1

18.1K 609 14
                                    

Didunia ini tak ada yang sesempurna seorang Ibu, Ibu adalah pelindung anak-anaknya tak kala menangis meminta ASI. Ibu sosok penyayang tanpa batas, maka dari itu. Dirinya sangat menyayangi Ibunya.

Dia.. Prillyan adryna.

Hanya gadis pelayan cafe biasa, sering membantu ibunya yang hanya single parent. Prilly bahkan sempat putus sekolah gara-gara harus membiayai hutan ibunya yang menumpuk.

Gadis mungil ini, sudah terbiasa mendapat cemoohan dari orang-orang sejak dahulu. Prilly hanya bisa menulikan telinganya dari orang-orang yang mencemoohkan keluarganya.

"Ibu. Mau Illy buatkan Teh?"

"Emangnya kau punya uang?"

Prilly mengelus pundak Ibunya ini, namun malah ditepis oleh Ibunya. Prilly tak apa diperlakukan seperti ini, agar Ibunya sehat. Prilly akan melakukan apapun untuk Ibu.

"Illy punya."

"Mana? Serahkan pada Ibu semuanya, Ibu mau shoping sekarang, dahh gerah pake baju kayak gembel kayak gini." Sentak Ibu pada Prilly.

Amalia memang seperti itu, namun Prilly sangat menyayangi Ibu yang telah melahirkannya kedunia. Walau sepertinya kehadirannya tak pernah beliau inginkan.

"Tapi Bu, separuh saja ya? Ini uang buat bayar utang Ibu." Ucap Prilly ketika mengingat hutang Ibunya belum lunas, bahkan Bunganya pun belum lunas.

"Itu urusanmu."

Amalia mengambil semua uang Prilly, Prilly tak mempertahankannya. Walau uang itu buat makannya, tak apalah ia masih mempunyai sedikit uang didalam sakunya.

Tinggal dikontrakan yang sempit membuat Amalia seringkali mengomel serta panasan ketika ada tetangga yang membeli barang yang diinginkan oleh Amalia.

Prilly menguncir rambutnya, dan merapikan pakaiannya yang sedikit kusut. Siang ini, Prilly akan bekerja sebagai pelayan di cafe berbeda.

Memang.

Prilly mempunyai dua tempat kerja, itu semua untuk membayar hutang Ibunya yang berada dimana-mana.

"Ibu. Illy pamit ya?"

"Hm."

Tangannya hanya diudara, Prilly meletakkan kembali tangannya kemudian melangkah keluar.

Prilly hanya berjalan kaki menuju tempat kerjanya, uangnya tidak cukup untuk membayar angkutan umum. Uangnya hanya tersisa 2 ribu disakunya, cukup membeli roti satu saja.

Prilly menyeka keringatnya, cuaca lumayan panas. Prilly menyesal tidak membawa topi kumuhnya, mungkin jika membawanya Prilly tidak akan kepanasan seperti ini.

"Bang beli es dogernya dong?"

Prilly meneguk ludahnya melihat penjual es doger diseberangnya, mungkin meminum es ditengah teriknya matahari bisa membuat tenggorokannya segar. Namun, lagi-lagi Prilly melihat uangnya.

"Selamat pagi, semua!" Prilly menyapa para rekannya yang terlihat acuh akan kehadirannya, dirinya sudah biasa diperlakukan seperti ini oleh mereka.

Prilly mengambil perlengkapannya dan mulai bekerja membersihkan meja-meja agar pengunjung nyaman makan disini, disini Prilly memang tidak mempunyai teman sama sekali. Entahlah alasannya Prilly tidak tau.

"Heyy. Sekarang kamu bersihkan toilet? Bau pesing dimana-mana."

Titah manager cafe ini, Prilly mengangguk kemudian mengambil alat pel untuk membersihkan toilet yang katanya bau.

Benar saja, baru saja Prilly menampakkan kakinya dipintu toilet. Bau tak sedap mulai muncul, Prilly mulai mengepel dan membersihkan toilet ini.

Tak ada teman bicara, Prilly hanya bisa memendam ini semua. Mungkin nasibnya seperti ini, tak ada yang mau menjadi temannya.

TAKDIR [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang