggak sih?" tanya Leo, Nolan berdecih.

Phantera LEO (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang