26

5K 477 76
                                    

"Cinta kak Ali bilang! Cinta gak pernah menyakiti Kak, selama ini Kakak nyakitin hati aku hiks. aku capek kayak gini terus, lebih baik kita pisah. Aku bisa jagain Anak aku sendiri, tanpa Kak Ali hiks. karena aku terlalu capek seperti ini terus hiks."

Ali terdiam, dirinya tetap memeluk Prilly. Tanpa mereka tau, Nadya mendengar jika Ali mencintai Prilly. Sakit memang, Nadya berlari turun tangga, tanpa mempedulikan dirinya sedang mengandung.

Karena tak melihat anak tangga, Nadya tergelincir. Hingga dirinya terguling.

Bug

Perutnya terbentur ujung tangga, Ali bersama Prilly yang mendengar suara terjatuh melebarkan matanya melihat Nadya sudah tergeletak dengan darah yang mengalir diselangkangannya. Ali melepaskan pelukan Prilly, lalu berlari menghampiri Nadya.

Prilly yang sama paniknya pun menghampiri Ali, Ali berusaha membangunkan Nadya. Namun, Nadya tak bergeming. Prilly merasa semua ini adalah salahnya, dirinya penyebab Nadya yang mungkin saja emosi.

"NADYA!"

Tak ingin Nadya sampai kenapa-kenapa, Ali membopong Nadya. Tak peduli jasnya sudah ternodai dengan darah Nadya, Prilly mengikuti langkah Ali. Dirinya ingin tau keadaan Nadya, semua ini salahnya.

"Maafin aku Kak," batin Prilly.

Prilly berdoa agar Nadya selamat, Prilly tak ingin Nadya kenapa-kenapa. Itu semua akan membuat dirinya susah untuk pergi dari kehidupan Ali, Prilly ikut masuk kedalam mobil Ali. Ali segera tancap gas sebelum Nadya kenapa-kenapa.

Sesampainya di Rumah Sakit, Ali kembali membopong Nadya. Sungguh keadaan ini membuat Prilly panik seketika, Prilly mengikuti langkah Ali yang sangat cepat membuatnya sedikit kewalahan.

"Lakukan yang terbaik untuk dia," ujar Ali pada suster yang langsung mengangguk.

Tampilan Ali sangatlah kacau, Prilly menghampiri Ali yang terduduk dikursi tunggu. Prilly berlutut dihadapan Ali membuat Ali dengan apa yang Prilly lakukan terhadapnya, dan juga terdengar isakan dari Prilly.

Ali memegang bahu Prilly lalu mengangkatnya, keadaan Prilly sama-sama kacau. Ali menghapus air mata Prilly.

"Hiks. gara-gara aku, Kak Nadya jadi jatuh. Maafin aku hiks. Kak, semua ini salah aku. Aku yang hiks. nyebabin Kak Nadya seperti ini," isak Prilly.

Ali membawa Prilly kedalam pelukannya agar tenang, namun bukannya tenang. Tangisan Prilly semakin terdengar, Prilly menangis didada Ali.

"Ini semua bukan salahmu, ini salahku yang menyebabkan Nadya terjatuh." Prilly menggelengkan kepalanya, semua ini salahnya.

Terdengar suara pintu berdecit, Ali berdiri lalu menghampiri dokter yang menangani Nadya. Prilly mengekor Ali dari belakang.

"Maaf Pak, saya tidak bisa menyelamatkan bayi Pak Ali. Disebabkan oleh benturan pada perutnya, membuat pasien keguguran," tutur dokter.

Duarr

Lututnya melemas seketika, jadi Nadya sedang hamil dan Ali tak mengetahui semua itu. Prilly mendekap mulutnya tak percaya, Nadya keguguran. Dan semua itu akan membuat Nadya semakin membencinya, Ali menyandarkan tubuhnya pada dinding.

Sungguh Ali tak menyangka akan kehilangan buah cintanya bersama Nadya yang bahkan belum sempat dirinya ketahui, Prilly menghanpiri Ali lalu mengusap pundaknya.

"Maaf Kak, ini semua salahku."

"INI SEMUA BUKAN SALAHMU," Bentak Ali membuat Prilly mundur selangkah.

Keadaan Ali yang sedang kacau membuat Prilly memilih diam, terdengar suara sepatu saling bersautan. Prilly mendongak, dari mana mertuanya tau Nadya berada di Rumah Sakit. Padahal Ali bahkan belum sempat menelpon siapapun.

Plak

Terdengar nyaring tamparan untuk Prilly, Prilly langsung terduduk dilantai yang dingin. Ali hanya bisa diam, dirinya tak bisa berbuat apa-apa lagi. Ali sedang kacau.

"Gara-gara kau, menantuku masuk Rumah Sakit. Sebenarnya yang kau inginkan hah! Kau sama saja dengan jalang, kau benalu pernikahan Anakku. Dasarr penghancur, lebih baik kau pergi dari kehidupan Anakku," caci Dira.

Sungguh hati Prilly remuk redam, Dira mengeluarkan uang. Lalu menghamburkannya tepat diwajah Prilly, Prilly hanya mampu menangis. Sungguh ini sangatlah perih untuknya yang terasa diinjak-injak harga dirinya oleh Dira.

Prilly berdiri, lalu menatap Dira. Prilly akan mengabulkan permintaan Dira, Prilly akan pergi dari kehidupan Ali. Tanpa membawa sepeserpun, namun sebelum pergi. Prilly hanya ingin melihat Nadya siuman.

"Aku akan pergi, tapi setelah Kak Nadya siuman. Aku hanya ingin memastikan dia baik-baik saja untuk Kak Ali," balas Prilly.

Merasa tangannya ditarik, Prilly menoleh dan langsung berbentur dengan dada Ali.

"Jangan buatku semakin kacau, aku mohon jangan pergi. Katamu, akan bertahan apapun yang akan terjadi!"

"Semuanya terlambat Kak, cintaku emang terbalas. Namun kesabaranku sudah habis Kak, terima kasih atas luka yang pernah Kakak toreh padaku. Terima kasih Kak, aku mencintai Kak Ali."

Setelah berkata seperti itu, Prilly melepaskan pelukan Ali. Lalu pergi dengan hati yang teramat sakit, Ali berlari ingin menyusul Prilly. Namun, Wisnu mencekal tangan Ali. Ali menghentakkan tangan Wisnu, lalu pergi mencari keberadaan Prilly.

"Jangan pergi aku mohon, aku akan menjelaskan semuanya alasan yang terpendam dihatiku," batin Ali.

Ali berlari ke Rumah Sakit, hujan deras menerpanya. Ali berusaha mencari keberadaan Prilly, Ali harus ke Taman sekarang. Mungkin saja Prilly berada disana, feeling nya mengatakan Prilly berada disana.

"PRILLY!"

Prilly tampak diam, menatap kosong pada danau yang sangatlah tenang. Tanpa memperdulikan hujan yang menerpanya, Ali menghampiri Prilly. Lalu memeluknya dari belakang.

"Jangan pergi, aku akan menjelaskan semuanya. Semuanya padamu!"

Prilly menoleh pada Ali dengan tatapan yang nanar, Prilly mengusap pipi Ali yang sedikit tirus. Prilly tersenyum lalu tertawa menyedihkan.

"Untuk apa Kak? Semuanya terlambat, semuanya udah terlambat Kak. Aku menyesal sudah mencintai orang yang salah, aku menyesal menikah dengan Kakak. Aku capek kayak gini terus, aku akan pergi Kak. Jaga Kak Nadya, jangan ganggu aku lagi dengan semua perkataan Kakak."

Prilly berusaha melepaskan pelukan Ali, Prilly hanya ingin pergi dari kehidupan Ali. Hanya itu saja, semakin memberontak. Ali semakin mempererat pelukannya.

Cup

Bibir Ali mendarat dibibir Prilly, seketika Prilly diam tak berkutit. Tak tau harus berbuat apa sekarang, Prilly benci keadaan yang membuatnya selalu saja terhanyut oleh Ali.

Ali melepaskan ciumannya, lalu menatap Prilly lekat.

"Izinin aku pergi, aku ingin tenang tanpa tersakiti!"

Mewek dah tuh mewek

Satu kata untuk part ini?

A/N

Rasanya jari kaii mau copot aja, dari jam 21.33 sampai 22.20 mengetik demi satu part ini. Dan semua itu demi kalian, uhhh... terhura kaii

Selasa, 19 Mei 2020

TAKDIR [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang