29

5.1K 422 35
                                    

"Kamu jangan kemana-mana, aku akan segera kesana. Untuk menjelaskan semua!"

"Aku benci kamu, bahkan aku sangat membenci kamu hiks. Kamu pembunuh Ayahku, jangan pernah temui aku. Atau aku akan membunuh Anak ini."

Tut

Ali terdiam, mendengar suara dari seberang sana. Dia adalah Prilly. bagaimanapun, Prilly mengandung buah hatinya. Ali meremas ponselnya, jika ia tetap menemui Prilly. Takutnya, Prilly akan membunuh buah hati mereka.

Harus bagaimana sekarang?

"Alii.. anterin aku yuk ke Mall?"

Nadya memeluk lengan Ali, Ali hanya terdiam membeku. Otaknya masih membeku memikirkan keadaan Prilly, Prilly pasti sangatlah membencinya setelah mengetahui fakta itu. Namun, alasan itu bukanlah fakta yang sebenarnya.

"Kamu bisa sama Mama," balas Ali.
Nadya mendengus lalu berkata. "Pengennya sama kamu, Li. Pengen quality time bareng suami aku ini," kata Nadya.

"Aku enggak bisa!"

Nadya melepaskan pelukannya pada Ali, hatinya teriris melihat Ali yang semakin berubah terhadapnya. Sejak kepergian si Benalu itu, jika Nadya bertemu dengan si Benalu itu. Nadya akan memberi perhitungan karena sudah membuat Ali berubah terhadapnya.

"Apa aku harus musnahin benalu itu biar sikap kamu kembali lagi kayak dulu hiks. kenapa sih kamu enggak bisa lupain mantan istri gak tau diri kamu itu. Hiks. aku juga pengen perhatian kamu lagi kayak dulu," pinta Nadya.

Semuanya sudah terlambat, Prilly sudah mengisi hatinya. Bahkan hanya ada ruang kecil untuk Nadya, Prilly tetap dirinya cintai. Walau Nadya pernah merebut posisi itu, namun cinta pertama itu tak pernah bisa Ali lupakan walau ada orang baru.

"Aku-aku bisa kok Li progam kehamilan lagi, biar kita punya anak lagi Li. Biar kamu bisa lupain si benalu itu, hiks. please aku mohon," kata Nadya.

Ali melepaskan pelukan Nadya, lalu menyuruh Nadya untuk pergi dari kamar ini. Nadya berlari dengan hati yang sangatlah teriris, bukan maksudnya untuk menyakiti hati Nadya. Namun, Nadya yang terus saja memaksa dirinya membuat Ali benar-benar tak nyaman.

"Maaf untuk luka nya, Prilly," batin Ali.

Ali menatap foto Prilly yang terpajang saat hari pernikahan mereka, Prilly tampak bahagia dan pandai menyembunyikan keterpaksaannya menikah dengannnya. Ali mengelus foto Prilly yang berada di nakasnya.

Ali bertekad akan memastikan keberadaan Prilly di rumah Amalia, semoga saja Prilly masih di sana. Ali akan memastikan semua itu dari kejauhan, takutnya Prilly nekad melakukan itu.

Kini, Ali berada di seberang rumah Amalia. Pagarnya tampak sedikit terbuka, Ali bisa melihat pintu rumah Amalia yang sedikit terbuka. Apakah disana ada Prilly? Mungkin saja Prilly masih ada disana, dan semoga saja. Tangannya mengambil ponselnya, lalu menempelkanny pada daun telinga.

"Benarkah?"

Tutt

Baru saja Amalia mengatakan jika Prilly sudah pergi, namun nyatanya Ali melihat Prilly keluar bersama Amalia dan juga seorang pria. Ali menajamkan matanya, memastikan apa penglihatannya benar atau tidak.

Benar, orang itu seorang pria.

Darahnya mendidih ketika melihat pria itu merangkul Prilly dengan cukup posesife, apakah Prilly sudah melupakannya? Tapi kenapa secepat itu, dilihat Prilly tersenyum bahagia.

"Sebegitu mudahnya kamu melupakan aku, Prill," batin Ali. Mungkin perasaan ini yang Prilly rasakan saat dirinya selalu bersama Nadya.

Ali melihat Prilly memasuki mobil bersama pria itu, lalu mobil itu keluar dari perkarangan rumah Amalia. Mobil itu melintasi mobilnya, Ali bisa melihat wajah Prilly dibalik jendela mobil itu.

"Dasar wanita tua!" batin Ali.

Ali memasuki rumah Amalia, dasar wanita itu. Beraninya membohonginya tentang keberadaan Prilly, Ali keluar dari mobilnya. Amalia terkejut melihat Ali berada di rumahnya, Amalia berusaha menetralkan detak jantungnya yang berdetak kencang saat Ali menghampirinya dengan tatapan yang sangat membunuhnya.

"Pembohong!"

Ali mengampit kedua pipi Amalia, sisi lain dari Ali adalah melakukan kekerasan tanpa memandang umur sekalipun.

"Kenapa anda berbohong tentang keberadaan Prilly" tanya Ali.

"Dia yang memaksa saya untuk berbohong, dan memberikan uang pada saya. Lepaskan atau saya akan laporkan pada polisi jika anda adalah pembunuh suami saya," gertak Amalia membuat Ali melepaskan tangannya.

"Anda tidak tau apa yang terjadi, anda cukup diam. Dan nikmati harta anda!" Setelah berkata seperti itu, Ali pergi lalu memasuki mobilnya.

Sial.

Kenapa dirinya tidak mengikuti mobil itu? Ali memukul setir mobilnya, dirinya bingung harus mencari keberadaan Prilly kemana lagi. Satu titikpun sudah hilang.

***

Ali mencoba melupakan Prilly, namun tetap saja tak mudah untuk melupakan Prilly. Ali menatap foto Prilly yang selalu dirinya tetap, pencarian selama 3 bulan sia-sia sudah. Prilly tak pernah muncul, dan juga pernah Ali menanyakan pada Amalia tentang keberadaan Prilly. Namun, nyatanya wanita tua itu menutup mulutnya dengan uang.

Bagaimana keadaannya, Ali harus tau keberadaan Prilly. Walau Ali tau, dirinya takkan bisa seperti dulu kembali.

"Ali, beliin rujak sana?"

Gara-gara Nadya yang mencampurkan obat pada kopinya, Ali harus melakukan hal itu dengan Nadya. Sampai-sampai Nadya hamil kembali, Nadya duduk di samping Ali. Nadya melihat foto Prilly, lalu merebutnya.

"Kamu apa-apaan!"

Prang

Nadya membanting foto Prilly hingga berserakan dilantai, Ali menatap tak percaya apa yang dilakukan Nadya. Ali mengepalkan tangannya, menatap tajam pada Nadya.

"Apa? Mau bentak aku lagi? Mau belain si benalu kamu itu, lupain dia Li. Percuma, dia gak akan kembali sama kamu. Sekarang kamu itu milik aku," sentak Nadya.

"Sayangi aku dan Anakku Li, atau aku akan bicara kepada media. Kamu sama Kakek kamu itu pembunuh Li," ancam Nadya.

Ali hanya bisa mengepalkan tangannya, dirinya tak mau karir nya terancam gara-gara Nadya memberitahu pada awak media. Ali terpaksa mengabulkan permintaan Nadya, membuat Nadya bersorak sambil memeluk dirinya lagi.

"Semoga kamu lupain benalu itu Li, aku cinta terakhir kamu sekarang. Bukan dia yang merusak pernikahan kita."

Benar-benar membuat Ali gila seketika dengan kelakuan Nadya yang semakin menjadi-jadi, Ali mengepalkan tangannya. Harusnya dirinya tak ikut campur dengan urusan kakek waktu itu, yang membuatnya harus menjadi seperti ini.

"Senyum dong, aku kangen senyuman kamu. Ali, nanti Baby sedih loh lihat Papa nya enggak senyum," bujuk Nadya.

"Iya, Prilly."

"Loh kok Prilly, aku Nadya Li!"

Ali tersadar dari lamunannya, Ali berusaha tersenyum terpaksa pada Nadya. Nadya tersenyum, walau didalam hatinya kesal pada Ali yang terus saja memikirkan Prilly. Walau mereka sudah berpisah 4 bulan lamanya.

"Ternyata cinta pertama kamu Li, susah dilupain sama kamu," batin Nadya.

Hayoo siapa yang punya cinta pertama trus susah dilupain?

A/N

Setelah ini, kaii bakal ngetik part satunya lagi ya. Dan juga minal aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin. Kaiii minta maaf takutnya ada kesalahan yang menyinggung kalian, sekali lagi, minal aidzin wal faidzin

Sabtu, 23 mei 2020

TAKDIR [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang